Logan ditemani oleh adik kesayangannya sedang dalam perjalanan menuju ke bandara, untuk menjemput Milea yang mulai hari ini sudah resmi stay di Indonesia untuk waktu yang cukup lama dan masalah rumah, Logan juga sudah mendapatkan rumah yang cocok walaupun berbeda kompleks dengannya, tapi itu tidak jadi masalah yang tidak begitu jauh dari rumahnya seperti yang diinginkan oleh sahabatnya tersebut.
"Pa? Kita mau jemput, Tante Milea, ya? Si Tante udah balik lagi ke sini? Kenapa tante suka sekali bolak-balik naik pesawat, ya?" tanya si kecil dengan rasa keingintahuannya.
"Karena pekerjaan tante Milea di luar negeri sayang, tapi mulai hari ini tante tidak lagi bolak-balik karena tante pindah bekerja di Indonesia," ujar Logan sembari fokus menyetir.
"Benarkah? Wahhh asikkk aku jadi punya banyak teman main hehe," girang Andi membuat Logan terkekeh.
"Maafin papa ya, karena tidak bisa seharian full nemenin kamu main," sesal Logan seketika diserang rasa bersalah.
"Enggak papa, kenapa papa merasa bersalah, begitu? Papa, kan kerja juga buat beliin jajan aku, nanti kalau papa enggak kerja terus aku minta uang jajan sama siapa, dong?" ucap Andi memeluk papanya dari samping.
"Makasih ya sayang, kamu udah mau ngertiin papa, tetaplah jadi anak baik sayang." Logan membalas pelukan si kecil dengan sebelah tangannya.
Tak lama kemudian akhirnya mereka sampai juga di bandara dan ternyata, Milea sudah menunggu di sana dengan dua koper di hadapannya.
"Tante Milea?" sapa Andi sembari melambaikan tangannya membuat Milea yang melihatnya seketika tersenyum senang, akhirnya dapat bertemu kembali dengan keponakannya tersebut.
"Sayang? Tante, kangen sekali sama kamu. Kenapa kamu jarang nelpon, Tante? Apa kamu tidak merindukan, Tante?" tanya Milea kepada si bocah kecil yang saat ini di peluknya.
"Aku kangen sebenarnya, tapi kan aku tidak punya nomornya tante Milea," ucap Andi.
"Tapi kan papa kamu punya nomornya?" heran Milea.
"Iya sih, tapi kan ponsel papa selalu dibawa ke mana-mana tidak selalu ada di rumah," ucap Andi membuat Milea mengangguk mengerti.
"Ya sudah, nanti tante belikan sendiri ponsel buat kamu supaya bisa bebas teleponan sama, Tante." Milea yang mempunyai niatan untuk menyenangkan keponakannya, langsung ditolak mentah-mentah oleh Logan.
"Enak saja, dia masih kecil jangan dibelikan handphone karena aku tidak mau dia ketagihan bermain ponsel seperti anak-anak zaman sekarang. Lagian di rumah sudah ada tablet jadi pakai itu saja," sahut Logan kemudian mengajak keduanya untuk memasuki mobil, sedangkan dirinya yang membawa dua koper besar milik sahabatnya tersebut.
"Ini kita langsung pulang ke rumah baruku atau pulang ke apartemen?" tanya Milea.
"Emm enaknya pulang ke rumah, siapa? Aku sih ngikut aja," ujar Logan.
"Emm aku mau langsung lihat rumah baruku aja, lagian kamu juga belum kasih lihat sama sekali bagaimana bentuk rumahnya. Kita ke sana aja," pinta Milea.
"Yasudah kita langsung ke sana, bagaimana kalau kita pesan makanan dulu?" usul Logan sontak membuat satu-satunya anak kecil di dalam mobil tersebut bersorak kegirangan mendengar kata makanan.
"Ayo kita beli makan yang banyak, sekaligus untuk merayakan rumah barunya tante Milea, eh tapi alangkah lebih baiknya kalau kita ajak oma juga buat perayaan tersebut. Kasian oma kalau tidak diajak," usul si kecil mengingat omanya saat ini di rumah sendirian.
