Enam bulan telah berlalu, tak terasa awal semester dua segera dimulai. Selama enam bulan, Juliet menjalani kehidupannya sebagai mahasiswa kupu-kupu. Terkadang jika paket internetnya sudah habis, dia akan pulang larut malam. Duduk seorang diri di lantai tiga, tanpa ada yang menemani. Sinyal wifi yang bagus dan cepat membuat dirinya lupa diri. Sudah beberapa serial anime yang sudah dia download.
Entah mengapa hari ini dia merasa ada sesuatu yang hilang. Seolah-olah dia hidup tanpa jiwa di dalam raga. Setelah di pikir-pikir rupanya itu adalah kehidupannya di masa perkuliahan. Masa dimana para pemuda bersaing dalam ajang prestasi, bersosialisasi, serta mencari sensasi. Sebagai anak perumahan melakukan hal itu sangatlah sulit.
Suasana kelas yang cukup pasif, serta pemilih dalam berteman. Membuat keberadaanya, tak jauh berbeda dengan sebuah krikil. Krikil kecil dan tak terlihat. Namun di balik kesendirian, dia manfaatkan hal itu untuk belajar. Ketika dia merasa bosan, dia pergi ke ruang perpustakaan di lantai dua, untuk berlatih menulis kanji. Disana banyak sekali berbagai buku, serta meja panjang yang di batasi oleh sekat.
Sinyal wifi disana lumayan bagus, sehingga dia bisa merelaksasikan otaknya, selesai berlatih huruf kanji. Kemudian jika dirinya bertemu dengan wildan, serta orang yang di kenalnya. Juliet bisa berbicara panjang lebar di ruang perpustakaan. Tetapi ketika ia sedang bicara, sebisa mungkin dirinya harus memelankan suaranya.
Jika tidak dia akan di tegur oleh Sang Penjaga Perpustakaan. Penjaga perpustakaan adalah seorang pria yang berusia 35 tahun. Beliau memiliki tubuh ideal, berkulit sawo matang, berambut runcing, serta sorot matanya yang tajam. Juliet pernah sekali di marahi olehnya, sebab dulu dia lupa mengambil kartu perpustakaan, yang sudah dia pesan pada bulan Januari.
Namun dia mengambilnya saat dua bulan kemuadian. Sebenarnya kartu itu selesai pada bulan Febuari. Karena keteledorannya, Juliet terpaksa harus membayar denda sebesar tiga ratus ribu.
Padahal uang itu bisa dia gunakan, untuk paket internet selama empat bulan. Beruntung kedua orang tuanya, selalu mengirimkan uang setiap sebulan sekali. Sehingga dia tidak terlalu memikirkannya. Suatu hari sepulang dari kampus, hujan pun turun dengan deras. Angin berhembus kencang, suara gemuruh terdengar di angkasa. Kilatan cahaya bersinar diantara gelapnya malam.
Juliet duduk disebuah kursi hijau, yang terbuat dari plastik, lalu dia menikmati secangkir susu jahe, sambil menikmati suasana hujan. Lalu dia letakkan susu jahe itu, di atas meja plastik. Beberapa menit kemudian Dedi keluar dari rumahnya. Dia membawa sebuah ember besar berisi cucian, lalu dia menggantungnya pada sebuah teralis besi.
Bajunya berkibar-kibar mengikuti hembusan angin. Beruntung teralis itu memiliki sebuah pembatas, sehingga bajunya bergeser terlalu jauh. Lalu dia melihat Juliet, sedang melihat ke depan sambil menik mati secangkir susu jahe. Pandangannya kosong, tubuhnya terlihat lemas, serta tidak bergairah dalam hidup. Karena penasaran dia pun bertanya.
"Mas Jul, awas jangan ngelamun, nanti kesambet loh." Duduk di kursi tepat di sampingnya.
"Ah iya bro," kata Juliet.
"Ada masalah?" Melirik ke arah Juliet.
"Entah mengapa akhir-akhir ini gue ngerasa bosan."
"Hmm.. kalau begitu carilah kegiatan baru, pasti rasa bosan itu menghilang. Memangnya di kampus seperti nongkrong dan lain-lain?"
"Temen gue cuman beberapa biji, itu juga langsung pulang karena ada kerjaan. Sisanya gue kurang akrab sama yang lain."
