.
.
.
Hari semakin siang, kegiatan pembukaan di acara itu berlangsung meriah. Ada tari-tarian, ada atraksi, sulap dan yang terakhir adalah pertunjukan dari penyanyi ternama di Negara itu. Semua orang takjub dengan suaranya hingga mereka bertepuk tangan dengan begitu meriah sesaat setelah penyanyi itu mengalunkan suaranya yang lembut.
Sayangnya hal itu tidak menggerakkan hati Mu Shenan. Seperti sebelumnya, dia masih duduk di kursi kebesaran paling depan dengan sorot mata yang begitu datar. Tidak ada semburat ekspresi disana. Hingga akhirnya, di balik kaca besar disampingnya, sudut matanya menangkap pemandangan yang membuatnya tertarik.
Bibirnya tersungging tetapi dia lekas-lekas menutupinya. Entah mengapa, bebannya seketika lepas dan ia menjadi bersemangat untuk mengikuti acara yang baru dibuka itu.