下載應用程式
80% Harimau Penjaga II / Chapter 4: Part 4 Rindu Masa Lalu

章節 4: Part 4 Rindu Masa Lalu

Part sebelumnya :

Handaka segera menuju ke dalam kamar untuk mengganti pakaiannya. Bagaimana tidak saat ini ia hanya mengenakan boxer berwarna pink dengan bertelanjang dada, rasanya tidak mungkin mengenakan pakaian seperti itu saat keluar dari rumah, 15 menit kemudian Handaka sudah siap. Ia sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa ia kenakan sehari-hari. Hari ini ia mengenakan kaus berwarna putih polos, celana jeans berwarna biru, sepasang sepatu kets berwarna putih, jam tangan dan ditambah sebuah sweater berwarna biru. Setelah dirasa siap, Handaka dan Mang Dirman kemudian segera melesat ke show room mobil yang dimaksud.

***

Mang Dirman mengendarai mobilnya dengan perlahan ketika menyusuri jalanan komplek. Handaka duduk di sebelah supir sembari sibuk memainkan game di handphonenya. Ia tidak begitu memperdulikan jalanan yang cukup sepi siang itu. Kedua Harimau Penjaga yang sedari tadi selalu mengikuti kemana Handaka dan Mang Dirman pergi, kini tengah asyik duduk di atas kap mobil. Mang Dirman benar-benar tidak menyadari apa yang berada di depan kap mobilnya saat ini. Mungkin ia akan benar-benar terkejut ketika melihat terdapat dua ekor Harimau dewasa yang kini tengah bersantai di atas kap mobilnya.

Salah satu dari Harimau yang berwarna putih berjenis Harimau albino itu terlihat membuka mulutnya dengan cukup lebar seperti sedang menguap dan kemudian perlahan-lahan bentuknya berubah menjadi seorang kakek-kakek tua dengan jenggotnya yang berwarna putih. Ia terlihat beranjak dari atas kap mobil menuju ke atas mobil dan perlahan-lahan menembus mobil tersebut kemudian duduk di kursi belakang. Harimau yang memiliki corak kuning loreng itu juga mengikuti hal yang dilakukan sang kakek dan perlahan-lahan juga duduk di kursi belakang.

"Anak ini mau kemana, kakek?" tanya seorang pria dengan pakaian serba kuning yang kini duduk di kursi belakang.

"Tampaknya ia ada urusan di luar! Sudah ikuti saja kemana anak ini pergi, Raden!"

"Hmm ... aku hanya cukup bosan dengan anak ini, Kakek Fatah! Ia tidak seperti Hardy yang bisa melihat kita. Bahkan sampai sekarang kita masih belum juga bisa berkomunikasi dengan anak ini!"

"Ya mau bagaimana lagi. Itu semua adalah hal yang benar-benar terjadi. Bisa dibilang itu adalah faktanya dan tugas kita memang menjaga anak ini dari gangguan-gangguan gaib. Terutama yang diakibatkan oleh saingan bisnis Ayahnya itu!" terang Kakek Fatah.

Kakek Fatah sendiri adalah seorang Penasihat suatu kerajaan dari beberapa ribu tahun yang lalu. Ia merupakan seorang Jin dari golongan putih atau sering disebut sebagai Jin Muslim. Begitu juga dengan pria tampan yang dipanggil dengan sebutan Raden Kuning ini. Ia adalah salah seorang Putera Mahkota dari sebuah kerajaan yang bernama Gumay. Dia merupakan salah satu keturunan dari Raja Kerie Sindang Matahari. Menurut legenda kerajaan ini sebenarnya adalah suatu kerajaan yang kecil yang terpisah dari kejayaan Kerajaan Sriwijaya pada masa lalu.

Handaka sendiri adalah merupakan keturunan langsung dari Raja Kerie Sindang Matahari yang tidak lain adalah Raja dari Kerajaan Gumay. Oleh karena itu Kakek Fatahillah dan Raden Kuning bertugas sebagai Harimau penjaga yang diberikan amanat untuk menjaga anak-anak cucu dari kerajaan Gumay sampai dengan sekarang. Entah sudah berapa lintas generasi hal ini menjadi kewajiban yang terus dijalani oleh kedua Harimau penjaga ini dan tampaknya Raden Kuning mulai merasa bosan dengan anak yang kali ini ia jaga.

