Di malam hari, setelah Jiro mengerjakan tuga dari sekolah membuatnya lelah dan besok ada kegiatan belajar tentang seni budaya bahkan, tidak ada tugas apapun dalam mata pelajaran tersebut. Kemudian, dirinya melihat Yae Miko masuk kedalam kamar dan berkata,"mau tidur Jiro?",ucapnya
"iya Kak, aku mau tidur dan lelah habis mengerjakan tugas rumah untuk dikumpulkan besok",jawab Jiro kepada Yae Miko sambil duduk diatas kasur sambil melihat Yae Miko disampingnya untuk merayu Jiro,"Kakak tidur disini lagi ya Jiro?",ujarnya
"iya tidak apa-apa Kakak, aku tidak bisa tidur tanpamu",ujar Jiro kepada Yae Miko dengan wajah yang tenang sambil melihat Yae Miko tidur di sampingnya sambil menatap Jiro yang belum tidur
"kenapa kau tidak tidur, Jiro?",ujar Yae Miko kepada Jiro
"aneh, aku tidak bisa tidur Kakak",ujar Jiro namun, dirinya melihat Yae Miko untuk memeluknya untuk menidurkannya agar dirinya bisa tidur
"ayo tidur sama Kakak yuk, agar kau bisa tenang dan tidak terlambat lagi kesekolah",ujar Yae Miko yang tersenyum kepada Jiro
Akhirnya Jiro tertidur disamping Yae Miko, hingga dia memeluk Jiro yang kurang tenang atau tidak enak tidur namun, Jiro mendapatkan mimpi sesuatu, dirinya berada didalam kegelapan namun muncul sesosok seorang laki-laki yang ternyata adalah almarhum Andrian hingga berjalan dan ditangannya berupa batang misterius ditangannya dan berkata ketika dirinya mendekatinya.
"Jiro, jangan takut, kau orang yang kuat untuk melawan musuh di masa yang akan datang",ujar Andrian sambil memperlihatkan sebuah batang misterius,"kau akan mengerti Jiro, muridku",tambahnya dan menghilang hingga dirinya melihat seluruh tempatnya bercahaya putih dan menyelimutinya dengan cepat hingga Jiro terbangun dengan kaget dan pusing dikepala,"duh, aku tidak mau terpaksa bangun seperti ini",ujarnya hingga dirinya merasakan tangan kirinya memegang sesuatu yang ternyata sebuah batang bayonet yang dimiliki oleh Andrian
"kenapa Jiro sayang?",ucap Yae Miko dengan mata lemah sambil melihat batang bayonet yang masih utuh,"kau bawa apa itu?",tambahnya sambil mengucek kedua matanya
"aku bermimpi Pak Andrian dihadapanku dan membawa batang byonet misterius Kakak",jawab Jiro yang membuat Yae Miko kaget
"kau membawa ini..... ketempat tidur",ujar Yae Miko merasa dirinya kaget
"bukan, ini batang bayonet milik Pak Andrian Kakak",ucap lagi kepada Yae Miko yang keluar dari tempat tidur, sambil dirinya keluar dari tempat tidur juga
Jiro langsung berangkat dengan teleportasi sedangkan Risa sedang melaksanakan kegiatan belajarnya lewat online, lalu dirinya melihat wajah-wajah teman-temannya yang hadir termasuk Risa sendiri sambil melaksanakan materi yang akan disampaikan oleh guru. Di sekolah, Jiro melihat teman-temannya sedang di dalam ruang kelas hingga dirinya melihat guru yang langsung masuk karena, perlajaran pertama hingga membuatnya terkejut dan duduk di bangkunya. Mata pelajaran B. Indonesia merupakan pelajaran pertama di hari kamis hingga Jiro menulis tentang materi yang disampaikan dari sang guru hingga memberikan evaluasi setelah memberikan materi yang telah disampaikan, Jiro pun langsung menulis sambil mencari jawaban di dalam materi, hingga dirinya cepat menulis langsung mengumpulkan tugas ke atas meja guru bersama teman yang lainnya. Kemudian, sang guru pergi meninggalkan murid didalam kelas menuju keruang kelas lainnya, Jiro pun pergi ke toilet namun, ketika dirinya keluar dari toilet tiba-tiba dirinya melihat seorang laki-laki yang ternyata almarhum Andrian membuatnya kaget dan mundur kebelakang beberapa langkah hingga beliau menghilang,"Hah, kenapa Bapak menghantuiku ya?",ujar Jiro didalam hati sambil pergi meninggalkan toilet sendirian.
