"Selamat datang Tuan Muda."
Jajaran pelayan langsung membungkuk hormat, bahkan sebelum Park He turun dari mobilnya.
"Siapkan orang elite kita!" perintahnya dengan terburu-buru.
"Orang bodoh itu hanya memberiku misi untuk membuatku malu!" celoteh Park He.
"Sialan!" pekiknya.
Sementara itu asisten Park He terus mengikuti langkah tuannya dengan gugup. Ia tahu bagaimana sikap Park He saat pria itu emosi.
"Apa kau tahu sesuatu tentang Malik?" tanyanya kemudian.
Park He hanya fokus dengan pria yang ia anggap sebagai rivalnya saja. Dan dia tidak terlalu tertarik dengan siapa pun, karena menurutnya saingan terbesarnya hanyalah Storm saja.
"Apa Tuan tahu tentang julukan sang pembantai kedua?" Pria itu menjeda kalimatnya, "itu adalah julukan untuk Tuan Malik."
Park He mendongak, lalu mengernyit. Ia pernah mendengar julukan itu, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya.
"Oh, jadi pria itu," Ia menganggukan kepalanya. Tampak meremehkan sosok yang baru ia temui itu.