"Entahlah, Kakek Fatah! Aku hanya bosan saja menjaga anak yang tidak bisa kuajak berkomunikasi seperti anak ini! Aku sampai heran, bagaimana ini semua bisa terjadi!" timpal Raden Kuning.

"Haha ... anggap saja hal itu terjadi karena anak ini tidak dibekali dengan agama yang cukup. Hal itu membuatnya menjadi tidak bisa melihat kita. Lagipula anak ini memang terlalu rasional dalam berpikir. Bahkan ketika santet yang datang kepada keluarganya beberapa bulan lalu. Ia hanya menganggap itu sebagai sebuah kembang api yang ditujukan ke arah rumahnya. Benar-benar anak yang lucu!" sahut Kakek Fatah.

"Lucu darimananya, kek! Aku kurang sependapat dengan hal itu. Anak ini hanya terlihat baik di luarnya saja, padahal sesungguhnya sifatnya sama saja dengan Ayahnya itu!"

"Sudahlah ... kita tidak perlu memperdebatkan hal ini, Raden! Kita hanya menjalankan tugas semata. Lagipula tugas utama kita adalah menjaga anak ini agar tidak lepas kendali. Bagaimana pun juga warisan itu tentunya masih tetap ada dan turun temurun diwariskan ke setiap generasi."

"Hmm ... mengingat itu semua. Aku jadi rindu dengan keponakanku Hardy. Entah apa kabarnya dia sekarang!"

"Aku juga rindu dengan cucuku itu! Tapi mau bagaimana lagi. Aku dan dirimu sudah pasti paham, kalau kita tidak bisa pergi jauh dari anak ini."

"Iya hal itu sungguh disayangkan, kakek!"

"Kita berdoa saja agar anak ini cepat menjadi lebih baik dan menyadari keberadaan kita. Setidaknya kita butuh agar ia percaya bahwa dunia lain selain dunia manusia itu ada, Raden!"

"Iya aku juga mengharapkan hal yang sama, Kakek!"

Begitulah percakapan dua arah yang diucapkan oleh kedua makhluk tak kasat mata yang kini tengah berada di belakang kursi pengemudi. Mereka terlihat membicarakan masa lalu dimana mereka masih menjadi penjaga dari seorang anak yang bernama Hardy.

Mobil ini perlahan memasuki sebuah parkiran mobil dari sebuah show room yang cukup besar di kota tersebut. Mang Dirman memang diperintahkan untuk mengantar Handaka memilih sebuah mobil baru untuk dikendarai oleh Handaka. Hal ini dikarenakan Handaka memang malas untuk didampingi supir ketika sedang pergi ke luar rumah. Namun kali ini ia terpaksa harus mengikuti perintah Ayahnya agar diantar oleh Mang Dirman atau jika hal itu dibantah bisa-bisa saja Handaka akan mendapatkan ceramah panjang dari sang Ayah dan tentunya Handaka begitu malas mendengarkan ocehan dari sang Ayah.

Mang Dirman dengan sigap segera turun sembari mempersilahkan sang tuan muda untuk segera turun dari mobil. Handaka dengan perlahan memasuki pintu utama show room mobil tersebut sembari matanya nanar memperhatikan kiri dan kanan. Mereka segera disambut oleh seorang pegawai show room yang berpakaian rapi dengan sebuah name tag di dadanya, disana tertuliskan "Raya". Handaka yang tahu benar dengan tubuh dari seorang wanita cantik segera berhenti melirik deretan mobil yang berada di sekelilingnya. Matanya kini sedang sibuk menatap wanita cantik pegawai show room yang memiliki bodi sintal nan menawan ini.

"Selamat datang, bapak! Ada yang bisa saya bantu?" sapa perempuan bernama Raya ini dengan ramah, suaranya begitu merdu terdengar begitu padan dengan wajahnya yang memang sangat cantik. Sungguh wajar, jika Raya ditempatkan dibagian penjualan seperti ini.

