Malam itu begitu dingin. Ketegangan yang dirasakan oleh Dhimas membuatnya cemas. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan Bagaskara, dia tau bahwa tidak semudah itu mengalahkannya. Namun Dhimas sangat khawatir akan keselamatan Bulan.. Jika memang ada hubungan antara Bulan dengan Bagaskara, maka sudah menjadi kewajiban Bagaskara lah untuk melindunginya. Hanya saja..Dhany.. sangat tidak mungkin diprediksi. Ia bisa saja lepas kontrol dan melakukan hal-hal yang membahayakan Bulan. Sedangkan Bulan.. tidak mungkin baginya untuk selalu dijaga sepanjang waktu. Dhimas berpikir keras bagaimana cara untuk meredam amarah Dhany.. setiap detik berharga. Semakin lama Dhany menyaksikan kedekatan antara Bulan dengan Bagaskara, emosinya akan semakin labil. Sedangkan ia pun yakin bahwa saat ini tidak mungkin baginya untuk mengajak Dhany pergi dari tempat itu.
" Dhany, apa yang akan kau lakukan?" Dhimas merasakan kewaspadaan nya meningkat saat melihat Dhany mulai membuka pintu mobil.
" Aq ingin memberi pelajaran untuk teman mu jika kau tidak peduli. " Dhany berkata dengan suara yang tertahan.
Setelah memastikan bahwa tidak ada benda-benda berbahaya yang dibawa oleh Dhany, Dhimas ikut turun mengikuti Dhany.. mendekat ke arah Bulan dan Bagaskara.
Bulan terkejut saat melihat Dhany berjalan menuju mereka. Tatapan mereka bertemu. Bulan merasakan udara dingin menyergapnya..kemudian menyadari bahwa ini bukanlah karena udara yang mendingin..ini adalah aura dingin yang ia rasakan setelah melihat mata gelap Dhany yang menyiratkan sesuatu..tanda bahaya. Ini bukan pertanda baik. Mimpi nya menjadi kenyataan untuk kesekian kalinya. Dhany akan tetap mengejarnya. Tidak lagi peduli akan keinginan hati. Bukan atas nama cinta.
Lain halnya dengan Bagaskara. Ia tetap terlihat tenang. Ia masih bersandar pada pintu mobilnya. "Sepertinya Dhani belum bisa melepas mu."
Tatapan mata Bagaskara beradu dengan Dhimas. Dhimas menyiratkan rasa penasaran besar dan kekhawatirannya. Namun Bagaskara membalasnya dengan anggukan pelan.
"Dhany, ada apa kemari?" Bulan berusaha menahan getar suara nya agar tetap terlihat tenang.
" Siapa dia Bulan? Apa kau bersikeras untuk meninggalkanku karena dia? Jawablah dengan jujur." Dhany mengabaikan pertanyaan Bulan.
Bulan terdiam..ia tau..cepat atau lambat kemungkinan terburuk seperti ini dapat terjadi kapan saja. Namun ia belum mempersiapkan diri untuk menghadapi nya sekarang.
" Dhany..bukankah kalian saling kenal? Kalian berteman bukan?" Bulan balik bertanya.
Dhany melempar pandangan tajam dan melecehkan pada Bagaskara.
" Seorang teman tidak akan merebut milik temannya sendiri. Sungguh tidak tau malu. Oh, tapi seingat q dia memang tidak masuk dalam daftar teman q. Mungkin karena itu dia merasa baik-baik saja saat mengambil apa yang menjadi milik q. Benarkah itu Bagaskara?" Dhany menatap tajam ke arah Bagaskara.
" Dhany.. hubungan antara kita telah berakhir. Aq tidak nyaman berada di sisi mu." Bulan merasa jengah karena harus mempertontonkan drama kisah cinta nya di depan orang lain. Dhimas menangkap reaksinya, " Bulan.. sebaiknya kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kau inti di dalam masalah ini. Bijaksanalah dalam mengambil keputusan." Dhimas terlihat khawatir.
"Bulan..apa yang akan q persembahkan kepada mu nanti..aq jamin tidak akan mengecewakan mu. Aq hanya perlu waktu untuk membuktikan nya. Kembali lah..kembali berdiri di sisi q. Kau..akan mendapat segalanya dari q. Kau tidak akan menyesal." Dhany mendekat selangkah mendekati Bulan. Pandangan mata Bagaskara mulai waspada. Segala otot nya menegang, bersiap untuk bereaksi menghadapi situasi apapun.
Bulan, walau dalam hatinya merasa takut akan intimidasi Dhany terhadap nya memaksa diri sendiri untuk tetap terlihat senormal mungkin.
" Dhany.. we don't fit each other.. don't you get it?" Aq benar-benar tidak sanggup lagi berada di sisi mu."
"Bulan, q telah mengatakan kepada mu, bersabar lah sebentar. Kenapa kau keras kepala?" Dhany mulai menunjukkan keputusasaannya. " Apa kau tidak mengerti? Kau tidak bisa seenaknya saja meninggalkan q seperti ini. Sama sekali tidak memberikan aq kesempatan, dan kini kau bersama pria lain? Bermesraan! Wanita macam apa kau?!" Dhany memegang pergelangan tangan Bulan kemudian menariknya.
" Dhany, jangan macam-macam. Lepaskan tangan Bulan. Kau tidak punya hak untuk memaksanya." Bagaskara berdiri di sisi Bulan, berbicara dengan nada berbahaya. Sorot matanya menunjukkan siap bertempur.