"Sudah tidak pagi lagi, kami juga harus pergi. Terima kasih atas keramahan Tuan Wei." Yu Xiaoxuan merasakan suasana beku di atas meja, dia pun berbicara memecah keheningan.
Shen Qinglan berdiri, kata-kata Yu Xiaoxuan sesuai dengan keinginannya.
Wei Lin memang tidak sejantan yang ditunjukkannya di permukaan, sebenarnya dia sangat picik, pembawaannya juga gengsi. Perkataan Shen Qinglan tadi jelas sedang merendahkannya. Dia yang awalnya hanya tertarik terhadap Shen Qinglan seketika jadi membencinya.
Dia langsung menarik pergelangan tangan Shen Qinglan, ada senyuman yang dangkal di wajahnya, "Nona Shen, mengapa terburu-buru pergi? Kita baru saja selesai makan siang, masih sangat lama sebelum langit menjadi gelap. Bagaimana kalau pindah tempat dan melanjutkan bersenang-senang?"
Shen Qinglan menunduk, pandangannya tertuju ke sepasang tangan besar yang menahan pergelangan tangannya itu. Seberkas cahaya dingin berkilat di matanya.
"Bocah ini tidak punya sikap jantan. Hanya ditolak saja, tapi dia begitu tidak terima." Han Yi memasang wajah seperti akan menonton pertunjukan yang bagus.
Meja mereka dan meja Shen Qinglan kebetulan berseberangan secara diagonal dan hanya dipisahkan oleh satu meja saja. Meskipun bukan sengaja mendengarkan, tetapi percakapan beberapa orang tadi tetap terdengar dengan jelas.
"Entah bagaimana Nona Shen akan menangani situasi ini." Mata Han Yi penuh dengan minat. Dia selalu sangat tertarik dengan nona keluarga Shen yang tidak menonjol ini, hanya saja dia tidak pernah mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengannya. Siapa suruh di atas nona keluarga Shen masih ada seorang kakak laki-laki yang sister complex, yaitu Shen Junyu. Dia melindungi adik perempuannya ini dengan sangat ketat. Satu-satunya saat dia melihat Shen Qinglan adalah ketika dia pergi mencari Shen Junyu dan kebetulan bertemu dengannya. Dan dia hanya melirik Shen Qinglan sekilas, tetapi kemudian Shen Junyu memperingatkannya. Setelah itu dalam waktu yang sangat lama Shen Junyu terus menatapnya dengan pandangan waspada.
Fu Hengyi tidak menghiraukan perkataan Han Yi. Walaupun matanya menatap gelas di depannya, tetapi perhatiannya terfokus kepada meja di belakangnya itu. Entah mengapa sepasang mata Shen Qinglan itu membuatnya merasa seperti mengenalnya.
"Wei Lin, lepaskan." Sebelum Shen Qinglan membuka mulutnya, Yu Xiaoxuan sudah marah duluan.
Wei Lin sama sekali tidak memandang Yu Xiaoxuan, matanya menatap Shen Qinglan lekat-lekat.
Pergelangan tangan Shen Qinglan bergerak pelan dan melepaskan tangan Wei Lin, "Tuan Wei, tolong hargai dirimu sendiri di tempat umum."
Walaupun di sini bukan restoran barat kelas atas, tetapi tempat ini termasuk cukup bagus. Saat itu tepat waktu jam makan siang, orang di dalam restoran itu tidak sedikit. Pergerakan mereka di sana telah menarik perhatian sebagian orang.
Wei Lin merasa gengsi, tentu saja dia tidak ingin kehilangan muka di depan banyak orang. Tetapi dia juga tidak ingin melepaskan Shen Qinglan di sini. Dia tidak mengetahui informasi tentang Shen Qinglan, kalau ingin mencarinya bukanlah hal yang mudah.
Wei Lin mengatur ekspresi wajahnya dan tersenyum kecil, "Nona Shen, mengapa harus menolak dan membuat jarak? Karena sudah saling mengenal maka kita adalah teman. Sangat wajar kalau saling meninggalkan nomor kontak di antara teman. Tidakkah kamu setuju?"
"Aku dan kamu seharusnya tidak bisa menjadi teman. Ini uang untuk makan siangnya, kurasa kita lebih cocok bayar sendiri-sendiri." Shen Qinglan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas dari sakunya dan meletakkannya di atas meja.
Beberapa lembar uang kertas berwarna merah di atas meja itu sangat menusuk mata Wei Lin. Itu merupakan penghinaan baginya. Dia tidak bisa lagi mempertahankan sikap jantannya, bahkan lupa kalau di sana adalah tempat umum. Dia langsung menjepit pergelangan tangan Shen Qinglan. Volume suaranya tidak tinggi, nadanya muram, "Sepertinya Nona Shen sudah tidak menghargaiku."
Raut wajah Yu Xiaoxuan berubah menjadi sangat buruk. Matanya membulat dan menatap Wei Lin dengan sorot yang dipenuhi rasa tidak percaya. Dia hampir tidak berani percaya kalau di dunia ini masih ada orang yang begitu tidak tahu malu.
