Sementara Wili dia pun nampaknya tak jauh berbeda dengan Jeremi. Dia masih duduk di tempat yang sama dan belum berpindah kemana pun. Pikirannya melayang kemana-mana. Wili bahkan merasakan dilema akut di dalam dadanya.
Sepintas pikirannya kembali pada masa-masa saat berdua bersama Jeni. Keindahan yang sempurna pernah mereka rasakan bersama. Janji-janji yang dulu pernah terucap kini seakan tak nampak lagi.
Isi dada Wili tiba-tiba bahkan terasa bergetar saat mengingat-ingat masa indah itu kembali.
"Aarrgghh!!!" Wili menghentakan tangan di atas meja. Ia bahkan terlihat melemparkan vas bunga kecil yang nampak di depannya. Otaknya menolak perasaannya.
"Kenapa harus terjadi seperti ini, Jeni!" pekik Wili sambil meremas rambut dengan kedua tangannya tampak frustasi. Dia sendiri merasa dilema. Satu sisi Wili tak mau ini semua terjadi karena perpisahan bukan hal yang diinginkan Wili dan juga Jeni. Namun di sisi lain, bukti dan saksi begitu jelas memperlihatkan kesalahan Jeni.