Setelah mengatakan itu Nana berdiri dengan kaki gemetar kemudian berbalik kearah sebelumnya dengan berlari lagi karena lelaki yang dia tabrak jauh lebih mengerikan karena dia terlihat seperti raja iblis.
'Aku harus kemana? 'Batin Nana dengan frustasi.
"Astga... " Nana berhenti saat ia melihat supir taxi bersama teman-temannya itu.
"Hahhaa .. Ketangkap kamu, sekarang kamu mau kemana? "
Supir taxi dan teman-temannya memblokir jalan Nana sehingga membuat Nana kebingungan dan kehilangan akal.
"Lepasin aku brengsek kalau tidak ...." Nana mengamuk saat supir taxi itu menyeretnya untuk kembali ke rumah tua itu.
"Kalau tidak apa? kamu ingin berteriak? itu percuma karena di sini tidak akan ada orang yang bisa membantumu. " ucap supir taxi itu.
Nana benar-benar kehabisan akal, dia merasa dunianya sudah berakhir sehingga ia tidak bisa membendung air matanya lagi.
'Tuhan ... Jika ini akhir dari hidupku, maka tolong sampaikan kepada Mama dan Papa kalau aku sayang mereka.' Batin Nana yang sudah mulai menyerah dan pasrah.
Walaupun begitu, Nana masih berusaha melepaskan diri dengan meronta-ronta menggunakan kekuatanya yang masih tersisa sehingga membuat supit taxi itu kewalahan.
"Kalau kamu tidak bisa tenang, aku akan membunuhmu sekarang juga! " Kata supir taxi itu sambil menampar Nana.
"Arggg... " Nana meringis kesakitan. Terlihat bercak darah di sudut bibir nya karena tamparan yang dia Terima sangat keras.
"Sepertinya kalian menemukan tangkapan yang bagus, apakah aku boleh bergabung? "
Tiba-tiba terdengar suara berat dari arah belakang mereka. Seketika itu mereka semua menoleh dan menemukan sosok pemuda tampan yang di balut mantel mewah dan bertubuh tinggi, auranya kuat tapi ekspresinya benar-benar menakutkan.
Bukankah dia pemuda yang aku tabrak tadi? mungkinkah dia ketuanya atau salah satu Gengster mengerikan di sini?. Batin Nana dengan mata melotot.
"Kami tidak menerima anggota baru!" Sahut supir taxi itu.
"Bagaimana kalau aku memaksa? "
"Lebih baik kamu pergi sekarang sebelum kamu menyesal! "
"Tapi, aku tertarik dengan wanita ini?" kata pemuda itu lagi.
"Karena kamu menginginkannya, maka kamu harus mati! " Kata supir taxi itu sambil mengarahkan pistolnya kearah pemuda itu.
Pemuda itu tersenyum kecil saat melihat pistol muraha yang dimiliki oleh orang di depannya. Namun, sebelum sopir taxi itu menarik pelatuknya, ia tertembak duluan tepat di dadanya.
Bang ... Bang ... Bang...
"Arggg ... "
Mendengar suara tembakan sebanyak tiga kali itu membuat Nana kaget dan menutup telinganya sambil menangis sejadi-jadinya.
Dengan gerakan cepat, pemuda itu menarik tangan Nana lalu membawanya kepelukannya.
enyadari tubuhnya sudah menempel dengan tubuh pemuda itu, Nana meronta karena ketakutan.
"Tolong jangan bunuh aku Tuan karena aku masih punya banyak hutang dan dosa! "
"Diamlah! " Bentak pemuda itu dengan suara mengerikan. Seketika itu Nana menunduk sambil diam.
Teman-teman supir taxi itu marah karena teman mereka terluka, sehingga mereka dengan segera menyerang pemuda itu tanpa melihat siapa orang yang ada di belakang pemuda itu.
"Bajingan, kembalikan wanita itu jika kamu ingin selamat! "
"Aku tidak suka berurusan dengan tikus kecil seperti kalian, oleh karena itu ambillah uang ini lalu pergi dari sini! "Kata pemuda itu sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Mata mereka semua terbelalak melihat uang yang keluar dari dompet pemuda itu dengan jumlah yah cukup banyak.
