Written by : Siska Friestiani
Hello, My Little Girl! : 2021
Publish Web Novel : 01 Juli 2021
Instagram : Siskahaling
*siskahaling*
August 4th, 2013. ANDERSON GROUP, Portland, Oregon, Amerika Serikat.
Pria itu termenung, menatap pemandangan luar dari dinding kaca ruang kerjanya yang berada di lantai paling atas gedung perusahaan. Hiruk pikuk suasana di luar sudah menjadi makanannya sehari-hari. Jika sedang suntuk seperti ini, pria itu memang lebih memilih menghabiskan waktunya untuk menikmati pemandangan dari ruang kerjanya.
Pria itu Alexander Anderson. Miliarder yang selalu menjadi topik hangat hampir di semua siaran televisi. Semua orang berusaha mencari informasi mengenai dirinya. Namun tidak banyak yang mereka dapat, karena Alex memang menutup semua akses informasi pribadi mengenai dirinya.
Diusianya yang terbilang muda, 29th, Alex bahkan berhasil membuat Anderson Group semakin berkembang di bawah kepemimpinannya. Dan mau tak mau membuat Wiliam sang Ayah bangga.
Alex menyesap kopi hitam tanpa gula, matanya terpejam menikmati rasa pahit yang khas mengalir di tenggorokannya. Sebelum akhirnya, sebuah suara mengintrupsi kegiatannya.
"Sir?"
Louis, orang kepercayaannya. Orang yang paling Alex butuhkan untuk membantunya dalam hal apapun.
Alex hanya mengangguk tanpa suara, tatapannya bahkan masih menatap lurus ke depan.
"Mobil anda sudah siap, Saya akan--"
"Tidak perlu, aku hari ini akan menyetir sendiri" potong Alex sebelum Louis menyelesaikan ucapannya.
"Baik, Sir. Saya dan yang lain akan berjaga-jaga dengan mobil lainnya" ucap Louis, Alex mengangguk saja, lalu melangkah mendekati meja kerja meletakkan gelas kopinya disana.
"Sir, Tuan besar Wiliam tadi juga berpesan agar anda tidak terlambat di acara nanti malam" Louis kembali bersuara. Alex mendengus.
"Aku tau, Mommy juga sudah mengancam ku sebelumnya" ucap Alex sembari meraih jas di sandaran kursi kerja.
"Kosongkan jadwal ku besok. Reschedule rapat dengan Amora Coorporation, katakan pada mereka aku mengundang langsung Tuan Amora untuk makan malam sebagai permintaan maaf"
"Copy that, Sir"
"Ahh, one more...." Alex membalikkan tubuhnya tidak jadi membuka pintu ruang kerja.
"Beri tahu Cecil dan Stuard untuk mengecek langsung pembangunan Hotel di California. Kirim perkembangannya langsung ke E-mail ku"
"Sesuai perintah anda, Sir" ucap Louis lalu mengikuti Alex yang sudah keluar lebih dulu.
*siskahaling*
Alex mengendarai Maybach Exelero-nya dengan kecepatan sedang. Jalanan sore ini cukup ramai walaupun belum waktunya para karyawan pulang kerja, itu karena memang Portland tidak pernah sunyi dari aktifitas para manusia. Namun tetap saja, Alex selalu merasa kehampaan di hatinya di tengah situasi ramai sekalipun.
Ponsel berdering menyadarkan Alex dari kesunyiannya. Alex pun segera meraih benda pipih itu dari saku jas untuk menjawab panggilan.
"Kau dimana berengsek!"
"Aishhh" Alex seketika menjauhkan ponsel dari telinganya.
Sialan! Lihat saja, ia akan membunuh orang ini nanti!
"Kau ingin mati, huh?" desis Alex kesal, namun seseorang di seberang sana tidak takut sama sekali.
"Kau yang akan ku bunuh berengsek! Ini sudah telat satu jam dari janji yang kau buat" balas suara di seberang sana semakin kesal.
"Aku tidak pernah membuat janji apa pun, kalau kau lupa" jawab Alex santai.