Jiro menunggu kedatangan guru B. Inggris dimana dirinya telah menyelesaikan tugas hingga muncul seorang guru bahasa Inggris hingga sang guru menyuruh para siswa untuk segera mengumpulkan tugasnya di atas meja guru. Lalu, dia akan membuat model pembelajaran agar siswa tidak bosan hingga menambahkan nilai yang sempurna untuk siswa maupun siswi. Bell mulai terdengar hingga Jiro melihat seluruh siswa merasa gembira hingga melihat teman-temannya untuk pergi ke kantin atau ke tempat lain disekeliling sekolah agar mereka tidak bosan. Jiro yang sendirian di suatu tempat yang sepi bahkan, dirinya berada disuatu ruangan, dirinya berada di dalam ruang seni penyimpanan berbagai lukisan buatan almarhum sampai buatan kepala sekolah SMA di pajang di dinding sampai bagus, dirinya melihat dan mengelilingi seluruh lukisan di atas namun, ketika dirinya mengelilingi lukisan buatan masing-masing, tubuh Jiro berhenti sambil menatap Andrian didepan mata yang sedang tersenyum kepadanya.
"Jiro, pegang ganggan bayonet milikku",ujar Andrian kepada Jiro yang terdiam dengan tatapan kosong,"kau akan tau tentang hal itu Jiro",tambahnya dan menghilang sekejap hingga Jiro sadar setelah melihat ruh Andrian yang memberi tau bahwa batang bayonet yang digunakan olehnya sangat misterius membuat Jiro heran dengan batang yang ditemukannya.
Bell pun berbunyi membuat seluruh murid pulang dan senang bisa melepaskan dahaga dari Kegiatan Belajarnya, kecuali Jiro yang hanya melihat batang bayonet muncul dihadapannya membuatnya heran dengan batang tersebut,"kenapa batang ini ada disini ya?",ujarnya,"apakah saya ngelindur tau gimana ya?",tambahnya sambil menyimpan di dalam tas hingga melanjutkan perjalanannya untuk pulang hingga memikirkan ucapan dari Andrian tentang batang bayonet yang misterius. Ketika sampai di rumah, dirinya melihat Yae Miko yang mencoba mencari sesuatu sambil menghadap dirinya,"Jiro, kau melihat batang bayonet?",ujarnya membuatnya kaget.
"Kakak... Kakak mencari bayonet yang.....",ucapan Jiro berhenti sambil mengeluarkan sebuah batang bayonet peninggalan Andrian dan memperlihatkannya kepada Yae Miko yang membuatnya terkejut,"batang bayonet ini kan?"
"iya, kau membawanya kesekolah?",ujar Yae Miko
"tidak kakak, aku menyimpannya di atas meja belajar, buat apa saya bawa ngbatang bayonet tua gini",ujar Jiro kepada Yae Miko sambil melihat dirinya pergi kelantai,"aku bingung, aku dihantui oleh Bapak Andrian",tambahnya
"mungkin ada sesuatu yang tidak enak Jiro",ujar Raiden Shogun yang berada didepannya membuat Jiro kaget
"aah, maksud Mamah?",ujar Jiro yang kaget melihat wajah Raiden Shogun dengan serius
"mana batang itu, Jiro? Mamah, sama menghantui Andrian didalam mimpiku",ujar Raiden Shogun untuk mengambil batang bayonet yang sudah tua ditangan Jiro hingga Jiro memberikannya kepada Raiden Shogun
"ini, Mamah",ujar Jiro sambil memberikan batang tersebut
Raiden Shogun melihat batang Bayonet peninggalan Andrian yang misterius baginya, bahkan mengingat kejadian yang sudah berlalu melawan musuh di kegelapan Inazuma, dirinya berada dibelakang dalam menghadapi gempuran musuh dimasa lalu, namun ketika Raiden Shogun mengeluarkan electronya, Andrian berusaha mengeluarkan bayonet bekas pasukan klan Kamisato yang sudah tewas, maka dari itu bayonet tersebut berguna untuk melawan musuh walaupun jumlahnya sangat banyak. Namun, Raiden Shogun mengingat batang bayonet tersebut rusak setelah dirinya berhasil membunuh musuh di Inazuma hingga Andrian tewas seketika, membuatnya ikhlas kehilangan Andrian di Inazuma hingga sekarang sudah menemukannya di hutan belantara.
Raiden Shogun mengingat kejadian tersebut dengan misterinya hilangnya Andrian secara aneh, lalu melihat batang bayonetnya masih ada membekas dimana dia telah membunuh beberapa musuh pada zaman perang kegelapan. Jiro melihat wajah Raiden Shogun yang sedikit marah dan sedikit tenang sambil melihat batang misterius hingga berada di benteng, membuatnya bingung dan berkata,"jadi..... ada apa dengan batang bayonet itu Mamah?",ujarnya
"Mamah..... mengingat perang kegelapang",jawab Raiden Shogun sambil melihat bekas-bekas tangan Andrian yang masih ada kemudian, dirinya akan membersihkannya dengan sabun agar tidak ada bekasnya tangan atau darah di batang tersebut. Lalu, memperlihatkan batang bayonet yang masih bagus berwarna cokelat bergaris abu-abu serta ada lambang Kamisato yang merupakan klan yang masih ada hingga saat ini.
