.
.
.
Di malam yang kelam di apartemen Sky Garden, tampak sesosok pria maskulin bertubuh tinggi sedang duduk di sofa ruang tamu sambil mengetuk-ngetuk pegangan sofa itu dengan jari-jarinya yang panjang dan kekar.
Sekilas, pria itu terlihat mengenakan kemeja berwarna putih dan celana panjang berwarna dark grey yang di desain secara khusus oleh desainer ternama Stuart Hughes dan dijahit dengan hati-hati oleh penjahit kelas dunia Richard Jewels. Sebuah tampilan yang benar-benar menyilaukan siapapun yang memandangnya.
Sedikit menggosok-gosok pelipis kepalanya, pria tampan yang ada disana terlihat tidak begitu tenang sembari terus melihat ke-arah jarum jam yang ada dipergelangan tangannya. Terlalu lama, dan rasanya Mu Shenan sudah tidak tahan lagi untuk menunggu kedatangan wanita yang telah sedari sore dinantikannya itu.
Ya, Mu Shenan telah menunggu Shen Yiyi terlalu lama!
Sebenarnya sore ini, Mu Shenan bergegas menandatangani seluruh laporan dari para manajer di perusahaan Mu, hanya untuk segera kembali ke apartemen mewah itu. Tetapi sesampainya di sana, ia tidak menemukan bayangan wanita yang dinantinya! Sekilas ada perasaan kecewa saat Mu Shenan tidak melihat paras Shen Yiyi yang selalu terbayang di benaknya hari ini.
Dengan sedikit frustasi pria tampan itu mengacak rambutnya, kemudian beranjak dari tempat duduknya untuk melangkah menuju dinding kaca besar yang menampilkan keindahan pusat kota S. Di sana, ia dapat melihat dengan jelas berbagai warna-warni gemerlap lampu perkotaan yang menyilaukan mata.
Jika mengingat hal-hal yang telah lalu, sebenarnya, dahulu Mu Shenan membeli tempat ini ialah karena ia ingin terbebas dari sikap dominan sang kakek dan sikap unik sang nenek yang selalu mencoba mengatur hidupnya! Mu Shenan sungguh sangat tidak suka!
Namun sayangnya, baru saja ia menikmati kebebasannya, Shen Yiyi tiba-tiba datang dan menghancurkan semua ketenangan yang selama ini telah dibangunnya! Bahkan wanita itu mampu mendapat akses masuk dan kemudian memaksa tinggal di sana!
Sebenarnya, kala itu, meskipun Mu Shenan tahu Shen Yiyi memakai body painting, ia tidak ingin mencari tahu alasannya sama sekali. Ia tidak peduli apakah di balik make-up tebal itu Shen Yiyi cantik atau tidak. Ia tidak mau tahu dan tidak ingin tahu!
Saat itu, yang ingin Mu Shenan lakukan adalah keluar dari cengkeraman kakek dan neneknya! Bukankah mereka tidak berhak mengatur hidupnya?! Apalagi pernikahannya!!
Seketika lamunan Mu Shenan teralihkan oleh suara jam dinding yang berdentang. Ini sudah pukul delapan malam, tapi mengapa wanita itu belum pulang juga?! Apakah wanita bodoh itu tidak tahu jika di luar sangat berbahaya?! Memikirkan semua hal itu, Mu Shenan kemudian mengernyitkan kedua alisnya sedikit kesal.
Lalu sambil bersandar ke dinding kaca besar yang ada disana, ia kemudian mengambil ponsel di saku-nya dan hendak menghubungi seseorang. Sesaat, ia terlihat berusaha mencari-cari sesuatu, namun ia tidak kunjung menemukannya. Tentu saja hal ini membuat Mu Shenan menjadi lebih marah! Lalu dengan segera, Ia menelepon asisten Bai.
"Aku tidak menemukan nomornya. Kau simpan di mana?! Hah?!" Suara Mu Shenan terdengar sedikit keras sampai membuat asisten Bai diseberang sana berdiri ketakutan.
Mendengar kata-kata sang bos besar, asisten Bai yang saat ini tengah mengunyah sebuah biji kacangpun tergesa-gesa untuk menelannya sembari memutar otaknya untuk mengetahui maksud perkataan sang tuan padanya. Nomor? Nomor siapakah yang saat ini sedang dimaksudkan oleh tuannya itu?
"Tuan Mu, maaf, nomor siapakah yang anda maksudkan?" Dengan penuh tanya, asisten Bai memberanikan diri untuk mencari petunjuk dari sang bos tentang orang yang saat ini hendak dihubunginya.
Sedetik….
Dua detik….
Tuan Mu tidak kunjung memberikan jawabannya.
