"Udah ah, kok kamu jadi begini sih. Aneh deh," balas Jeni sambil tertawa kecil.
"Iya ini semua kan gara-gara kamu. Gara-gara samalam kamu berhasil melumpuhkan ketahananku," lanjut Wili masih menggoda istrinya.
"Ih kamu, Mas!" Jeni tampak mencubit kulit perut suaminya agar diam dan tidak terus-terusan menggoda dirinya. Bukan apa-apa, sesungguhnya Jeni merasa malu saat berbicara masalah intim apalagi bisa dipastikan kalau Mery akan mendengar di belakang.
"Aw! Iya, iya ampun!" ringgis Wili saat Jeni mencubit kulit perutnya dengan manja. Terlihat kesakitan padahal tidak sakit.
Keduanya memulai sarapan pagi usai senda gurau yang singkat. Suasana yang sangat diinginkan Wili dan Jeni saat ini, setelah dalam kurun waktu bertahun-tahun keduanya terpenjara dalam perasaan masing-masing.
Memang benar seperti kata pepatah dahulu, terkadang munculah setelah hujan turun. Dan semua kebahagiaan itu dirasakan keduanya.