Handaka yang sempat kehilangan kesadarannya beberapa saat karena memandangi wajah dari Raya ternganga untuk beberapa waktu, hingga kemudian kembali sadar ketika wanita ini menyapa dirinya.

"Oh iya ... saya ingin melihat-lihat mobil, mbak!" balas Handaka seadanya sembari matanya tetap memperhatikan bola mata indah yang dimiliki oleh Raya.

"Oh kalau begitu silahkan ikuti saya, bapak!"

Handaka kemudian mengekor kemana wanita ini membawanya pergi. Raya mulai menuntun Handaka ke deretan beberapa mobil mewah yang terpajang disana. Ia juga mulai bercerita mengenai spesifikasi mobil. Mulai dari jenis mesin, bahan bakar, harga dan kenyamanan dari mobil-mobil tersebut. Handaka hanya manggut-manggut saja mendengarkan wanita cantik ini mendeskripsikan semua mobil yang terparkir rapi tersebut. Hingga kemudian Raya yang tampaknya menyadari tatapan mata Handaka yang mulai terlihat nakal sengaja menegur Handaka dengan sopan.

"Jadi bagaimana, Bapak? Kira-kira dari penjelasan saya apa ada yang tidak Bapak mengerti? Atau Bapak ada pertanyaan terkait mobil-mobil yang ada disini? Agar kiranya saya dapat membantu menemukan mobil apa yang kira-kira cocok dengan, Bapak!"

Handaka terperanjat kaget ketika tiba-tiba Raya menanyakan hal tersebut kepadanya. Dengan setengah tergagap-gagap akhirnya Handaka mengeluarkan senjata pamungkasnya yaitu pura-pura mengerti dengan situasi yang seperti ini, Hmm ... kebetulan saya ini masih muda, Mbak Raya! Jadi tolong jangan dipanggil dengan Bapak. Lalu untuk mengenai jenis mobil kira-kira menurut Mbak Raya sendiri yang paling cocok dengan saya yang anak kuliahan ini mobil seperti apa ya? Tentunya tidak mungkin saya membeli mobil dengan kesan tua dan tidak sesuai dengan saya!" ujar Handaka cepat. Ia tidak sempat berpikir panjang ketika mengutarakan hal tersebut. Ia hanya berpikir agar kebuntuan ini cepat selesai. Karena ia sudah paham benar, kalau dirinya tertangkap basah sedang memperhatikan wajah dan tubuh dari wanita cantik yang kini ada di hadapannya.

"Haha ... Mas ini bisa saja? Memangnya umurnya berapa sekarang?"

"Kebetulan tahun ini baru masuk 20 tahun, Mbak!"

"Oh kalau seperti itu berarti kita seumuran. Aku juga baru berumur 20 tahun saat ini, Mas! Kalau boleh tahu dengan mas siapa saya berbicara?"

"Perkenalkan saya Handaka Usada, Mbak Raya! Salam kenal!" tanpa basa-basi Handaka segera mengulurkan tangannya ke arah Raya yang disambut hangat oleh wanita cantik ini dengan senyumnya yang menggoda.

"Saya Raya Windari, Mas Handaka! Jadi kembali ke masalah mobil tadi. Saya rasa Mas Handaka akan cocok dengan tipe mobil yang seperti ini!" Raya segera beranjak dari tempatnya berdiri sekarang dan menuntun Handaka berhenti di depan sebuah mobil sedan sport berwarna merah terang.

"Wow baru pertama kali ini aku melihat mobil sebagus ini!" ujar Handaka pelan. Bagaimana tidak selama di kabupaten rasanya sangat jarang orang akan mengendari mobil seperti ini. Paling mahal paling adalah sejenis Honda CR-V ataupun jenis sedan jenis BMW. Handaka baru mengetahui kalau pabrikan Honda memiliki mobil sedan sporty yang benar-benar eye catching dan terlihat gahar di kedua sisinya.

"Mobil ini adalah Honda Coupe CRZ, Mas Handaka! Kebetulan mobil ini keluaran terbaru dari pabrikan Honda. Harganya cukup murah di kelasnya dan tentunya tampilannya juga sangat cocok dengan, Mas Handaka sendiri!" goda Raya. Tentunya ia sungguh berniat agar mobil ini segera laku dan ia akan mendapatkan bonus dari penjualan mobil tersebut. Merayu dan menggoda pembeli sudah menjadi trik marketing tersendiri untuk orang-orang seperti Raya.

