Nizam mengerutkan keningnya ketika mendengar laporan dari Arani. Ia memanggil Imran untuk segera menangani Pangeran Abbash tetapi laporan yang Ia terima malah berita buruk. Lagi-lagi Pangeran Abbash mendahuluinya. Betapa cepat gerakannya, bukankah Ia tadi baru saja hendak menyelinap masuk ke dalam kamarnya, bagaimana bisa Ia mendahului para penjaganya dalam membawa Jonathan.
Tangan Nizam terkepal erat, giginya gemeretak saling menekan karena menahan amarah. Kalau saja Ia tidak takut meninggalkan Alena dan anak-anaknya Ia sudah menangani Pangeran keparat itu oleh tangannya sendiri.
"Imran, Aku pikir musuh kita kali ini akan sekeras batu karang. Pangeran ini sangat licin dan lihay. Sepak terjangnya membingungkan. sebenarnya apa motifnya? Ia seringkali membahayakan dirinya tetapi Ia selalu bisa meloloskan diri. Aku khawatir motif dia tidak hanya sekedar ingin menyingkirkan Alena dan membuat adiknya menjadi salah satu istri utamaku."