"hah, itukan lambang klan Kamisato?",ujar Jiro yang terkejut melihatnya
"oh iya, itukan Kamisato? Dia mengambil dari salah satu tentara yang sudah tewas bukan?",ujar Yae Miko kepada Raiden Shogun
"iya, sekarang tentara Inazuma berada ditangan Sara, dia yang melihat dan memeriksa tentara di Inazuma",jawab Raiden Shogun sambil pergi melihat pemandangan alam Inazuma dimana dirinya mengingat wajah tersebut membuat dirinya rindu dengannya. Jiro mengerti rasa orang yang hilang dicintainya akibat perang selalu diingat di hati, kemudian Jiro akan mendekatinya dan berhata,"sudah Mamah, ikhlaskan saja, yang penting dia punya kenangan yang dilupakan berupa benda yang dia gunakan",ujarnya membuat wajah Raiden Shogun begitu tenang mendengarnya
"iya Jiro, mamah sudah tau itu walaupun beliau telah tiada, dia memberikan sesuatu yang aneh",jawab Raiden Shogun yang melihat pemandangan indah didepan mata hingga menatap Jiro yang sedang menikmati pemandangan indah didepan mata,"kau melihat apa?",ujarnya
"Aku hanya melihat pemandangan dan berimajinasi, Mamah",jawab Raiden Shogun hingga Yae Miko tersenyum yang murah kepada Jiro
"kau tau? Mamah mengerti tentang Andrian",ujar Raiden Shogun
"aku mengerti Mamah, tentang guruku",ujar Jiro yang pernah mendengar cerita panjang lebar dari Raiden Shogun yang membuatnya senang mengingat kenangan bersamanya
"iya, kalau kau sudah tau tidak apa-apa Jiro, Mamah pergi dulu ya?",ujar Raiden Shogun yang mencoba pergi namun, Jiro tetap memegang tangan Raiden Shogun dengan erat dan menatapnya dengan tajam
"tunggu Mamah, bagaimana kalau kita akan mencari ujung bayonet ini bersama-sama? Aku tau, Mamah ingin mencarikannya kan di suatu tempat",ujar Jiro yang melihat Raiden Shogun menatap Jiro dengan heran
"apa kau bilang? kau ingin mengajak Mamah mencari ujung pedang milik dia?",ujarnya melihat Jiro yang ingin mengajak Raiden Shogun untuk pergi bersamanya
"iya, kalau mamah nggak mau tidak apa-apa",ujar Jiro yang ragu-ragu untuk mengajaknya
"boleh Jiro, Mamah akan ikut bersamamu dan kau juga Yae Miko",ujar Raiden Shogun kearah Yae Miko yang membuatnya kaget melihat dirinya yang serius
"i i iya boleh, Raiden Shogun",jawab Yae Miko yang sidikit gugup menatapnya
"kalau begitu, kita akan pergi kemana Jiro?",ujar Raiden Shogun dimana Jiro yang tau tentang batang tersebut namun, tiba-tiba saja, Jiro ingin menggambarkan seuatu didalam kertas dimana dirinya menggambarkan berupa peta Inazuma serta membuat garis pemisah melengkung dan kesamping dimana dia menemukan gerak-gerik dibalik peta tersebut membuat Jiro yakin di tempat tersebut merupakan daerah pegunungan Yougou membuat Raiden Shogun dan Yae Miko kaget melhat peta yang dibuat oleh Jiro hingga Yae Miko berkata,"apa benar? kita harus pergi kesana?",ujarnya
"bisa saja Yae Miko, dia pernah menjelajah ketempat pegunungan Yougou",ujar Raiden Shogun dengan wajah serius melihat peta tersebut yang menunjukkan ada sesuatu di pegunungan Yougou
"Hmmm, apakah berbahaya disana Mamah?",ujar Jiro kepada Raiden Shogun dan Yae Miko yang membuatnya gemetar yang ingin menjawabnya
"aaah, sebenarnya Jiro..... tidak ada jalan lagi selain ketempat sana?",ucap Yae Miko yang gemetar dan sedikit menahan sesuatu agar tidak mengecewakan Jiro
"tidak Kak",jawab Jiro,"ayo kita akan pergi kesana, aku tidak sabar untuk menemukan batang bayonet ini",ujar Jiro yang ingin pergi ke pegunungan Yougou
"yaaah, kita akan pergi kesana",ucap Yae Miko yang gemetar dimana Jiro belum pernah ke pegunungan tersebut dan penasaran dirinya ingin menemukan ujung bayonet yang hilang, lalu Jiro pergi hingga Yae Miko mengikutinya dari belakang untuk mengawasinya kecuali Raiden Shogun yang tidak mau ikut tanpa alasan.
