Aku perlahan membuka mata karena merasakan ada sesuatu yang memang sedang membangunkan ku, tanpa melihat jam dan masih mengira ini masih malam, mungkin tengah malam lebih tepatnya, aku langsung bangun perlahan kemudian berjalan membuka pintu kamar sembari memanggil sesuatu. "Ayah!"
Di sana gelap, sangat gelap, yeah, rumah kami memang gelap karena selain tinggal di hutan yang sangat gelap, lampu di rumah juga remang remang, tepatnya hanya hari ini saja remang remang nya layaknya Ayah lupa jika ini sudah waktunya mengganti lampu.
Baiklah, kembali ke masalah awal, aku benar benar tak bisa menemukan nya. "Ayah!!" Aku sudah mencari di kamarnya, di dapur dan dimanapun, tapi tetap saja tidak ada, hingga aku memastikan dengan akan berjalan keluar dari pintu depan, tapi dari posisi ku saat ini yang terdiam, karena mendadak pintu terbuka dari luar dan langsung terlihat masuk Ayah dengan panik dan buru buru menutup pintu. Entah apa yang terjadi di luar sana.
"Ayah?" Aku tak bisa berpikir bahwa Ayah terlihat sepanik itu dari luar. "Ayah, ada apa?"
Dia menyelesaikan paniknya dulu dengan napas terengah engah kemudian meminta ku untuk pergi dari sana. "Cepat, kita harus pergi dari sini, orang orang benar benar menggila" Dia panik mengatakan nya sambil mencari sesuatu di semua tempat maupun penyimpanan.
Dengan masih bingung dan tidak mengerti, aku hanya bisa terdiam bodoh. "Apa yang terjadi? Kenapa?"
"Dengarkan saja aku, mereka benar benar menggila, cepat, John akan menjemput kita"
"Kenapa kita tidak pergi sendiri dengan mobil mu?" Aku menatap, tapi aku melihat Ayah telah menemukan sesuatu yang ia cari dengan panik itu, yakni sebuah Revolver, atau bisa di jelaskan sebagai senjata tembakan tangan, bukankah senjata itu untuk melakukan sesuatu yang berbahaya dan pastinya itu juga untuk perlindungan diri, ia bahkan langsung menyelipkan nya di sabuk pinggang di belakang punggung nya, tanpa menjawab pertanyaan ku tadi, dia langsung menarik tangan ku. "Cepat, kita harus pergi" Sambil memegang erat tangan ku, kami keluar dari rumah, tapi di sana tak ada apa apa, karena hutan yang gelap juga, kemudian dari cahaya jalan keluar hutan, muncul mendekat dan sebuah mobil terlihat, mobil itu berjalan cepat ke arah kami kemudian langsung memutar arah membuat bekas ban di halaman rumah, dari kaca jendela yang tampak menerawang, aku bisa melihat yang mengendalikan nya adalah John.
"Masuklah, cepat!" Ayah membukakan pintu tengah untuk ku dan aku langsung masuk ke sana dengan masih bertanya tanya. "Tunggu Ayah, sebenarnya apa yang terjadi?"
Belum sempat menjawab pertanyaan ku lagi, dia menutup pintu dan langsung duduk di bangku dekat John.
"Mereka benar benar gila" Kata John sambil menginjak gas kemudian langsung membuatku ikut melihat ke jendela depan. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku bahkan masih bertanya tanya? Kemana kita akan pergi?
Hingga aku tahu, ketika mobil John sudah keluar dari hutan dan menuju ke jalanan besar, bukan nya adanya kendaraan saja yang hanya bisa berjalan di jalanan itu, tapi kenapa ada beberapa orang berlari dengan gila, teriakan mereka sangat terdengar, ada yang berteriak kencang dan menusuk telinga, ada juga teriakan sekeras batu.