"Coba kamu telepon oma dulu, tanyakan oma mau ikut atau tidak? Kalau tidak, ya nanti kita bawa makanannya saja pulang ke rumah, tapi kalau mau ikut sekalian kita jemput," saran Logan kemudian memberikan ponselnya, agar adiknya bisa menelpon sang oma.
Baru saja Andi mau menelpon omanya, tapi tiba-tiba ponsel papanya berdering dan ia segera mengembalikannya.
"Papa? Ada telepon dari Tante Rachel," ucap Andi setelah berhasil membaca namanya dengan sempurna yang tertera di layar ponsel.
"Ish ngapain dia telepon?" gerutu Logan sembari mematikan panggilan tersebut karena dirinya sedang menyetir.
"Rachel? Siapa, Rachel? Pacar kamu?" tebak Milea sembari mengerutkan keningnya.
"Ah bukan, dia salah satu model di perusahaanku," jawab Logan membuat Milea mengangguk.
"Iya bukan, Tante Rachel itu yang bekerja mempromosikan produk-produk miliknya papa dan tante Rachel juga pernah belikan aku ice cream beberapa kali. Tante Rachel orangnya baik banget," puji Andi seketika membuat Milea merasa tidak suka, karena Andi memuji-muji wanita lain di hadapannya.
"Papa? Kenapa tante Rachel tidak diajak juga ikut perayaan ke rumahnya, Tante Milea?" usul si kecil membuat Milea buru-buru menggelengkan kepalanya.
"Tidak sayang, perayaan kali ini hanya dihadiri oleh orang-orang yang paling dekat dengan tante saja. Sedangkan orang yang kamu maksud itu tante tidak mengenalnya sama sekali, jadi mungkin lain kali saja ya?" ujar Milea membuat Andi mengangguk paham.
Akhirnya tak lama kemudian mereka sampai juga di pekarangan rumah barunya Milea, Logan mencarikan rumah sesuai dengan kriteria yang diinginkan oleh sahabatnya. Rumah mewah tersebut berlantaikan dua dan berada di komplek yang tidak jauh dengan kompleknya.
"Wahhh bagus sekali rumahnya," takjub Milea kemudian berjalan memasuki rumah tersebut setelah diberikan kuncinya oleh Logan.
Andi ikut berjalan memasuki rumah baru milik tantenya, sedangkan Logan tertahan di luar karena ponselnya kembali berdering.
"Astaga, dia ngapain sih dari tadi nelponin aku terus?" heran Logan yang mau tidak mau harus mengangkatnya.
"Rachel"
Is calling....
"Halo, kenapa?"
"Halo? Dari mana aja, si Kenapa aku telepon dari tadi tidak diangkat?"
"Aku tadi di jalan lagi nyetir, makanya tidak bisa angkat telepon. Memangnya kenapa?"
"Emm kamu besok ada waktu kosong, enggak?"
"Kalau ada, kenapa? Kalau tidak ada, kenapa?"
"Ya kalau kamu ada waktu kosong besok bisa temenin aku, enggak? Aku mau ke rumah sakit buat cek kesehatan besok, soalnya asisten aku lagi pulang kampung jadi aku tidak ada temannya, makanya aku minta bantuan kamu?"
"Kenapa cek kesehatan? Memangnya kamu sakit, ya?"
"Ciee perhatian sekali? Uhuyyyy aku tidak sakit kok, tapi kan rutin setiap bulannya harus cek kesehatan dan besok itu adalah jadwalnya."
"Ya sudah kalau begitu, jam berapa besok ke rumah sakitnya?"
"Emm berangkat pagi aja, karena agak siang aku ada syuting."
"Ok."
"Besok pagi kamu jemput aku di rumah, sekalian aku mau ngajakin kamu sarapan bareng sebelum kita berangkat ke rumah sakit."
"Tidak perlu, aku..."
"Tidak ada penolakan, pokoknya aku mau besok sarapan bareng sama kamu. Ya sudah kalau begitu aku cuma mau nyampein itu aja."
Telepon langsung dimatikan secara sepihak oleh wanita yang ada di seberang sana, membuat Logan mendengus. Bagaimana mungkin besok ia bisa sarapan di dua tempat sekaligus, karena sebelum berangkat ke kantor pasti omanya menyuruhnya untuk sarapan bersama.