Ahsan meluruhkan tubuhnya kembali ke atas kursi. Ia menangis menutupi matanya dan menyesali perbuatannya.
" Harusnya kamu diem , San! Gak kayak gitu tadi. Lihat! Wajah Bapak sangat sedih. Padahal aku sudah mengalihkan perhatian darinya untuk tidak mengingatkan Bapak dengan Ibu. Tapi kamu malah membuat Bapak semakin sedih!" kesal Ardhan.
Acara makan yang tadi terasa nyaman membuat semuanya tidak bernafsu. Dilan menangis lalu Anaya membawanya ke kamar ditemani Mbak Sri.
" Bapak kenapa, Kak? Bapak kenapa begitu?" isak Ahsan tidak kuat melihat kesedihan Bapaknya.
" Kakak belum tahu juga, Dek. Besok Kakak mau carikan dokter saja. Untuk menanyakan tentang kondisi Bapak.," ucap Ardhan.
" Ahsan minta maaf, Kak. Gara-gara Ahsan...."
" Sudahlah. Sekarang kamu tahu kan? Kalau Bapak sudah mulai pikun. Tugas kita sekarang adalah merawat dirinya dan menjaganya dengan sebaik mungkin. Turuti semua keinginan Bapak. Jangan membuatnya terkejut seperti tadi. Gak baik, Dek."