"yaaah, padahal Mamah janji mau ikut kesana",ujar Jiro yang sedih melihat kebelakang dirinya tidak melihat Raiden Shogun dibelakangnya
"aaaah, dia sedang mengurus pemerintahan dulu Jiro",jawab Yae Miko sambil mengikutinya dari samping
"oh iya, Kakak, gunung Yougou itu seperti apa ya? Apakah seperti gunung yang ada di daerahku?",ujar Jiro menanyakan sesuatu tentang pegunungan Yougou
"gunung itu... tidak Jiro, gunung itu terdapat penyimpanan barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi atau barang-barang yang sudah dibuang ke gunung itu jadi..... yah... begitu Jiro",jawab Yae Miko yang menyembunyikan gunung Yougou dimana, Jiro merasa ingin tau tentang gunung tersebut
Jiro melihat kedalam peta lagi, dirinya akan sampai ditujuan hingga tak lama kemudian, gunung tersebut mulai terlihat oleh kedua mata Jiro sambil melanjutkan perjalanannya kedepan sementara Yae Miko hanya tersenyum melihat dia berjalan kaki yang tidak pernah lelah. Kemudian, melewati desa Konda hingga bertanya tentang pegunungan Yougou walaupun orang-orang desa tidak mengerti omongan Jiro yang membuatnya sedih sambil menahan kesedihan tersebut. Kemudian, Jiro terus berjalan kedepan dan tiba-tiba saja, didepannya sampai di pegunungan Yougou membuatnya heran sambil berjalan kedepan bahkan, melihat pohon bunga sakura, hingga melewatinya serta melihat isi didalam pegunungan Yougou.
Didalam gunung Yougou melihat sebuah tanaman serta akar yang sangat banyak membuat Jiro serius hingga melihat rauk muka Yae Miko yang tetap menjaga dirinya, namun ketika hampir sampai di tempat tujuan, Hirecurl menghalangi Jiro dan Yae Miko untuk mencari ujung pisau tajam milik Andrian yang sudah lama menghilang. Jiro melihat musuh dengan memegang kapak ungu serta bertanduk panjang merah, membuatnya ingin bertarung sambil mengeluarkan satu serangan ke arahnya dan mati,"hanya segitu rupanya kekuatan makhluk aneh itu",ujar Jiro yang melihat makhluk tersebut sudah mati dalam satu menyambit pedangnya sambil berjalan kedepan lagi dan memasuki sebuah pembersihan Yougou membuat Jiro heran dengan tempat tersebut dan mencoba untuk mendekatinya namun, setelah mendekatinya akar-akar berbentuk lingkaran misterius tidak terjadi apa-apa bahkan, dirinya pun sempat bingung untuk mencari ujung pisau yang sangat penting baginya hanya menemukan batang bayonet saja yang dirinya temukan lewat mimpi. Jiro bingung dan berkata,"kenapa tempat ini kosong hanya tumbuhnya akar yang lebat ditempat ini",ujar Jiro sambil mencarinya kesuatu tempat dengan penuh keberhatiannya.
"namanya juga di pegunungan Yougou Jiro, kau baru pernah kesini sebelumnya?",ucap Yae Miko yang melihat Jiro sedang mencari ujung bayonet yang menghilang secara misterius hingga melihat Jiro berhenti untuk mencarinya
"ternyata tidak ada ujung bayonet ditempat ini rupanya",ucap Jiro sambil melihat kedalam peta lagi yang ternyata salah arah,"aaaah, Kakak... kita salah arah deh",ujarnya
"apa?! Kita salah arah?",Yae Miko terkejut mendengar ucapan Jiro yang telah melihat isi dibalik peta tersebut
"iya, kita salah arah Kakak",ujar Jiro yang malu melihat isi didalam peta tersebut
"jadi, kita ambil ke arah mana?",ucap Yae Miko yang melihat Jiro pergi dan mengikutinya dari belakang
"kita akan mengikuti jejak peta ini lagi kak",jawab Jiro kepada Yae Miko yang mencoba menahan amarahnya kepada Jiro
Begitu Jiro pergi, Yae Miko berusaha menemaninya disamping dengan jalan kaki hingga pergi ke arah samping kiri dirinya menemukan sebuah jalan yang belum dilewati oleh Yae Miko bahkan, dirinya akan pergi kedepan hingga tak lama kemudian, dia melihat petir yang muncul di depannya membuat Jiro heran dengan petir yang berelemen sama dengan dirinya sambil berlari kedepan. Lalu, begitu Jiro berlari kedepan bersama Yae Miko dirinya melihat seorang perempuan dengan elemen electro yang sedang menyambar yang sangat besar kesuatu tempat,"siapa petir yang ada disana itu Kak?",ujar Jiro yang melihat petir-petir besarnya kemudian, dirinya melihat seorang perempuan yang mengendalikan kedua tangan, satu tangan memegang pisau yang kedua ujungnya digunakan menyambit musuh serta telapak tangan kosong hingga Jiro melihat wajah perempuan misterius tersebut, yang ternyata Raiden Ei dihadapan Jiro membuatnya kaget melihatnya dan berkata,"Mamah?",ujarnya membuat Raiden Ei melihatnya.
