Sepanjang pagi, Lydia lebih banyak melamun. Liani tidak menegur karena ada Reino yang juga hanya memperhatikan Lydia tanpa banyak bicara. Setelah Reino terpaksa pergi karena ada yang harus dia urus di kantor, barulah Liani bertanya.
“Tidak ada apa-apa kok, Ma.” Lydia tersenyum pada ibunya sebagai jawaban.
“Kamu pasti kepikiran omongan dokter tadi kan?”
Lydia menunduk ketika ibunya berhasil menebak apa yang ada dipikirannya. Ya. Lydia memang memikirkan kemungkinan kalau dia sedang hamil.
Bukannya Lydia tidak ingin punya anak, tapi dia belum siap. Sama sekali tidak siap malah. Di usia yang baru saja menginjak 25 beberapa bulan lalu, Lydia belum mau punya anak. Apalagi dengan status belum menikah, alias janda.
“Kenapa? Kamu gak mau punya anak dengan Reino?”
“Bukan gitu, Ma. Aku cuma... belum siap saja,” Lydia menjawab dengan cepat.
“Kalau gak siap kenapa melakukannya? Katamu kamu gak dipaksa kan?”