Fruit 21: Pertarungan Bola Cahaya
=[ Andrea's POV ]=
Apa tadi?! Kejadiannya cepet banget. Makluk yang mirip mukanya kayak Dante—kalo gak salah lihat tadi—tiba-tiba aja ngeluarin kayak sinar aneh dari tangannya en ngelemparin ke gue waktu Kencrut kelar turunin gue dari gendongan en gue masih bisa melayang.
Sewaktu bola sinar cahaya aneh itu nyaris nyambar bodi gue, tau-tau Kencrut datang menghadang sinar aneh itu di depan gue en suara kayak ledakan-ledakan gitu langsung kedengeran di kuping gue.
Treteeekkk!
Dhuaarrr!
Helooww, apa ini masih dunia manusia?! Belom jadi planet Cryptid, kan? Jangan bilang mereka berdua jelmaan dari Superman ama Superboy, deh! Oke, ini ngaco. Tapi gak-pa-pa juga kalo emang beneran!
"Princess! Cepat balik ke balkon bareng Shelly, tunggu aku di sana!" Kenzo kayak panik gitu ngomongnya.
HAH?! Balik ke balkon?! Dengan senang hati kalo gitu! Gue pun melesat terbang ke balkon en mendarat mulus disambut pelukan bebeb Shelly. Duh ademnya! Emang paling nyaman itu kalo ada di dekat bebeb gue tercinta ini!
Lalu gue ama Shelly ngeliat pertempuran teraneh yang dilakuin Kenzo ama — sebut saja Dante. Yah, kan gue belum yakin bener itu Dante apa bukan. Soalnya, rambut cowok yang nyerang gue pake bola cahaya itu panjang kayak rambut bebeb walo mukanya rada-rada bau Dante.
"Makluk hina!" seru sosok seperti Dante ke Kencrut sambil ngelempar lagi bola-bola sinar.
BLAARR!
Kenzo bisa berkelit dan membalas dengan serangan sejenis tapi warna cahaya milik Kenzo hitam gelap.
DHUAARR!
"Hahah, Tuan Nephilim yang terhormat, kalau Anda suka marah-marah, kerut Anda bakal bertambah," ledek Kencrut. Heh?! Itu makluk cakep gondrong di depan Kencrut udah tuir, kah? Masa sih keriputan? Yang bener?! Kepingin memastikan tapi kok keder ama tuh bola-bola dia, yak? Kalo bola-bola bakso ato bola-bola mie, sih mau banget! Duh, Andrea... jangan mikirin makanan, napa?!
"BUKAN URUSANMU, DEMIT RENDAHAN!"
BLAARRR!!
Lagi-lagi mas gondrong cakep itu ngelempar benda yang sama ke Kencrut, tapi si Kencrut dengan gesit menghindari sambil tertawa-tawa riang. Duile, tu kampret sok banget, sih?!
Mas gondrong akhirnya beralih nengok ke gue lalu semburin bola cahaya warna biru dia. Gue udah melotot jadi patung. Ini matek versi yang ke berapa ntar? Diledakkan di dalam rumah.
Tapi, Kencrut meluncur dengan gesit menghadang di depan balkon dan menahan dengan semacam... perisai cahaya warna hitam. Wuiihh... keren. Bola cahaya biru dari Mas gondrong pun cuma bisa mental dan ilang dengan sendirinya.
Ngeliat Kencrut bisa nangkis serangan bola cahaya biru, Mas gondrong makin kesel dan makin hardcore munculin bola serupa dari telapak tangannya. Kencrut dengan sigap lincah ke sana ke sini untuk nangkis pakai perisai tadi.
"Ndre..." Bebeb Shelly meremas lengan gue kenceng banget karena ketakutan. Gue ampe puk-puk tangan dia.
"Tenang aja, beb, kan ada aku di sini ngelindungi kamu," ucap gue dengan nada lembut membuai. Jangan pada heran, brai! Gue kalo ama bebeb selalu pakai bahasa santun, bo! She is special bagi gue, you know?!
"Kamu jangan ikut-ikutan kayak mereka ya, Ndre." Shelly mandang gue dengan muka pengen mewek bikin perasaan gue trenyuh sedalam-dalamnya. Uhh~ kenapa sih bebeb Shelly keliatan super duper cute kalo lagi kuatirin gue gitu? Gue jadi makin jedor-jedor ini!
Help!
"Enggaklah. Ngapain sih aku ikut-ikutan lebai kayak Kenc—Kenzo? Kalo dia mau matek, ya biar aja, yang penting kita enggak. Ya kan, beb?" ucapku disertai raut manis penuh sakarin. Bebeb Shelly mencubit pinggang gue ampe gue ngaduh bentaran. Biasalah... akting cowok keren kayak gue ini harus gitu biar cewek manis kayak bebeb makin gemes ke gue. Ehek!
"Ihh, Andre kok sadis sih? Kasian Kenzo dong. Jangan didoain mati. Gitu-gitu kan dia baik ama kita," kilah bebeb Shelly.
"Iya deh, iya, sekarat aja, deh. Oke?"
"Andreee~"
"Ado..do..doowwhh!"
Sementara di udara, Kenzo yang ngeliat gue lagi lopi-dopi gaje ama bebeb Shelly cuma bisa kasi muka masam mirip ketek gue kalo gue belom mandi 2 hari.
