Paginya Jevera bangun dengan wajah pucat. Melihat tubuhnya sendiri lagi-lagi telanjang bulat. Mengedarkan pandang ke sekeling mencari-cari pakaian yang sebelumnya melekat di tubuh saat berangkat tidur. Barang tersebut sekarang berserakan di lantai.
"Nah, celana dalamku mana ya?" Gumamnya merasa barangnya ada yang tidak lengkap.
"Huaaah!" Sam bangun langsung duduk, posisi dia tidurnya di kiri sebelah kasur, yang mana sedaritadi Jevera tidak melihat dan tidak ingat kalau ada Sam menginap.
Jevera kaget dan mengaga, bukan karena kaget ada Sam didalam kamarnya, tapi kaget melihat celana dalam yang sedang dicari-carinya bersarang di kepala Sam.
"Jev, lo gak akan percaya sama apa yang gua liat semalam!" Suara Sam ngos-ngosan seperti habis nge-GYM padahal baru bangun tidur bahkan wajahnya terlihat panik membuat Jevera semakin pucat.
"Sebelumnya An-anu ... itu Sam, anuku di kepalamu" Jevera malu-malu menelunjuk celana dalamnya berada di atas kepala Sam.
"Haaaa!!!" Sam kaget langsung melepas celana dalam itu dari kepalanya. "Sumpah Jev, gua gak ngapa-ngapain lo meskipun kepengen"
"Hah?" Jevera gagal fokus.
"Enggak ammaksud gua enggak, gua gak ngapa-ngapain elo sumpah!" Sam kelabakan sendiri sembari sujud didepan Jevera.
"Gua percaya kok Sam" Ucap Jevera, kemudian mereka diam saling bertatapan mata.
"Lo lihat apa semalam Sam?" Tanya Jevera.
Sam sedikit menunduk kepala sambil menggigit kukunya sendiri, raut wajahnya sangat kebingungan untuk menjelaskan dan juga terlihat sangat ketakutan.
"Sam, bilang aja gak papa kok" ulang Jevera.
"Gua semalem ngeliat ada sosok hitam ngewein lo. Sorry banget ya kalo menurut lo bahasa penyampaian gua terlalu frontal, tapi sumpah itu yang bener-bener gua lihat. Gua semalam bingung dan takut banget sampek gak bisa berbuat apa-apa buat lo. Saat lo lagi diewein lalu mahluk itu ngeliat gua, dia datang ke arah gua dan setelah itu gua gak bisa ingat apa-apa lagi, semuanya menjadi gelap Jev"
Ya, semalam sesosok bayangan hitam itu membuat Sam pingsan.
"Duh, berarti semalem terjadi lagi dong" Gumam Jevera sambil meremas-remas baju yang dipakai buat nutupin kontolnya itu.
"Jev, lo gak papa kan?" Sam berdiri kemudian mengusap bahu Jevera.
"Gua gak papa kok" Meskipun munafik yang aslinya sangat ketakutan, tetapi jawaban ini adalah jawaban yang pas bagi Jevera.
"Kalo lo mau lo bisa kok tidur di kamar gua, mana tau setan itu cuma penunggu kamar ini dan ngegangguin lo" Sam menawari bantuan meskipun tanpa embel-embel setan geh dia pengen pedekatean.
Jevera diam beberapa saat sambil berpikir dan bergumam didalam hati "Masa iya sih gua lagi-lagi dientot setan?"
Jevera juga terpikir perkataan Sam masuk akal dan juga tawarannya patut di coba.
"Oke, ntar malem gua coba tidur di kamar lo. Makasih banget ya Sam"
"Yup. sekarang mending kita pikirin kampus dulu. Lo ngampus juga kan hari ini?" Tanya Sam.
Jevera mengangguk.
"Yaudah lo ganti baju gih, abis itu berangkat bareng gua. Gua ada kelas pagi" Sam pergi meninggalkan kamar Jevera sambil membawa bantalnya tak lupa langsung menutup pintu kamar Jevera karena Jevera saat ini masih telanjang bulat hanya menutup kontolnya dengan baju.
Jevera masih berdiri di tempat tadi, lagi mikir-mikir tentang semalam gak mungkin kalo Sam hanya melihat mahluk astral aja, melainkan pasti San melihat adegan dirinya telanjang dan mengangkang.
"Duuuuh, maluu banget guaaaa" Lalu nidurin badan sebentar ke atas kasur sambil ngebayangin mimpi-mimpi dengan sosok laki-laki gagah yang selalu menyodominya itu. Mimpi itu rasanya sangat nyata karena sekarang Saja anusnya terasa perih Seperti benar-benar habis diewe.
"Ad-duh duh duh aaahhh awh awhh aah kok perih sih"
Sambil memegangi anusnya sendiri dan mencolok pakai jari Fantasinya semakin lama semakin meraja lela, dia pikir-pikir daripada dientot mahluk astral begini bukankah ngentot beneran pasti lebih enak? Apalagi kalau ngentotnya bareng Sam.
