Semua pemilik hati akan berusaha menemukan damainya sendiri-sendiri. Namun kadangkala ada hati yang kurang beruntung karena tidak menemukan kedamaian dalam hidupnya. Nafsu.. sering kali lolos untuk dijadikan sebagai kambing hitam saat kegagalan bergelimang di sekitar mu. Kau dibutakan oleh sibukmu mencari kesalahan orang lain ketimbang menerima kekalahan sebagai konsekwensi dari tak terkontrol nya nafsu. Semua perlu perhitungan..doa..dan takdir. Jika dia memang bukan untukmu..maka ia akan pergi bagaimana pun caranya.
Suhu di sekitar mereka berempat terasa mulai naik. Semua merasakannya. Yang paling merasa khawatir sebenarnya adalah Dhimas, karena dia tau kondisi Dhany. Masalah menjadi rumit dikarenakan ia tidak dapat seenaknya membela Dhany walaupun ia merupakan teman sedari kecil. Bagaskara adalah teman satu letting nya. Satu perjuangan. Tidak mungkin ia abaikan.
Dimas menyentuh pundak Dhany, " Dhany..kita selesaikan ini baik-baik. Bicarakan. Jika kau ingin Bulan kembali padamu maka perlakukan dia sebagai kekasih mu."
" Dia telah melewati batas. Bermesraan dengan pria lain seperti ini, di depan mata q!" Dhany menanggapi Dhimas, namun tatapan matanya lurus ke pada Bulan.
" Kau yang melewati batas mu, Dhany. Hubungan kita telah berakhir. Kau tidak punya hak menentukan apapun tentang aq. Sedari awal kau memang tidak ber hak. Lepaskan tangan q. Penjelasan bagian mana lagi yang tidak kau mengerti? Aq bersedia memperjelas semua nya kembali. Dan ini akan lebih baik karena bukan hanya kau yang mendengar nya. Dan jika ada salah q, kita bisa langsung mendiskusikan nya." Bulan tidak gentar dengan apa yang kini ada di hadapannya. Walau ia tidak mengira Dhany akan bertindak nekat seperti ini..bukankah ini adalah masalah pribadi mereka berdua?
" Bulan..aq hanya meminta kepad da mu.. berikan aq kesempatan untuk membuktikan cinta q pada mu lebih baik dari pada yang lain. Jangan kau tidak mempedulikan q seperti ini. Aq tidak seperti laki-laki yang kau kira. Tidak pernah sekalipun aq mengkhianati mu, percayalah pada q." Dhany meremas tangan Bulan, meletakkan di dadanya. " Kau harus merasakan ini..detak jantung q tidak beraturan saat melihat mu dekat dengan pria lain. Aq tidak tahan, Bulan. Apa kau ingin aq mati karena mu?"
Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menatap mata Dhany..sambil berkata hampir tidak percaya, " Dhany.. aq mengerti apa yang kau perjuangkan. Kau pria baik.. selalu berusaha menyeimbangkan semuanya, selalu ingin menyempurnakan segalanya..bahkan dari pertengkaran kita kemarin aq menyadari bahwa kau benar-benar menjaga hubungan mu dengan lingkungan mu lebih dari yang pernah orang lain lakukan sepanjang pengetahuan q. Namun..kau meletakkan q di pinggiran, Dhany. Yang aq rasakan selama berada di sisi mu..kau tidak benar-benar menganggap q ada. Aq hanyalah sebagai pelengkap statusmu saja. Bukan cinta seperti ini yang q cari." Bulan menarik kembali tangannya dengan lembut.
" Bulan..aq telah mengatakan padamu.. saat ini aq memang belum fokus untuk hubungan kita karena q harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu. Tapi akan ada saatnya..kau akan menjadi prioritas q..kau hanya perlu untuk bersabar.. Sebentar lagi, Bulan..kau hanya perlu bersabar sebentar lagi." Dhany bersikeras mempertahankan inginnya.
" Dhany..kita tidak akan pernah bisa mencapai level itu. Hubungan dengan para kolega, tim kerja, para wanita mu, dan mantan kekasihmu itu..akan selalu mengisi hari-hari mu..mereka tidak akan pernah merasa cukup dengan semua pengorbanan mu. Jika kau memberi mereka perhatian lebih..maka lama kelamaan mereka akan menganggapnya sebagai hal yang biasa dari mu. Maka mereka akan menuntut mu untuk itu selamanya. Hubungan kita telah berjalan beberapa bulan, Dhany..dan aq tidak melihat adanya perubahan dari perlakuan mu kepada q. Kau hanya sibuk merangkai janji-janji manis mu kepada q. Sejujurnya..aq iri kepada teman-teman mu dan mantan mu..mereka mendapatkan perhatian mu lebih dari pada aq."
" Bulan, kau berlebihan. Itu tidak benar." Dhany membela diri." Teman-teman q? Aq bertemu dengan mereka setiap harinya. Itu wajar bukan? Kami bekerja bersama-sama."
" Aq tidak membahas jam kerja mu, Dhany. Bukankah kau sering membatalkan janji mu pada q mendadak dikarenakan kau diajak pergi oleh teman-teman mu? Bagaimana rasanya menunggu kemudian ditinggalkan begitu saja? Bahkan kau pernah tidak memberikan kabar sama sekali, dan baru keesokan harinya kau mengutarakan alasannya pada q. Keren sekali, Dhany." Ada nada sinis dalam kalimat nya.
" Bulan..aq sudah meminta maaf mu saat itu..kau bersikap biasa saja..jadi q pikir..kau tidak mempermasalahkan nya." Dhany mengingat lagi kesalahan demi kesalahan yang ia buat saat itu. Ia benar-benar tidak menyangka telah menyakiti hati kekasihnya.
" Bukan hanya sekali dua kali kau begitu pada q, Dhany.. Apa lagi saat mantan kekasihmu itu mengatakan ingin menemuimu..kau menyediakan waktu mu..tidak peduli kondisi mu..kau tidak pernah berniat untuk menolaknya. Itu sangat luar biasa bagi q, Dhany..Sedangkan kau..hanya bertemu dengan q saat kau sempat. Dan kini kau menyalahkan q atas putusnya hubungan kita? Apa kau benar-benar tidak berhati, Dhany? Kau selalu mengutamakan kehidupan mu.. kepentingan mu..dunia mu..jika kau memang telah memasukkan aq dalam daftar bahagia mu..hmm,ok then.. Let me guess..aq ada dalam urutan paling bawah bukan?"