"Memangnya kalau boleh tahu berapa harga cashnya, Mbak?" tanya Handaka cepat. Ia tidak sabar untuk mengabari Ayahnya dan membawa pulang mobil berwarna merah metallic ini agar segera terparkir di bagasi rumahnya sekarang juga.

"Mobil ini berkisar 530 jutaan untuk OTR sekarang, Mas Handaka! Tapi jangan khawatir, kami juga mengadakan sistem kredit dengan DP minimal 30% dari harga mobil jika memang Mas Handaka berkenan!"

"Oke kalau begitu. Tunggu sebentar ya, Mbak! Aku mau menelpon Ayahku dulu!"

Handaka segera merogoh saku celananya dan segera menelepon sang Ayah. Hingga tidak lama kemudian terdengar suara sang Ayah dari balik telepon, "Ya ada apa, Kak? Sudah ketemu mobil apa yang akan dibeli?"

"Iya, Yah! Aku kepingin Honda CR-Z gimana? Kebetulan harganya dibawah 600juta. Kalau boleh aku mau mobil ini saja, Yah! Sebagai pengganti Jazz di rumah!"

"Hmm ... kamu tahu juga barang bagus ya! Ya sudah kalau memang kamu mau seperti itu! Mau Ayah transfer berapa?"

"Menurut pegawai show room harganya sekitar 530juta, Yah! Ngomong-ngomong kita beli cash atau credit ini?" tanya Handaka sekali lagi.

"Memangnya sejak kapan keluarga kita beli mobil pake sistem kredit, Kak? Ya sudah Ayah transfer 550jt sekarang! Kirimi saja no rekening show room itu ke handphone Ayah sekarang!"

"Siap, Yah! Terima kasih!"

"Ya sama-sama! Jaga dirimu baik-baik!" pesan sang Ayah.

Handaka melonjak kegirangan ketika sang Ayah menyanggupi permintaanya kala itu. Ia dengan cepat menanyakan no rekening show room untuk melakukan pelunasan pembayaran dan menyuruh Mang Dirman untuk mengurusi segala hal yang kiranya perlu ditangani olehnya.

Handaka hanya duduk di ruang tunggu sembari menikmati sebotol minuman ringan. Ia sedang sibuk memainkan handphonenya ketika tiba-tiba Raya mendekatinya dan duduk disebelahnya.

"Hai mas!"

"Oh kamu, Mbak Raya! Ya ada apa?" tanya Handaka pelan.

"Itu semua mengenai mobilnya sedang diurus sama supirnya. Pembayaran juga sudah masuk ke rekening show room mungkin dalam beberapa hari ke depan mobil akan segera diantar ke alamat, Mas Handaka!"

"Hmm ... memangnya tidak bisa sekarang juga, Mbak?" tanya Handaka penasaran.

"Mobil yang di depan itu hanya sample, Mas! Tidak mungkin kami memberikan mobil sample kepada pembeli! Sudah pasti barang baru yang akan kami kirimkan sesuai dengan permintaan pesanan, Mas! Atau kalau mas memang sudah tidak sabar lagi nanti saya minta saja kontaknya agar kalau ada info terbaru bisa langsung saya kabari!" goda Raya. Wanita ini tampaknya perlahan-lahan tertarik dengan Handaka yang ia pikir adalah anak orang kaya. Bagaimana tidak sungguh jarang seorang pria muda membeli mobil di show room dengan harga cash dan tanpa tawar menawar terlebih dahulu.

"Oh begitu, Mbak! Ya sudah sini kontaknya, Mbak Raya! Nanti aku telepon saja!" balas Handaka.

Akhirnya kedua makhluk beda kelamin ini bertukaran nomor telepon siang itu. Entah apa yang akan terjadi ke depannya dari hubungan yang tidak sengaja terjadi di antara mereka berdua, setidaknya sedikit demi sedikit percikan api cinta itu mulai terlihat.

#Bersambung


next chapter
Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C4
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