=[ author's POV ]=
"Kau, dasar Iblis hina!! Malah kau ajari dia terbang!!" seru makhluk yang mirip Dante yang sebenarnya itu memang adalah Dante. Dia dalam wujud aslinya sebagai Nephilim memang berambut panjang hingga sepunggung.
Dante terus menghujani Kenzo dengan bola beraliran listrik yang disebut Zephoro. Itu kekuatan yang bisa diciptakan oleh kaum Nephilim, namun tidak membahayakan bagi manusia biasa. Jangankan membahayakan, manusia pun tak mampu melihat wujud dari bola tersebut.
Bahkan, mereka bertiga yang melayang-layang di langit tadi pun sebenarnya tidak terlihat oleh mata manusia biasa. Lalu bagaimana dengan Shelly? Kenzo sudah mengisikan tenaga Veer pada Shelly saat membopong terbang tadi, yang membuat si manis itu bisa menyaksikan tiga makhluk yang mampu terbang di depan matanya.
"Aku? Hina? Hahah! Kau sedang menggosip tentang dirimu sendiri kah?" Kenzo masih saja senang menggoda Dante dengan kalimat-kalimat sarkas halusnya. "Aku bebas mengajari Tuan Putriku terbang. Kau... bukan pacarnya, kan? Jadi... tak perlu repot-repot melarangku, Tuan Nephilim yang terhormat."
"Iblis bajingan!" Dante sudah akan membuat satu bola Zephoro besar untuk dilempar ke Kenzo yang terus meledeknya, namun tiba-tiba saja tangannya dipegang erat dari belakang.
"Tuan, jangan lepas kendali. Ingatlah para pengawas."
"EREFIM!" seru yang dipanggil 'Tuan' barusan. Dante memandang tajam ke anak buahnya. Wajahnya geram. Dia sudah hampir menyudutkan Kenzo. Terlihat perisai cahaya Kenzo sudah mulai berkurang auranya. Sedikit lagi!
Tapi Erefim justru muncul dan mengganggunya.
"Tuan sudah terlalu banyak menggunakan Zephoro. Saya takut itu bisa memancing para Pengawas datang kemari. Tolong tuan pertimbangkan dahulu." Mata teduh Erefim menatap netra Dante yang berkobar amarah.
Dante termangu beberapa saat. Padahal dia sudah hampir mengalahkan Kenzo. Dia yakin sedikit lagi Kenzo bisa ia musnahkan, lalu dia akan mudah menangani Andrea.
Tapi... Penjaga fraksi Pengawas adalah yang paling ketat menjalankan tugas suci Malaikat Agung. Ucapan Erefim memang tidak berlebihan dan ada benarnya. Padahal Dante hampir saja mengeluarkan kekuatan terbesarnya, bola energi berwarna putih yang biasanya bisa dengan mudah melenyapkan Iblis.
Meski bila nekat menggunakannya, radar Pengawas akan langsung terpicu dan dia akan dikunci menjadi target utama para Pengawas untuk di buru dan dimusnahkan. Ini... tidak sebanding, bagi Dante.
"HAARGHH!" Ia pun membuyarkan Zephoro yang hampir terbentuk dan menyentakkan tangannya sehingga pegangan Erefim pun terlepas.
"Lebih baik kita pulang saja, Tuan."
"Kau selalu menggangguku, Erefim!" Dante masih saja menyalahkan asistennya meski Erefim melakukan itu untuk kebaikannya. Erefim bertugas menjaga Dante dari kecil. Tugas ini diserahkan oleh Malaikat Suci sebelum Dante dipindahkan ke alam Antediluvian. Maka tak heran Erefim akan melakukan apapun untuk Dante, tuannya.
"Maaf, ini demi kebaikan tuan. Ingat misi Anda yang lebih penting, Tuan." Erefim menunjukkan wajah penuh penyesalan meski tetap akan kokoh mencegah Dante melakukan kekonyolan apapun yang bisa memicu radar Penjaga dan Pengawas. "Tuan masih bisa menggunakan strategi lain untuk berurusan dengan gadis itu tanpa membahayakan nyawa Tuan. Percayalah pada saya, hambamu ini."
"HAARGHH!" Dante terlihat frustasi. Ia meremas kuat-kuat kedua telapak tangannya hingga hujaman kukunya tercetak pada daging tangannya. Gerahamnya saling beradu dengan tatapan kejam menatap Kenzo.
"Sudah sana pulang, dan lekas cuci kaki lalu tidur, Tuan Muda." Kenzo masih sempat-sempatnya memberi ledekan.
Erefim langsung memberikan tatapan tajam pada sang Iblis Kenzo. Tak dinyana, Dante melesat ke depan balkon tempat Andrea dan Shelly berdiri dan melepaskan tembakan sinar yang bagai berwujud bilah pisau atau jarum ke arah Andrea.
Secepat kilat Kenzo terbang ke tempat Tuan Putrinya dan menepis serangan tiba-tiba itu dengan tangan kosong tanpa sempat menggunakan perisai apapun karena itu spontan dilakukan, sehingga tembakan berjenis Khlorx berhasil menyayat telapak tangan Kenzo.
Dante pun terbang menjauh bersama pelayannya, Erefim, dengan raut puas berhasil melukai Kenzo meski yang ia inginkan Andrea. Tawanya membahana seiring dengan kepergiannya.