"Yakkkk!! Mati saja kau sialan!" Lagi, Alex harus kembali menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Lima menit! Jika kau tak muncul juga jangan salahkan aku jika--"
Ciitttttt!
Brakkkk!
Alex seketika menginjak rem sekuat mungkin saat tiba-tiba seseorang melintas tepat di depan mobilnya.
Aishhh, kenapa ia begitu sial hari ini.
Alex keluar membuka pintu mobil untuk mengecek kondisi orang yang baru saja ia tabrak.
Tentu saja, ia harus bertanggung jawab bukan?
Seorang gadis kecil, terduduk di aspal jalan dengan rambut panjang yang terurai hingga menutupi wajahnya. Wajahnya tertunduk diam, Alex bahkan tidak mendengar suara rintihan sakit dari bibir perempuan itu.
Aneh, bukankah perempuan itu tertabrak?
"Are you okey? Maaf aku tidak melihat mu saat kau menyebrang tadi" ucap Alex berjongkok di depan gadis kecil itu. Wajahnya sedikit menunduk untuk melihat wajah perempuan yang baru saja ia tabrak.
Tidak ada jawaban, bahkan gadis kecil itu masih diam menunduk. Alex menghela napas. Apa anak kecil ini ingin bermain-main dengannya disaat seperti ini?
Derap langkah serentak terdengar, situasi berubah ramai. Louis dan para bodyguard sudah berdiri siaga mengelilinginya.
"Hey? Kau mendengar ku? Aku bertanya apa kau baik-baik saja? Kalau kau terluka aku akan mengantarmu ke rumah sakit" ulang Alex namun tetap saja tidak ada jawaban.
"Sir, saya akan mengurusnya. Anda bisa lanjutkan perjalanan anda" tawar Louis, tapi entah kenapa Alex menggeleng tidak setuju. Entahlah, biasanya urusan seperti ini memang Louis akan menguruskan untuknya.
Dan tiba-tiba gadis kecil itu mengangkat kepalanya, memperlihatkan sepasang mata biru cerah yang terlihat ketakutan dan putus asa.
Alex tertegun ketika manik biru itu menatapnya, membuat darahnya berdesir beberapa saat.
Alex menatap wajah kecil itu penuh luka lebam dengan ujung bibir robek dan mengeluarkan sedikit darah. Bahkan Ia masih bisa melihat bekas air mata di pipi putih yang lebam itu.
Dan lebam itu tentu bukan karena tertabrak dengan mobilnya.
"Paman, tolong....."
Alex menangkap tubuh kecil itu sebelum jatuh membentur aspal. Gadis kecil itu pingsan bahkan sebelum menyelesaikan ucapannya.
Alex membopong gadis kecil itu membawanya ke mobil lain yang di bawa oleh Louis dan beberapa bodyguard. Maybach-nya tentu saja tidak bisa digunakan karena tidak ada kursi untuk penumpang selain di samping kemudi.
"Ke apartemen. Panggil Jovan untuk segera kesana" perintah Alex lalu masuk ke mobil yang sudah di bukakan pintu oleh bodyguard-nya.
"Yes, Sir" jawab Louis lalu memutari mobil mengambil alih kemudi.
Alex membawa gadis kecil itu di pangkuannya. Kembali menatap wajah penuh luka lebam itu. Apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis kecil ini? Kenapa ia bisa mendapatkan luka sebanyak ini di wajahnya.
Dan melihat luka-luka itu, sesuatu yang tidak nyaman di hatinya muncul. Sebuah rasa baru yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Seakan ada yang menekan dadanya hingga membuatnya sulit bernapas.
"Urusan kita sepertinya akan berlanjut gadis kecil" lirih Alex dengan nada penuh rahasia. Sebelum akhirnya Alex memperbaiki posisi gadis kecil itu di pangkuannya.
*siskahaling*
Hallooo...
Ketemu lagi kan sama aku-nya. Hahaha...
Semoga suka sama cerita baru ku kali ini ya. Terima kasih sudah membaca.
Jangan lupa baca cerita ku yang lain juga ya. Terima kasih banyak udah mampir untuk baca guys.