```
Plak, plak, plak!
Yetta Astir merasakan sensasi terbakar yang semakin intens. Ia diliputi rasa malu dan amarah, berharap bisa mengubur dirinya dalam lubang.
"Basil Jaak, lepaskan aku!" teriak Yetta Astir.
"Kau ingin membalas dendam padaku?" tanya Basil Jaak.
"Bebaskan aku, aku tak akan membalas dendam," tegas Yetta Astir. Meski mulutnya menyatakan demikian, di hatinya ia bersumpah, "Tidak membalas dendammu? Jika aku tidak, aku bukan Yetta sejati!"
Sebagai individu yang cerdik, Basil Jaak melihat nyala amarah di mata Yetta Astir dan ia tahu bahwa ia tidak akan menyerah begitu saja. Dia berpikir belum membuatnya patuh dan tidak bisa menahan diri untuk semakin memperkuat genggamannya.
"Ah..." rasa sakit yang intens membuat Yetta Astir yang menentang itu berteriak.
Sementara semakin terbiasa dengan sensasi terbakar itu, Yetta Astir tiba-tiba merasakan perasaan aneh di hatinya seolah-olah ribuan semut merayap di kulitnya.