Qiao Lian tertawa dengan suara keras secara pahit, namun dalam hatinya ia tak bisa menahan diri untuk mendesah dalam-dalam.
Pernikahannya dengan Shen Liangchuan memang merupakan perjanjian yang tertanda tangan. Awalnya dia mengira tugasnya hanyalah untuk mengandung anaknya.
Namun siapa sangka begitu banyak hal yang terjadi.
Apalagi, sekarang setelah Shen Liangchuan akhirnya mencintainya, ia menyadari bahwa ia tidak merasa sebahagia yang ia kira. Sebaliknya, ada kegetiran dalam hatinya.
Karena kerusakan pada kesehatan fisiknya, meskipun mereka ingin memiliki anak dalam enam bulan ke depan, kesempatannya rendah.
Ia menundukkan pandangannya dan mendesah sekali lagi.
Seberapa dinginnya seseorang seperti Shen Liangchuan? Ketika dia dulu menyuruhnya untuk mengonsumsi pil pencegah kehamilan, apakah ia tidak berpikir bahwa suatu hari dia benar-benar akan jatuh cinta padanya?
Saat dia memikirkan hal ini, tiba-tiba ia merasakan tangannya memegang pergelangan tangannya.