Dari kepakuan kami, terdengar suara John. "Oh tidak, mereka sudah sampai sini"
"Jalankan saja mobilnya, kita menuju ke arah luar kota!" Ayah langsung meminta John untuk meneruskan jalan, tapi tiba tiba ada sesuatu yang menabrak mobilnya dari belakang, aku yang melihat duluan ke belakang yang rupanya ada seseorang yang perlahan bangun dari terjatuhnya mengarah bagian mobil belakang, tapi anehnya, orang itu tampak begitu sakit dimana di bagian wajahnya, begitu terkeroak, berdarah, juga gigitan besar di lehernya, dia menggerang seperti orang gila dan hilang kendali seperti meminta bantuan tapi dia juga kelihatan buas, aku tampak takut melihat itu tapi Ayah meminta ku tidak melihat. "Clarina! Berhenti melihat dan duduk dengan baik!"
Aku langsung terduduk kembali dengan benar. Tapi pandangan ku tetap saja ingin melihat mereka dari kaca samping di antara banyak orang yang menyerang, kebakaran mobil pun juga terjadi karena bekas tabrakan mereka, ketika akan menuju ke jalan perbatasan, rupanya di depan banyak sekali mobil yang berserakan macet membuat semua orang yang tidak tahu situasinya menjadi keluar dari mobil.
Tepatnya mereka yang juga baru datang menjadi bingung. "Apa yang terjadi?" Mereka memutuskan keluar dari mobil dan fokus memarahi untuk mengeluarkan emosinya pada mobil yang di depan karena menghalangi jalan mereka.
"Oh, shit, kenapa mereka malah keluar, apa mereka tidak tahu situasinya?" John menatap kesal. "Tetap di sini dan jangan keluar dari mobil seperti mereka" Perintah Ayah dengan tatapan serius, aku yang mendengar mereka menjadi terdiam. Aku hanya bisa berpikir kenapa mereka semua menggila.
Namun tiba tiba saja mereka yang keluar itu menjadi terserang sesamanya yang bahkan sudah terlihat mengejar dari kejauhan juga ada yang baru saja berubah menjadi gila dan langsung menyerang mereka membuat salah seorang yang terserang duluan berteriak dengan panik dan kesakitan karena digigit dan di dorong beberapa kali untuk di bunuh maupun di sakiti.
"Hah.... Apa yang terjadi?!" Aku menutup mulutku panik.
"Putar arahnya!" Ayah kembali mengusulkan.
"Tapi, kita harus keluar dari sini, ini adalah jalan satu satunya!" John membalas.
"Lakukan saja, kita pilih jalan lain nya, cepat!" Mereka hampir berdebat di depan, tapi setelah itu John akhirnya memutar kemudi, aku bahkan masih bisa melihat orang orang itu yang meminta bantuan, tapi mau bagaimana lagi, kita tak bisa menolong mereka karena sedang membantu diri kita sendiri.
Dan sekarang kami menuju ke kota yang bahkan gelap dan hampir berantakan semuanya, kejadian yang sama juga masih berlalu, mereka seperti serangga serangga yang tanpa jalanan dan menyerang dengan seenak nya pada orang-orang normal lain nya.
"Lihat, di sini juga semakin buruk!" John menyalahkan Ayah karena menyarankan mobil memutar arah.
Ayah juga tampak terpancing emosi. "Kau pikir di sana juga akan aman! Kita lebih memilih jalan ini! Cepat ke arah sana, aku tahu jalan nya" Tunjuk nya dengan sangat tegas.
John yang menahan kekesalan nya menjadi langsung menginjakkan gas, tapi tiba tiba saja dari arah lain ketika mereka akan melewati pertigaan, di samping jalan ada sebuah mobil lain yang melakukan dengan kencang akan menabrak mobil John.
Mobil itu sempat membunyikan klakson miliknya hingga John dan Ayah menatap tak percaya, sempat mengerem dari mobil lawan, tapi dia tetap menabrak, aku yang ada di samping pintu menjadi terkena pukulan dan pecahan kaca. Mobil John hancur dan itu sempat membuat suara kecelakaan yang sangat besar.