"Jiro, kenapa kau ada disini?",ujar Raiden Ei melihat Jiro yang terkejut melihatnya
"aku tidak mau menyerang Mamah",jawab Jiro sambil berpaling untuk pergi karena, tidak ada yang mencurigakan di mana-mana
Raiden Ei heran dengan sikap Jiro yang ingin pergi dihadapannya, kemudian dirinya mencoba untuk mengikutinya dari belakang sambil berkata,"kenapa kau nggak mengajak Mamah untuk mencari sesuatu lewat peta itu, Jiro?",ujarnya kepada Jiro yang sedikit serius sambil menatapnya
"karena, Mamamh sedang sibuk tidak?",ucap Jiro sambil menghadap kebelakang dimana dirinya melihat Raiden Ei berjalan sambil menemuinya membuatnya terkejut melihatnya
"Mamah... Mamah akan ikut dalam mencari misteri itu... yaaah, apa boleh buat Jiro",ujar Raiden Ei sambil melewati Yae Miko dan Jiro yang berada disamping sambil mengambil peta namun, dirinya melihat isinya berupa catatan yang isinya: kau ingat keindahan dari benteng Inazuma besar, Raiden. Apa maksudnya teka-teki seperti ini?",ujarnya lagi dengan sedikit kesal melihat catatan tersebut
"sepertinya, catatan itu mengingat Mamah bersama Pak Andrian, begitu",jawab Jiro sambil melihat wajah Raiden Ei serius untuk mengingat wajah Andrian beberapa tahun yang lalu, dirinya mengajaknya kesuatu tempat dan mengingatnya.
"oh iya, aku dengar ucapan seperti ini... kita akan pergi ke kota, bagaimana?",ucap Raiden Ei membuat Jiro heran dengan sikap tersebut sambil melihat lengan kanannya ditarik oleh Raiden Ei untuk mengajak Jiro kesuatu tempat
"Mamah, kita kemana?",ucap Jiro yang heran dengan sikap Raiden Ei yang merasa senang dimana dirinya mengingat sesuatu hal yang hampir dilupakan tentang Andrian, sambil jalan kaki ketika sampai di kota Narukami, Jiro dan Yae Miko bingung melihat Raiden Ei senang dan senyum mengingat tentang hubungan asmara dengan Andrian diajak bicara dan memakan Dango di suatu kota sebagai kenangan dimasa lalu. Jiro heran dengan sikap tersebut dan berkata,"Mamah, apakah kita sudah sampai?",ujarnya membuat Raiden Ei kaget melihat kepala Jiro menatapnya sambil menghadap kedepan dirinya menemukan sebuah ruko besar membuatnya terkejut melihatnya dimana terdapat ruko besar tersebut merupakan makanan favorit Raiden Ei, Dango.