Sorot mata Shen Qinglan tampak semakin dingin. Ketika dia sedang mempertimbangkan apakah turun tangan di tempat umum akan mendatangkan kerepotan atau tidak, sepasang tangan membuka tangan yang sedang menjepit pergelangan tangannya. Kemudian ada sebuah tangan di pinggangnya. Tubuh Shen Qinglan langsung kaku, matanya membeku, namun seketika hawa dingin itu lenyap tanpa bekas.
"Kamu mengganggu tunanganku di depanku, apa sudah melalui persetujuanku?" Suara laki-laki yang rendah dan magnetis terdengar di telinganya, namun suara ini penuh dengan hawa dingin.
Pandangan mata orang-orang tertuju kepada pria yang mengelilingi Shen Qinglan. Ketika melihat wajahnya dengan jelas, mereka pun tidak bisa menahan keterkejutannya dan mau tidak mau berkata bahwa dia adalah seorang pria yang sangat rupawan.
Shen Qinglan berbalik ke samping dan melihat dengan jelas fitur wajah pria itu. Matanya terkejut, ternyata dia.
"Huh, kamu bilang dia adalah tunanganmu, kalau dia memang tunanganmu, mengapa dia masih datang untuk kencan buta?" Saat mengatakannya pandangan mata Wei Lin yang tertuju kepada Shen Qinglan membawa sedikit penghinaan seakan-akan dia sedang melihat sesuatu yang kotor. Meskipun temperamen Fu Hengyi sangat tertekan, tetapi dia tetap harus berusaha walaupun kalah. Apalagi ini di tempat umum, kelihatannya pria ini juga tidak akan berani melakukan apa-apa kepadanya.
Tindak-tanduk mereka di sana sudah lama menarik perhatian orang-orang di dalam restoran. Tatapan mata orang-orang tertuju kepada Shen Qinglan baik sengaja maupun tidak sengaja. Para pria kagum dengan kecantikannya yang mempesona, sedangkan para wanita cemburu. Terutama ketika pasangan pria mereka menatap Shen Qinglan dengan tatapan luar biasa itu, mereka pun tidak bisa menahan diri dan memaki 'rubah betina' dalam hati. Setelah mendengar perkataan Wei Lin, mereka semakin menganggap Shen Qinglan tidak bermoral, sudah punya tunangan tapi masih berbuat macam-macam.
"Qinglan tidak datang untuk kencan buta, dia datang menemaniku. Kamu ini tidak tahu malu, melihat Qinglan yang cantik kamu langsung mengganggunya tanpa peduli dengan kehormatanmu sendiri." Yu Xiaoxuan mengamuk. Temperamennya selalu baik, tetapi dia akan mudah marah begitu masalahnya berhubungan dengan Shen Qinglan, terutama ketika orang lain menindas Qinglan.
Kata-kata Yu Xiaoxuan adalah penjelasan, juga tamparan di wajah.
"Mengapa kamu pergi tanpa memberitahuku? Masih marah denganku?" Fu Hengyi berkata, matanya yang menatap Shen Qinglan lembut dan penuh cinta, juga membawa sedikit ketidakberdayaan seakan melihat seorang anak kecil yang sedang marah.
Walaupun Shen Qinglan tahu bahwa pria itu berpura-pura, tetapi dia tidak bisa menahan diri dan menggerakkan sedikit sudut bibirnya. Dasar laki-laki ini.
"Ada urusan mendadak, jadi aku keluar sebentar. Lain kali aku pasti akan memberitahumu dulu." Karena dia datang untuk membantu, maka Shen Qinglan juga tidak akan mengeksposnya dan berkata dengan kooperatif.
"Tuan, tolong nanti jangan mengganggu tunanganku lagi. Dia murah hati dan tidak akan perhitungan denganmu, tetapi aku tidak bisa semudah itu diajak bicara seperti dia. Kalau kamu berani mengganggunya lagi, maka berikutnya aku tidak akan sesopan ini lagi kepadamu."
Fu Hengyi menatap Wei Lin, nada bicaranya serius. Tetapi hawa dingin di matanya bagaikan pedang yang menghujam ke tubuh Wei Lin.
Di bawah tatapan sepasang mata yang penuh dengan hawa dingin itu, kata-kata yang semula ingin diucapkan oleh Wei Lin pun lenyap tanpa bekas. Nalurinya mengatakan kepadanya bahwa pria ini tidak sedang bergurau.
Han Yi duduk di tempatnya sambil memandang semuanya itu dengan linglung. Dia pasti telah melihat Fu Hengyi palsu.
Fu Hengyi tidak menghiraukan Wei Lin lagi dan langsung keluar dari restoran dengan membawa Shen Qinglan. Melihatnya, Yu Xiaoxuan pun bergegas mengambil tas lalu mengikuti mereka dan hanya meninggalkan Wei Lin yang berdiri di tempatnya dengan wajah pucat. Oh, masih ada satu orang yaitu Han Yi yang dilupakan oleh Fu Hengyi.
Han Yi menggosok dagunya dengan satu tangan. Melihat punggung orang-orang yang telah pergi, ketertarikan di matanya semakin menguat.