Tak lama kemudian, Ayah mencoba keluar dari remukan remukan mobil yang bagian di depan nya tidak terlalu parah, dia kemudian memanggilku. "Clarina-- Clarina!!"
Aku yang samar samar mendengarnya menjadi mencoba terbangun dan berusaha menampakan tangan ku dari pecahan pecahan kaca. "A-yah..."
Begitu mendengarku, dia langsung mendekat dan menarik ku keluar. "Kau baik baik saja?"
"Uh..." Belum sempat mengatakan bahwa aku baik baik saja, rupanya aku merasakan kaki ku sakit. "Kaki ku, sakit...." Tapi tiba tiba saja John berteriak. "Cepat kemari!"
"Shit, lupakan itu" Ayah langsung meraih ku dan menggendong ku di dada dan langsung berlari mengejar John yang melindungi kami dengan revolver miliknya, dia menembaki orang orang yang gila untuk mendekati mereka.
Aku tampak sangat takut ketika melihat itu, darah dan banyak sekali, aku bahkan sampai menutup mulutku di antara Ayah yang tiba tiba juga menatap ku. "Jika kau takut, tutup lah matamu" Itu kalimatnya sembari terus berlari dengan membawaku.
Aku merasa, bahwa aku menjadi beban untuk nya karena sekarang aku tak bisa berlari sendiri, tapi mau bagaimana lagi, melihat kaki ku sendiri, aku juga baru menyadari bahwa di lutut kiriku, tergores sangat dalam, goresan itu dari atas hingga bawah tampak terbuka memperlihatkan daging dan tulang di sana. Entah mengapa itu tidak terlalu sakit dan aku tampak takut sendiri pada luka ku membuatku langsung memeluk Ayah. "Aku takut...." Rintihku. Sepertinya dunia berada di ambang kehancuran.
Awalnya kami mencoba untuk melarikan diri tanpa di kejar orang orang itu, karena John melindungi kami dengan menembakan revolver nya. Tapi siapa sangka, mereka muncul dari balik gang dan akan mengerumuni juga mengejar. Kami sontak terkejut dan mengambil jalur lain dengan masuk ke pintu belakang sebuah gedung yang sudah berantakan. Tapi mereka masih terus mengejar membuat kami harus buru buru masuk dan John langsung menutup pintu, namun tak ada sesuatu untuk digunakan sebagai pengganjal pintu itu yang akhirnya John yang menahan pintu itu. "Cepat pergi duluan! Aku akan menangani mereka"
Ayah dengan penuh keraguan langsung berjalan pergi meninggalkan John, aku sempat berteriak dari bahu Ayah. "John!!"
Tapi dia dengan senyuman kecil menahan pintu. "Astaga nak, kau tidak boleh membangkang" Mungkin dia ingin aku memanggilnya dengan sebutan "paman John!"
"Baik, itu lebih baik" Balasnya hingga pada akhirnya aku dan Ayah sudah sampai di balkon atap yang menghentikan kejaran mereka pada kami, namun kami terjebak di sana karena tak ada jalanan menurun, masa kita akan di atas selamanya, tapi ada gedung yang runtuh membuat jalan menurun untuk turun dari gedung itu, Ayah langsung menuruni gedung dan kami terus berlari bahkan sampai di sebuah hutan yang tak jauh dari kota tempat mereka menggila itu.
Aku tampak terdiam melihat pemandangan hutan. "Wahhh... Kenapa pemandangan di sini lebih bagus dari pada tempat kita?" Tatapku.
"Mungkin karena kita sudah bosan pada tempat kita, tapi tetap saja, ini berbahaya" Balas Ayah dengan nada serius, hari juga sepertinya semakin gelap saja apalagi di hutan tak ada penerangan, tadi lampu penerangan hanya di jalan masuk hutan dan tidak sampai ke tempat kami ini.