Jiro bingung dan berkata,"jadi, Mamah... Mamah bersama Pak guru pergi bersama ketempat ini?",ujar Jiro
"iya, kenapa?",ujar Raiden Ei yang menatap Jiro terkejut melihat atau menemukan kenangan masa lalu untuk memperlihatkan kepada Jiro dan Yae Miko
"ooh, kau pernah mengajak dia ketempat ini. baiklah Jiro, ayo kita makan Dango, kau pasti laparkan?",ujar Yae Miko yang tersenyum sambil mendengar perut berbunyi
"iya Kakak, aku juga lapar dan pastinya aku akan makan Dango ditempat itu",jawab Jiro sambil berjalan ke dalam suatu ruko yang merupakan makanan favorit Raiden Ei, Dango dengan harga yang mahal dan langka
Ketika mereka masuk kedalam, melihat orang-orang sedang membeli dango didalamnya, kemudian dirinya melihat makanan favorit kesukaan Raiden Ei yang sudah menunggu yang membuatnya lapar termasuk Jiro dan Yae Miko yang tidak sabar untuk mencicipinya. Dia melihat mereka sambil berkata,"ayo Jiro! Yae Miko! makan sama aku",ujarnya
Jiro melahap satu dango, dimana dirinya baru mencoba makanan yang berasal dari Inazuma yang membuat Jiro kaget dan enak, Raiden Ei melihat Jiro senang memakan Dango yang belum pernah mencicipinya kemudian, dirinya pun sudah merasakan manisnya dango hingga Jiro pun melahapnya lagi. Kemudian, Yae Miko melihat dango yang harganya mahal dihabiskan oleh Jiro dan Raiden Ei yang merasakan Dango yang sangat enak dibandingkan makan Dango ditempat lain. Lalu, mereka puas memakannya hingga dibayar dengan uang pas, bahkan Jiro pun senang melahap Dango dan berkata,"ternyata makanan seperti ini lebih enak daripada makanan lainnya",ucapnya
"iya Jiro, nanti kapan-kapan kita makan ditempat ini saja ya Jiro? Mamah senang makan Dango dengan harga yang mahal",ucap Raiden Ei sambil melihat kesamping, dimana Yae Miko menatap dirinya dengan senyuman
"dasar, kalian berdua suka makan dango ditempat mahal ini",ucap Yae Miko didalam hati dan tertawa sedikit melihat mereka
Setelah menikmati dango yang enak dan mahal, Jiro dan Raiden Ei melihat Yae Miko sedang memegang kertas kosong dan tak lama kemudian, dirinya melihat sebuah gambar kuil dengan kurang jelas dimana dirinya bingung untuk melihat sebuah gambar kuil Shinto disuatu tempat. Raiden Ei melihatnya dengan jelas dan berkata,"oh, kita akan pergi ke kuil di samping rumahmu, Jiro",jawab Raiden Ei yang telah melihat gambar kuil tersebut
"baik, kita akan kesana",ujar Yae Miko sambil berjalan cepat bersama Jiro dan Raiden Ei setelah berkeliling kota Inazuma dan menemukan sebuah ruko yang mahal merupakan Dango yang langka di tempat tersebut lalu, mereka keluar dari Inazuma hingga pergi keluar rumah Jiro karena, didalam gambarnya berupa petunjuk tentang kuil tua yang masih utuh dan telah dibangun kembali oleh Raiden Ei. Jiro bersama Yae Miko dan Raiden Ei sampai didepan kuil tersbeut, hingga masuk kedalam ruangan hingga sang penjaga kuil menghormatinya dengan siap tegak, bahkan mereka melihat kedalam melihat isinya kosong dan tidak ada yang mencurigakan, Yae Miko akan naik ke lantai atas dimana Jiro akan mencari ujung bayonet yang menghilang di lantai atas hingga Raiden Ei berkata kepada Jiro dan Yae Miko,"Jiro! Yae Miko! kenapa kalian keatas?",ujarnya
"aku akan mencari ujung bayonet ini Mamah",jawab Jiro kepada Raiden Ei hingga dia membuang nafas sambil mengikutinya ke atas
"tunggu sebentar Jiro, Mamah akan ikut memeriksa dilantai atas itu",ujar Raiden Ei kepada Jiro
Begitu Raiden Ei kelantai atas sambil melihat Jiro dan Yae Miko menunggu kehadiratnya, Jiro akan melanjutkan pencariannya hingga tidak menemukan apa-apa hanya terdapat ruang bagian samping, hingga melihat isinya berupa penyimpanan benda-benda tua atau benda hiasan pada zamannya. Jiro mencari ujung bayonet yang hilang namun hasilnya nihil, kemudian dirinya pergi setelah memeriksa penyimpanan pagoda sampai penyimpanan patung kecil di dalamnya sambil melihat Yae Miko dan Raiden Ei menemuinya dan berkata,"tumben kau disini rupanya",ujar Raiden Ei kepada Jiro
"aku sudah mencari keruangan sana, Mamah",jawab Jiro yang gemetar,"ternyata tidak ada ujung bayonet disana melainkan penyimpanan pagoda dan patung kecil",tambahnya hingga melihat wajah Raiden Ei mulai berubah
"aku heran dengan petunjuk yang kau temukan Jiro",ucap Raiden Ei dengan sedikit kecewa bercampur dengan sedikit bingung melihat sebuah gambar di dalam kertasnya
"emangnya, kenapa Mamah?",ujar Jiro kepada Raiden Ei
"tidak apa-apa, kertas ini hanya kau yang bisa menggambarkan sesuatu dan...",ucapan Raiden Ei berhenti melihat tangan Jiro bergerak untuk menggambarkan sesuatu didalam kertas tersebut, kemudian dirinya menghapus gambar kuil dengan lengannya, hingga digantikan gambar sesuatu didalam kertas yang mistis. Hingga gambar tersebut mulai terbentuk, bahkan Yae Miko terkejut melihat hasil gambar buatan Jiro dimana Jiro menggambarkan sebuah peta lagi dengan jelas bagi Raiden Ei,"peta apa ini?",ucap Jiro yang heran dengan hasil gambar peta buatannya
"sepertinya gambar peta ini menunjukkan di sekitar sini Jiro",jawab Raiden Ei,"kita keluar dari kuil karena, ada sesuatu lagi yang mencurigakan bagi dibalik kertas ini satu persatu",jawab Raiden Ei yang telah melihat kertas misterius tersebut
"padahal, kertas ini didalam saku bekas ujian yang tidak digunakan, Mamah",jawab Jiro kepada Raiden Ei
"maksudku... Mamah mulai mencuriga tentang batang bayonet itu lewat gambar didalam kertas itu, Jiro",jawab Raiden Ei sambil pergi keluar dari kuil Shinto bersama Jiro dan Yae Miko melihat pepohonan menjulang tinggi membuat Jiro berubah sikap ketika berada didalam tempat yang berbahaya.
