"Iya, Jen. Aku hanya bingung saja. Sepertinya aku memang tidak piawai dalam mengelelola bisnis," kata Wili mulai meragukan dirinya sendiri. Terdengar putus asa.
"Tidak, Mas. Semua bisnis tentu lengkap dengan rintangan dan ujian. Aku yakin kok kalau kamu akan mampu melewatinya. Lagi pula, Mas Wili yang aku kenal selama ini seorang yang selalu semangat kok, tapi mengapa hari ini malah layu." Jeni menyemangati suaminya. Saat ini bukanlah waktunya meratapi kesedihan dan menyalahkan siapa pun. Jeni pikir, yang harus dia lakukan saat ini adalah memberikan semangat dan dukungan untuk suaminya.
"Jadi, kamu tidak marah, Jen?" Wili malah bertanya. Ia menatap wajah istrinya dengan perasaan bersalah karena merasa tidak enak perasaan. Biar bagaimana pun restaurant yang dikelolanya itu sudah dia berikan pada Jeni saat awal-awal menikah dahulu, tapi kini malah tutup dan membuat ia merasa bersalah pada istrinya.