"Turunkan aku, Bian! Aku bisa berjalan sendiri!" pinta Mayang sambil menahan perutnya yang sakit.
"Dan membiarkanmu kesakitan sambil berjalan? Demi Tuhan, May. Melihatmu meringis saja aku begitu hancur! Bagaimana aku membiarkanmu terus merasakan sakit seperti ini?" jawab Bian tak acuh.
Diperlakukan seperti ini oleh Bian, mengingatkan Mayang pada saat dirinya dan Bian terjun bebas di pantai yang dalam dengan sepeda motornya.
'Terasa de javu,' ucap Mayang dalam hati.
"Ya, kamu benar!" ucap Bian tiba-tiba.
"Apa yang benar?" Mayang menyerngitkan dahinya.
Bian menghentikan langkahnya dan memandang wajah Mayang begitu dalam.
"Entahlah, tapi rasanya aku mendengar hatimu berkata, kejadian seperti ini sudah pernah kita alami sebelumnya," jawab Bian sambil tersenyum.
"Omong kosong! Cepat turunkan aku, Bian!" ronta Mayang lagi.
"Tidak, kecuali kamu sepakat untuk kembali padaku lagi," Bian terus mencoba mengikis jarak yang membentengi mereka.