Jiro mulai serius ketika berada didalam hutan, tiba-tiba saja muncul serangan yang tidak terduga, anak panah yang berasal dari arah kiri, membuat Jiro kaget dan menghindar bahkan melihat beberapa anak panah lagi ke arah Raiden Ei hingga mengeluarkan cahaya electro ungunya dan membuatnya marah, Yae Miko yang berada di samping Jiro akan membantu melawan musuh yang tidak terlihat hingga Jiro siap untuk melepaskan serangan tornado petir kearah samping kiri. Kemudian, dia melihat musuh buatan Yuda yang bersembunyi untuk membalas dendam dalam kekalahan perang di kota Sumedang hingga tewas dan menghilang begitu saja.
"ternyata mereka adalah koloni dari Yuda Jiro",ujar Yae Miko
"iya, tapi tidak ada gerak-geriknya Yuda, ditempat ini Kakak",jawab Jiro yang telah merasakan sesuatu yang tidak aneh maupun aneh di lingkungan hutan berbahaya,"sebaiknya kita akan menyerang mereka yang sedang bersembunyi didalam semak-semak atau di belakang pepohonan itu",tambahnya sambil menggibas serangan petir ke arah musuh yang sedang bersembunyi didalam semak-semak yang tebal membuatnya kaget dan tewas seketika. Yae Miko yang mengeluarkan catalyst telah berhasil membunuhnya dengan kekuatan Electronya, dengan bayangan ruba pink dibelakangnya sehingga musuh terlempar ke atas hingga tewas olehnya.
Raiden Ei berusaha membunuh para koloni yang akan menghancurkan kuil tua didalam hutan belantara, dengan mengeluarkan beberapa garis-garis petirnya sampai kilatan listrik yang membahayakan bagi musuh yang sedang bersembunyi didalam pepohonan besar dan terjatuh serta terkena serangan petir oleh Raiden Ei dengan cepat. Jiro melihatnya hingga berusaha menahan serangan pedang oleh koloni Yuda yang berjumlah empat belas orang yang akan menyambit dengan pedang petirnya ke arah mereka dengan cara berputar dan seluruh musuh terkena sengatan electro yang mengerikan sampai tewas. Yae Miko mulai mundur sambil berada dibelakang Jiro bahkan, sedikit ketakutan akan dikepungnya oleh para koloni Yuda yang memegang tombak dan pedang ke arah Jiro dan dirinya.
"Jiro, sebaiknya kita harus menyerang secara bersama-sama",ujar Yae Miko yang melihat beberapa musuh yang muncul seketika dari belakang pohon besar dan bersiap untuk mengepungnya membuat Jiro terkejut hingga mengeluarkan serangan terakhirnya agar musuh tewas di mana-mana.
"sebaiknya, kita harus berhati-hati Kakak",ujar Jiro sambil mengeluarkan tiang ruba pink electro untuk mengepung mereka walaupun jumlah musuh sangat banyak sekitar lima puluh enam koloni yang akan menyerang Jiro, Raiden Ei, dan Yae Miko. Lalu, Jiro siap untuk menggibasnya ke arah depan setelah mengumpulkan tiang berbentuk ruba, kemudian dirinya akan menyerangnya sehingga musuh terkepung oleh tiang tersebut sampai muncul petir yang akan siap menyambar petir ungu ke arah mereka yang membuat mereka kaget dan terkena serangan mengerikan. Bahkan, mereka menghilang akibat petir mengerikan dari Jiro, hingga Raiden Ei kaget melihatnya sambil menemui Jiro dan Yae Miko untuk menjauh dari mereka,"mereka sudah mati, kerja yang bagus Jiro",ujar Raiden Ei yang kewelahan dalam bertarung melawan para koloni yang akan mengepung dirinya.
