Mendapat permintaan dari Astha seperti itu membuat Rafelo bingung. Dia tidak tahu harus bagaimana. Ini benar atau hanya jebakan Astha agar dia bisa membuat Prasaja keluar dari persembunyiannya? Rafelo hanya diam. Tidak berani berkata apa-apa. Mau bicara takut salah. Dan pada akhirnya dia yang merasa bersalah karena telah menyulut pertikaian antara Ayah dan Anak.
"Aku bicara sama kamu, Raf. Bukan sama patung. Kenapa diam saja? tenang saja aku tidak akan membunuh ayahku. Ini bukan jebakan." ucap Astha.
"Aduh maaf Tuan. Saya diam karena saya mau ke belakang. Saya kebelet. Maaf Tuan. Nanti kita bicara lagi ya. Permisi." Rafelo memang menahan hasrat ingin buang air besar dari tadi. Tapi kebetulan juga bisa sebagai alasan untuk melarikan diri dari Astha. Dia tidak boleh sembarangan bicara. Dia akan menelpon Prasaja lebih dulu sebelum menyetujui permintaan Astha.