*Dhyta pov*
"Hnggh, aku dimana?...", tanyaku sambil mengusap kepalaku yang entah kenapa terasa sakit dan pusing.
Aku melihat jam tanganku, dan jam menunjukkan pukul 18:30, itu artinya aku sudah keluar rumah selama 2 jam, dan biasanya aku keluar tidak selama itu.
Aku memutar-mutar kepala mencari sesuatu, dan ya, aku melihat seseorang yang tertidur pulas di sofa dengan meluruskan kaki panjangnya, wajahnya terhalang hoddie hitam yang dia pakai, "aku tak bisa melihatnya".
Aku pun berjalan menghampirinya, dan aku sangat terkejut.
"Ehhh.....
Dia kan, co...cowok ya...yang tadi", kataku, aku refleks dan menutup mulutku, aku takut membangunkannya.
*"Dia pasti sangat lelah membawaku kesini, ah ya, aku akan mengambilkan selimut untuknya*", kataku dalam hati, dan aku pun mengambil selimut yang aku pakai tadi, dan menelangkupkan selimut itu ditubuhnya, sementara aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.
"Huft...
Apa apaan dia?...
Tadi cuek, sekarang malah peduli, sebenarnya apa sih maunya?...", aku menggerutu sembari membuka pintu kamar mandi, dan menyalakan kran air, dan mematikan kran sedudahnya.
"Huuuaaaaah....
Segar", aku keluar dari kamar mandi dan menuju ke jendela yang berada di samping tempat tidur ku.
"Kau
Sudah bangun?...", suara laki-laki yang serak namun kuat itu mengagetkanku, dan aku pun melihat kearahnya.
"Iya, dan makasih udah bawa aku ke rumah sakit, gimana caranya?...", tanyaku setelah berterima kasih.
"Cara apa?...", tanyanya kembali.
"Caramu membawaku kesini", aku menegaskan pertanyaan ku, jawabannya itu tak terduga dan membuatku terkejut sekaligus marah.
"Kau...
Kuseret", jawabnya dengan nada yang biasa-biasa dan 'watapados' (wajah tanpa dosa), membuatku mengatakan satu hal yang sebelumnya belum pernah aku katakan dan tak mau ku katakan, tapi kali ini terpaksa dan harus kukatakan.
"Dasar brengsek kamu!!", kataku dengan nada yang ketus, dan dia malah menyeringai.
"Terserah", jawabnya
"Kau, mau pulang sekarang atau besok?...", sambungnya, dengan berjalan menghampiriku.
"Kalau sekarang?...", jawabku, yang entah mengapa aku menjawab seperti itu.
"Ya udah, ayo", jawabnya, dia berjalan menuju pintu keluar, dan aku pun mengikutinya.
"Pembayarannya?...", tanyaku, karena aku mengikutinya keluar tanpa berhenti meski sudah didepan tempat administrasi.
"Udah ku bayar", jawabnya, sembari memasukkan tangannya ke saku hoddienya.
"Kau?..."
"Ya?...", jawabnya
"Apa?...", sambungnya
"Kau kesini jalan kaki?...", aku bertanya memastikan, karena dia tidak menuju ke kendaraan mana pun.
"Kan tadi aku bilang, aku bawa kamu kesini itu dengan cara nyeret kamu, ya kali nyeret bawa-bawa mobil", jawabnya dengan nada ketus, untung aku tidak mudah dibodohi, dan aku hanya mengganggap kalau dia 'menyeretku' itu hnya sebuah lelucon.
Dia bertanya alamatku, dan aku jawab sesuai dengan alamat rumahku, dan dia mengantarkanku sampai didepan gerbang rumah.