"iya Mamah, mereka telah hilang akibat seranganku",ujar Jiro kepada Raiden Ei
"sekarang, kita lanjut semuanya",ucap Raiden Ei kearah Jiro dan Yae Miko yang sedang membuka kertas dan melihat isinya sebuah gambar peta lagi sama seperti sebelumnya
"isi petanya masih utuh Raiden Ei",jawab Yae Miko yang telah melihat peta didalam kertasnya
"sebaiknya, kita akan pergi ke depan atau kemana Yae Miko?",ujar Jiro sambil menemui Yae Miko dibelakang samping kiri yang sedang melihat jalur garis yang terpecah-pecah,"Hmmm, berarti kita masih jauh rupanya Kakak",tambahnya
"iya Jiro",jawab Yae Miko,"kita akan mengikuti jejak itu",tambahnya
"tunggu, kita tidak boleh terlambat sampai malam untuk menemukan sebuah ujung bayonet misteris Kakak",jawab Jiro yang telah melihat isi catatan kecil di bagian bawahnya
"kau benar Jiro, kita tidak boleh terlambat sebelum matahari terbenam sekarang",ucap Raiden Ei yang membacanya dengan teliti
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanannya ketempat yang jauh dari kuil, hingga mereka melihat ke atas tertutupnya awan dengan daun-daun hijau di atas ranting pohonnya yang sangat tinggi yang membuatnya sulit untuk merasakan kondisi waktu. Bahkan, mereka melanjutkannya dan melupakan hal tersebut, dengan jalan kaki sambil menghadap kedepan kecuali Yae Miko dan Jiro yang sedang melihat ke dalam peta dan melihat kedepan agar Raiden Ei tidak tersesat untuk menemukan ujung bayonet yang hilang milik Andrian.
"masih panjang Yae Miko?",ujar Raiden Ei dengan lembut bercampur tegas sedikit
"masih panjang",jawab Jiro sambil menghadap Raiden Ei yang berada didepan,"mungkin beberapa langkah lagi Mamah",tambahnya
"Hah? yang benar Jiro?",ujar Raiden Ei yang tidak percaya dengan ucapan Jiro
"Jiro benar, hanya beberapa langkah lagi, kita sudah sampai di depan sana",jawab Yae Miko yang menghadap Raiden Ei sedang berjalan kaki didepan
Begitu mereka jalan tak lama kemudian, mereka melihat menjelang sore telah tiba di atas permukaan membuat Jiro heran sambil melihat ke arah jam yang menunjukkan angka setengah lima membuatnya ingin terburu-buru untuk mendapatkannya,"sebaiknya, kita tidak boleh santai saja Mamah, karena sebentar lagi menjelang sore",ucap Jiro kearah Raiden Ei yang bingung melihat sikap Jiro yang mencoba pergi dengan cepat
"tidak usah cepat-cepat Jiro, sebentar lagi kita akan sampai tujuan",ucap Yae Miko yang membuat Jiro terkejut mendengar ucapan tersebut
"lalu, berapa langkah lagi dari tempat ini?",ucap Jiro yang mendekatinya hingga mengikutinya dengan jalan kaki
Begitu Jiro dan Raiden Ei mengikuti langkah kaki Yae Miko, hingga mereka berhenti termasuk Yae Miko sambil menghadap kedepan menemukan sebuah gua misterius, Jiro melihat Raiden Ei masuk sendirian namun, dirinya menemukan sebuah penyimpanan kotak yang tidak terkunci sambil membukanya terdapat penyimpanan setengah ujung bayonet di bagian belakang. Lalu, Jiro dan Yae Miko bergerak dengan cepat, hingga melihat Raiden Ei menemukan potongan pertama ujung bayonet peninggalan Andrian hingga potongan tersebut nyambung keganggang bayonet yang ditemukannya.
"baik, potongan ini ternyata nyambung",ujar Raiden Ei sambil memegang bayonet peninggalan Andrian yang telah menghilang di Inazuma
"iya Mamah, sekarang kita akan mencarinya lagi",ucap Jiro sambil menghadap Yae Miko yang rauk muka bingung,"Kakak, apakah Kakak menemukan petunjuk lagi?",tambahnya yang membuatnya ingin tau isi didalam kertas kosongnya
"sepertinya... tidak ada petunjuk lagi deh, karena senja mulai datang Jiro",jawab Yae Miko kepada Jiro yang sedang merasakkan senja di atas awan
"sebaiknya, kita harus pulang sebelum diselimuti oleh senja",ucap Jiro sambil pergi dengan teleportasi hingga Yae Miko dan Raiden Ei ikut dengan alat tersebut menuju kerumah setelah menemukan potongan ujung bayonet peninggalan Andrian
***