"Gak ikutan UKM?"
"Enggak," jawab Juliet.
"Hah. Ya ampun, masa mudamu begitu membosankan. Begini saja, saranku sebaiknya kamu ikutan salah satu UKM."
"UKM yah," ujarnya sambil menghembuskan nafas.
"Coba kamu cari informasi seputar UKM, siapa tau kamu tertarik dari salah satunya. Inget bro, masa muda tidak akan kembali lagi. Jadi sebaiknya kamu manfaatkan itu. Jika seandainya saya gak sibuk kerja, pasti saya daftar dari salah satu UKM tersebut."
"Oke, nanti saya pikir dulu."
Kemudian Dedi pun pamit untuk kembali ke dalam. Sementara itu dia duduk seorang diri memikirkannya. Keesokan harinya saat istirahat pertamadia bertanya kepada teman sebelahnya yaitu Adi. Adi memiliki postur gemuk, berambut mangkok, berkulit putih, serta memiliki kapasitas otak seperti perutnya. Dia adalah tempat mengadu, ketika dirinya di hadapi berbagai masalah, dalam setiap mata perkuliahan.
Terkadang karena banyak pertanyaan dari teman sekelas, dia tidak sempat menjawab pertanyaan yang Juliet tanyakan sebelumnya. Tetapi dia sempatkan waktu untuk menjawabnya, walaupun melalui media sosmed.
Hari ini dia sedang menikmati satu tusuk cilor. Cilor merupakan jajanan khas Jawa Barat yang terbuat dari tepung aci. Wajahnya berkeringat, mulutnya berwarna merah, serta giginya bercabai. Dua menit kemudian cilor itu telah habis. Rasa puas terpancar jelas di wajahnya, lalu dia meminum air dari sebuah botol tupperware hitam, yang dia bawa sendiri dari rumah.
"Jadi laper gue liat elu makan," kata Juliet.
"Belilah bang, diluar gerbang masih ada tuh." Membersihkan mulutnya dengan sebuah tisu, yang dia minta dari teman sekelasnya.
"Bye the way, elu ikutan UKM apa?"
"Baru daftar HMSJ, kenapa bang?"
"Gue jenuh eui, rencananya gue mau ikutan UKM. Cuman bingung ikutan apa."
"Gabung HMSJ aja bang, bareng gue," kata Adi.
Mendengar hal itu dia menolak tawarannya, sebab dia tidak ingin kejadian ketika masa SMK terulang kembali. Dulu dia bergabung dengan ekskul PMR (Palang Merah Remaja). Awal masuk ke dalam organisasi itu, terbilang biasa saja. Banyak kenterntraman serta keharmonisan sesama anggota PMR. Tetapi semakin ke sini, berbagai drama kehidupan telah terjadi.
Satu persatu anggota, telah mengundurkan diri. Hingga tersisa tujuh orang angkatannya, pelatih yang terlalu mendoktrin ke setiap anggota agar PMR menjadi prioritas utama. Akibatnya banyak tugas serta nilai, yang terbengkalai.
Kecuali tiga orang yang memiliki prestasi luar biasa di setiap jurusannya. Orang itu adalah Linggar, Idrus, dan terakhir Siti Fatimah. Linggar memiliki postur sedang, berkulit sawo matang, berambut lurus, serta memiliki kumis tebal. Idrus memiliki postur tubuh tinggi, berkulit hitam, serta memiliki wajah polos seperti bayi.
Sedangkan Siti Fatimah, seorang wanita mengguanakan hijab, berkulit gelap, mata yang simetris, serta giginya yang putih. Diantara mereka bertiga ada salah satu orang yang paling Juliet benci. Orang itu adalah Siti Fatimah.
Semua itu berawal, di hari terakhir mengikuti even JUMBARA (Jumpa, Bakti, Germbira) yang di adakan oleh PMI (Palang Merah Indonesia), yang diadakan di kota lumbung padi. Ada berbagai macam perlombaan, seperti PP (Pertolongan Pertama), PK (Pertolongan Keluarga), tandu darurat, dan terakhir tenda kreatif. Selama tiga hari Juliet beserta anggota yang lainnya, tidur pada sebuah tenda yang mereka bangun sendiri. Kejadian itu terjadi saat malam terakhir even JUMBARA. Waktu itu secara tiba-tiba pihak panitia, mengadakan lomba Drama yang akan segera diadakan saat tengah malam.