Gawat! Asisten Bai saat ini menyadari bahwa ia sedang berada pada masalah yang besar! Secepat kilat, asisten Bai memutar otaknya menggunakan seluruh tenaga yang telah ia dapatkan dari memakan setoples biji kacang goreng yang ada di depannya. Dan akhirnya… Ting! Sebuah pencerahan telah di-ilhamkan dari surga kepada otaknya yang tengah berputar itu. Ternyata, kegemarannya memakan biji kacang tidaklah sia-sia dan membuatnya semakin cerdas.
Asisten Bai terlihat tertawa di dalam hatinya karena ia berhasil mengetahui maksud dari pertanyaan sang tuan yang baru saja diajukan kepadanya. Ia merasa hebat, sangat hebat.
"Tuan, apakah maksud anda adalah nomor Nyonya Muda?" tanya asisten Bai dengan senyum merekahnya.
"Hem..." jawab Mu Shenan dengan sangat singkat seakan ia sudah tidak sabar untuk menunggu lebih lama lagi.
"Maaf, Tuan Mu. Saya tidak memiliki nomor Nyonya Muda." ungkapnya kemudian yang membuat sang bos seketika terdiam.
"…"
Bahaya! Jika bosnya sudah seperti ini, maka asisten Bai tahu betul kalau sang bos akan menghukumnya. Kalau begitu, bukankah asisten Bai harus bisa membela dirinya sendiri?
"Tuan Mu, maaf, waktu itu anda melarang saya untuk menyimpan nomor Nyonya dan bahkan meminta saya untuk memblokir semua akses Nyonya kepada anda." Asisten Bai kemudian memberanikan diri untuk menjelaskan situasinya. Dengan wajah penuh kemenangan, asisten Bai menunggu jawaban dari Bos besarnya itu. Namun, kebahagiaannya tidak bertahan lama setelah sang bos mengucapkan kalimat mautnya.
"Gajimu bulan depan aku potong!" Seru Mu Shenan sambil mematikan panggilan teleponnya dengan nada yang sangat kesal.
Mendengar dead sentence dari sang bos, asisten Bai kemudian memukul mulutnya sendiri sambil merutuki kebodohannya! Bukankah sebagai asisten ia harus pandai menjilat sang Bos Besar?! Sekarang gajinya telah terpotong, bagaimana nasibnya?!
Sambil menendang sedikit sisa biji kacang yang sama sekali tidak membuatnya pintar itu, asisten Bai kemudian bergegas mencari nomor Shen Yiyi untuk segera dikirimkannya pada Mu Shenan.
Sungguh asisten Bai sangat berharap jika bosnya akan menarik kata-katanya kembali! Namun satu detik.. dua detik.. bahkan sampe satu jam, Mu Shenan tidak membalas pesannya! Asisten Bai kali ini hanya bisa menangis dalam hati dan meratapi nasibnya!
.
.
.
Sementara itu, Mu Shenan yang telah mendapatkan nomor wanita itu diponselnya nampak begitu ragu. Akankah ia menghubungi Shen Yiyi dan menanyakan keberadaannya?
Beberapa kali, pria itu terus memeriksa nomor yang saat ini dilihatnya. Namun, ia seakan enggan untuk menekan nomor yang ada disana. Ia khawatir kalau wanita itu akan menjadi terlalu percaya diri setelah menerima telepon darinya. Tidak! Mu Shenan tidak akan membiarkan itu terjadi!
Setelah beberapa saat berlalu, Mu Shenan menjadi sedikit lebih khawatir dari sebelumnya. Memegang kembali ponselnya, ia kemudian menghubungi sebuah nomor yang selalu ada di ponselnya.
Tut…Tut…Tut!
"Halo, kediaman Mu." Seorang pelayan terdengar menyapa dari seberang sana.
"Ini, aku. Apakah Nenek di rumah?" tanya Mu Shenan dengan nada yang cukup tenang, seakan ia ingin menutupi tujuan sebenarnya.
Saat pelayan itu hendak menjawab tuan mudanya, rupanya sebuah mobil telah terparkir di depan pintu yang sedikit mengejutkan pelayan itu.
"Oh, Nyonya Besar Tua sepertinya baru saja pulang Tuan. Hari ini beliau menghabiskan waktu seharian dengan Nyonya Muda. Tetapi sepertinya, Nyonya Muda tidak ikut turun dari mobil. Apakah anda ingin berbicara dengan beliau? Saya akan sambungkan." Pelayan itu hendak memanggil Nyonya Besar Tua yang baru berpamitan dengan Shen YIyi yang masih berada di dalam mobil.
"Tidak. Tidak Perlu." kata Mu Shenan bergegas menutup sambungan teleponnya karena ia telah mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
****