"Kalau begitu serahkan semua isi dompetmu, setelah itu gadis kecil ini buatmu! "
"Ambilah ! " ucap pemuda itu sambil menjulurkan dompetnya.
Sebelum tangan mereka menyentuh dompet pemida itu, lagi-lagi suara tembakan terdengar.
Bang... Bang... Bang...
"Arggg ... " Sekali lagi Nana berteriak dan kakinya gemetaran, dia merosot kebawah karena berfikir kalau tubuhnya lah yang sudah kena tembak sebab matanya di tutup oleh pemuda itu ketika dia tau kalau pengawalnya aka menarik pelatuk untuk untuk kesekian kalinya.
'Mama... Maafkan aku jika harus mati di negara orang! '
Setelah itu tatapan Nana menjadi gelap, dunia seolah berputar-putar lalu jatuh pingsan. Namun tubuhnya langsung di tahan oleh pemuda itu agar tidak jatuh ke tanah.
"Apakah bos baik-baik saja? " Tanya pengawalnya.
"Aku bukan orang yang mudah di lukai. Sekarang urus mayat para tikus itu!" Kata pemuda itu dengan sinis.
"Baik bos! "
Setelah itu para pengawalnya membuang mayat -mayat itu ke tempat yang sepi dan tidak mudah di temukan.
Tidak lama kemudian, pemuda itu meletakkan tubuh Nana di atas rumput yang tidak jauh dari sana, ia berfikir akan ada orang yang menolong Nana karena tempat itu sering di lewati pejalan kaki.
Di tengah perjalan pulang, pemuda itu terus kepikiran Nana, ia teringat adik perempuannya.
"Kembali ke tempat tadi! " Seru pemuda itu kek ada sopirnya.
"Baik bos! "
Mobil pemuda itu langsung berablik kearah tempat dimana mana pemuda itu meninggalkan Nana.
'Siapa gadis yang mampu menarikku untuk menolongnya ini? Kenapa aku merasa kasihan padanya? ' Batin pemuda itu.
Tidak lama kemudian, pemuda itu membawa Nana masuk ke mobilnya. Seketika itu ia memperhatikan wajah Nana yang biasa saja dan tidak menarik bagi dirinya. Ia membiarkan tubuh Nana berada di kursi belakang karena dia tidak ingin bersentuhan pisik lebih banyak lagi dengan seorang perempuan.
Keesokan paginya.
Suara kicauan burung dan sinar mentari pagi menyelinap masuk ke kamar tidur mewah itu, kelopak mata Nana bergetar, dengan pelan ia menbuka matanya seketika itu ia menatap langit-langit kamar itu lalu memutar bola matanya ke segala penjuru ruangan.
'Apakah ini surga? Apa aku sudah mati sehingga aku berasa di tempat seindah ini? 'Batin Nana.
"Selamat pagi nona, apakah anda baru saja bangun? "
Nana langsung menoleh ke sumber suara dengan terkejut. Seketika itu ia langsung duduk lalu menatap wanita paruh baya yang baru saja menyapanya itu.
"Siapa kamu? dan di manakah aku berada? Apakah aku sudah mati? Dan sekarang aku ada di surga? " tanya Nana dengan sekali nafas.
Pelayan itu tersenyum sambil berkata, " Saya pelayan Gong yang merupakan kepala pelayan di rumah ini. Kalau nona ingin tahu kita ada dimana, sebaiknya nona segera mandi dan bersiap-siap setelah itu keluar untuk sarapan! "
"Tunggu, kenapa aku bisa ada di tempat seindah ini?"
"Jawabanya ada di meja makan!"
Setelah itu ia keluar meninggalkan Nana di kamar itu sendirian.
Nana semakin bingung dan mulai cemas, karena dia berada di tempat asing dan bersama orang asing lagi.
Tiba-tiba dia terkejut ketika melihat pakaiannya sudah berganti dengan piyama merah muda.
"Di mana bajuku? Apa yang terjadi padaku? Apakah semalam aku sudah di perkosa? " Nana menjadi panik dan mulai berfikir buruk.