Seluruh anggota ingin berpartisipasi dalam lomba itu, namun mereka kebingungan cerita apa yang ingin mereka tampilkan. Kemudian Juliet mengusulkan, agar menampilkan sebuah teater drama musical yang berjudul, "Kebahagiaan di tengah bencana", yang dia buat sendiri. Juliet menjelaskan secara detail tentang cerita, latar, musik, dan terakhir penokohan.
Pelatih beserta anggota menerima masukannya dengan senang hati. Semua orang berlatih sesuai perannya masing-masing. Selesai berhatih, seluruh pemain berkumpul untuk gladi bersih. Semua orang memainkan perannya dengan baik, kecuali Juliet sejak tadi melakukan berbagai kesalahan. Melihat hal itu Siti berkata.
"Kamu bisa enggak?! Kalau gak bisa jangan ikut tampil, cuman jadi beban aja dasar sial! Gak malu apah sama adik kelas kamu? Mending ganti, gak pantes. Segala ngasih ide, ganti-ganti!" Berbicara dengan nada tinggi, di depan para pemain serta adik tingkatnya sendiri.
Setelah itu dia pergi menjauh, berjalan seorang diri mencari sebuah ketenangan. Padahal dia melakukan ini semua, hanya ingin di hargai. Namun dia mendapatkan balasan yang seperti itu, semenjak saat itu dirinya sangat membencinya. Dia sempat meminta maaf, melalui perantara temannya Saluya saat mengikuti program beasiswa ke di China.
Tetapi api kebencian yang ada di dalam hatinya tidak semudah itu di padamkan. Jika dia ingin memadamkan api itu, maka dirinya harus memadamkannya sendiri. Jangan melalui perantara apapun, jika dia tidak ingin disamakan sebagai seorang pengecut.
Kemudian dia sadar dari lamunannya, ketika Adi memanggil serta menepuk tangannya sebanyak tiga kali. Juliet bisa kembali fokus dalam mengikuti materi perkuliahan. Selesai perkuliahan mereka berdua, beserta temannya Adam menemani Juliet untuk berkeliling kampus. Mereka bertiga berjalan menelusuri jalan lorong, menuju pintu gerbang. Kemudian mereka melihat, ada beberapa mahasiswa berlatih tekwondo. Setelah itu mereka duduk di sebuah bangku panjang, sambil menikmati berbagai cemilan yang mereka beli di kantin.
"Gimana Mas Jul, tertarik?" Tanya Adam.
"Anak tekwondo cakep-cakep gila, elu gabung aja bang." Kata Adi.
"Kayaknya gue skip dah, kurang tertarik."
"Idih Mas Jul cakep begitu," kata Adam.
"UKM-nya bukan ceweknya ya ampun." Menujuk ke salah satu mahasiswi.
Setelah diperhatikan, apa yang di katakan mereka berdua memang benar. Sebagian mahasiswi yang sedang berlatih, memiliki paras cantik. Diantara mereka ada salah satu mahasiswi, membuatnya tertarik. Mahasiswi itu berdiri di posis tengah paling depan. Dia memiliki rambut coklat sebahu, berkulit cerah, tubuhnya yang ideal, serta sorot matanya yang indah.
Namun dia bersikap seolah-olah tidak tertarik, tetapi sebenarnya dia sangat tertarik. Sesekali dia mencuri pandangan, untuk melihat paras cantiknya, ketika gadis itu melirik ke arahnya Juliet langsung menundukkan pandangan.
Adam menyadari hal itu, lalu dia duduk mendekati Juliet. Setelah itu dia menawarkan sebuah informasi tentang gadis itu. Tetapi dia langsung menolaknya, sebab dia sadar dengan tujuan sebenarnya. Kemudian dia langsung mengalihkan pembicaraan, dan pergi begitu saja. Satu minggu telah berlalu, sudah beberapa UKM yang telah ia singgahi.
Namun tak ada satu pun membuatnya tertarik. Tingkahnya yang tidak jelas membuat kedua temannya jengkel. Kemudian Adam mengajak Juliet, untuk bergabung dalam salah satu UKM yaitu MANJI (Manga dan Kanji). Awalnya Juliet menolak, namun karena ada paksaan dari dua temannya akhirnya dia bergabung.