"Akh! Gua mikirin apa'an sih gila!" Jevera tepuk jidat. Kemudian bergegas ganti pakaian sebelum Sam kembali datang mengunjungi kamarnya.
"Jev, udah?" Sam datang langsung nongol masuk tanpa mengetuk pintu.
"Udah" jawab Jevera sudah berpakaian rapih lalu mereka pun berangkat ke kampus.
___
"Sam, gua turunin disini aja ya"
"Lah, gedung Fakultas lo kan masih jauh" Bingung Sam, Jevera minta berhenti di gedung Seni.
"Gua ngambil kelas seni pagi ini" Jawab Jevera lalu mereka berpisah, Sam lanjut menuju gedung Fakultasnya.
"Aman!" Jevera merasa gak mungkin di ganggu setan lagi. Toh, setannya cuma ada kost-kosatan. Pikirnya
Pagi ini Jevera mengambil kelas seni lukis sesampainya di kelas Dosen sudah hadir. Jevera pun menyapa beliau lalu duduk di kursinya paling pojok.
Biasanya Jevera datang paling awal dan sangat semangat mengambil kelas seni lukis ini, Dosennya pun ganteng, tinggi, sangat ramah. Sampai-sampai Jevera tidak sadar kalau kebaikan dan keraman Dosen sebenarnya hanya pada dirinya aja.
Dosen ganteng itu sebenarnya sangat tertarik melihat keseksian body mulus Jevera dan raut wajah cantik Jevera yang sebetulnya tak lumrah di sebut laki-laki.
___
Saat pelajaran sedang berlangsung ...
"Awwh" Javera bergidik kaget, untung saja tidak ada yang mendengar.
"Barusan apaan sih, kok kayak ada yang ngelus boolku?" Jevera berbalik ke belakang tetapi di belakang hanya ada dinding kalaupun yang merogoh kedalam celana belakang adalah kawan di sebelahnya, Jevera pasti akan melihat pergerakan tangan mereka.
"Ah, apa pula yang ku pikirkan" Jevera mengira mungkin karena sempat berfantasi ngentot bareng Sam, sampai-sampai terbawa kedalam imajinasi.
Tak lama kemudian Jevera merasakan lagi seperti jari mengesek anusnya dan sedikit mencolok lobang yang bikin ia reflek langsung berdiri.
"Aawh!"
"Ada apa Jevera?" Tegur Dosen ketika semua orang di kelas sedang Fokus melukis, Jevera berdiri sendiri dan kursinya sedikit kedorong kaki.
Saat di tanyai Dosen, Jevera sedang fokus mengamati kursi duduknya sendiri mencari-cari tahu binatang atau apa sih yang merogoh masuk celana lalu menggesek anusnya?
"Tadi sebenarnya apa sih yang nyolok lubangku?" Dalam hati Jevera.
"Jev, ada apa?" Ulang Dosen.
"Enggak ada apa-apa pak. Maaf pak" Jevera duduk kembali.
Dan beberapa saat kemudian "uuhhh uuhhh" Jevera bergidik geli merasakan ada sesuatu yang tak terlihat meraba-raba dadanya dan memplintir pentil kecilnya.
Jevera berkali-kali nyoba tengok ke belakang benar-benar hanya ada dinding, murid disebelahnya pun sedang sibuk masing-masing. Elusan di pentilnya barusan itu semakin lama semakin terasa seperti pentil lagi di pelintir-plintir, dan diisep-isep geli, enak campur aduk bikin Jevera makin gak nyaman.
"Eeuhh Pak, uhhh" ia manggil dosen sambil sesekali membungkam mulutnya sendiri yang susah buat tidak mendesah-desah.
"Ya, ada apa, Jevera?"
"Izin ke uuhhh toilet sebentar aaah ya pak"
"Ya silahkan" Si Dosen merasa aneh dengan suara Jevera.
Setelah keluar kelas, Jevera lari ke arah toilet sambil memukul-mukul dadanya sendiri agar sesatu yang memplintir pentil kecilnya hilang.
Sesampainya di toilet, ia langsung cuci muka di wastafel, membuka anak kancing bajunya dan melihat dadanya sendiri di kacar cermin sambil ngebatin
"Jadi Setannya ada kampus juga? Bukan cuma di kostan???"
Perlahan-lahan Jevera merasakan seperti ada sesuatu yang meraba dadanya lagi saat bajunya belum di kancingin.
Sesosok mahluk dengan wujud kepala tiga, yang pertama kepala banteng, kedua wajah manusi! Dengan raut wajah merah darah dan ketiga domba jantan berbulu hitam legam dengan taring mencuat tajam yang sangat besar.
Mata Jevera melotot ketika melihatnya di cermin.
"Tidak! Ini halu! Ini hanya halusinasii!!!" Dengan berani Javera menoleh ke belakang badan
Apa yang terjadi dibelakang?
Hanya ada dinding kosong!
Saat noleh lagi ke kaca cermin
Sosok itu terlihat! Menjulurkan lidah panjang sampai melewer ke lantai
"AAAAARRRGGHHHGRRGHHHH!!!"