下載應用程式
83.33% Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 55: Chapter 55

章節 55: Chapter 55

Setelah sarapan selesai, Shirou dengan sigap mulai membersihkan dapur dan ruang makan. Dia sudah terbiasa dengan rutinitas ini—mengangkat piring kotor, menyeka meja, dan merapikan segala sesuatu setelah para anggota Loki Familia selesai makan. Meski tugas ini bisa terasa membosankan bagi sebagian orang, bagi Shirou ini adalah momen refleksi dan ketenangan, terutama karena dia menikmati kesederhanaan tugas-tugas sehari-hari.

Lefiya, yang juga baru saja menyelesaikan sarapannya, melihat Shirou sibuk dengan pekerjaannya dan segera menawarkan bantuannya. "Shirou, bolehkah aku membantumu?" tanya Lefiya dengan senyum lembut. Shirou menoleh dan, dengan senang hati, menyambut tawaran itu. "Tentu saja, Lefiya. Terima kasih sudah sering membantuku," ucap Shirou tulus. Dia selalu menghargai bantuan Lefiya, yang sering kali datang ke dapur untuk membantunya mengurus berbagai hal.

Mereka berdua bekerja dengan tenang, membersihkan peralatan makan dan menyeka meja dengan cepat. Lefiya, meskipun biasanya canggung dalam banyak hal, ternyata cukup terampil dalam membantu di dapur, dan Shirou merasa beruntung karena mendapat teman yang bisa diandalkan seperti dia.

Setelah semuanya selesai dan ruang makan serta dapur sudah kembali rapi, Shirou memiliki ide untuk mempersiapkan sesuatu yang spesial. "Aku berpikir untuk membuat sedikit snack untuk nanti saat menonton War Game," katanya kepada Lefiya sambil merapikan peralatan terakhir. "Popcorn mungkin cocok untuk acara ini."

Lefiya, yang tidak pernah mendengar kata "popcorn" sebelumnya, menatap Shirou dengan rasa ingin tahu. "Popcorn? Apa itu?" tanyanya penasaran, wajahnya memperlihatkan ekspresi polos yang membuat Shirou tersenyum. "Aku belum pernah mendengar tentang makanan itu." Dengan rasa ingin tahu yang semakin besar, Lefiya mendekat dan menawarkan bantuan lagi. "Bisakah aku membantumu membuatnya?"

Shirou tersenyum, senang dengan antusiasme Lefiya. "Tentu, aku akan menunjukkan padamu. Popcorn itu dibuat dari biji jagung yang dipanaskan sampai meletup dan berubah menjadi bentuk yang renyah," jelas Shirou sambil mengambil beberapa biji jagung dari lemari dapur.

Lefiya memandang dengan penuh perhatian saat Shirou menyiapkan panci dan memanaskan biji jagung di atas api. Tidak butuh waktu lama sebelum bunyi pop pertama terdengar, membuat Lefiya tersentak kaget. Shirou tertawa kecil melihat reaksi Lefiya. "Itu bagian terbaiknya," kata Shirou. "Setelah beberapa saat, semua biji jagung akan meletup dan berubah menjadi popcorn."

Lefiya terus memperhatikan dengan takjub saat biji-biji jagung kecil itu berubah menjadi tumpukan putih yang lembut dan renyah. "Wow... Ini benar-benar luar biasa," katanya, suaranya penuh kekaguman. "Aku tidak pernah menyangka biji jagung bisa berubah seperti ini. Aku tidak pernah makan makanan seperti ini sebelumnya." Ketika Shirou menawarkan segenggam popcorn untuk dicicipi, Lefiya langsung mengambil beberapa butir dan memasukkannya ke dalam mulutnya. "Hmm... ini enak sekali! Renyah dan lembut," katanya dengan mata berbinar.

Shirou tersenyum hangat mendengar pujian itu. "Di dunia tempat asalku, popcorn sangat populer. Kami biasanya memakannya saat menonton film di bioskop," jelas Shirou, suaranya sedikit bernostalgia. "Dulu, aku sering pergi ke bioskop bersama Taiga—seorang yang seperti kakak bagiku—dan kami selalu membeli popcorn sebelum film dimulai. Itu semacam tradisi kecil bagi kami."

Lefiya mendengarkan cerita Shirou dengan penuh minat, sambil terus mencicipi popcorn. Dia bisa merasakan ada kehangatan dan kenangan dalam setiap kata yang Shirou ucapkan, membuat Lefiya tersenyum kecil. "Sepertinya kau memiliki banyak kenangan indah di dunia asalmu," katanya lembut.

Shirou mengangguk, merasa sedikit nostalgia membayangkan Taiga dan kehidupan lamanya. Tapi saat ini, dia merasa bahagia bisa membagikan kenangan dan tradisi kecil itu dengan teman-temannya di dunia baru ini.

Lefiya dan Shirou melanjutkan membuat popcorn dengan semangat yang tak surut. Mereka bekerja sama dengan cekatan, mengaduk-aduk biji jagung yang terus meletup di atas api, memenuhi dapur dengan bunyi riuh kecil dan aroma harum yang menggoda. Setelah tumpukan popcorn jadi, Shirou mengambil beberapa mangkuk besar dan mereka mulai menaburkan berbagai bumbu untuk menciptakan beragam rasa.

Lefiya menaburkan rasa keju pada satu mangkuk, sementara Shirou menyiapkan rasa karamel di mangkuk lainnya. Ada juga mangkuk yang diisi dengan popcorn asin klasik, serta variasi pedas yang mereka coba buat untuk memberikan kejutan. Setiap mangkuk diberi label rasa dan dipisahkan rapi agar nanti semua orang bisa memilih rasa favorit mereka. Setelah semua siap, mereka mengangkat mangkuk-mangkuk itu dengan hati-hati dan bersiap membawa popcorn tersebut ke ruang rapat, tempat seluruh anggota utama Loki Familia sudah berkumpul untuk menonton War Game.

Saat Shirou dan Lefiya tiba di ruang rapat, suasana sudah ramai. Finn dan Gareth duduk tenang di kursi masing-masing, sementara Riveria, Tiona, dan Tione memilih duduk bersama di kursi panjang di tengah ruangan. Aiz dan Bete berdiri di dekat jendela besar, memandang layar besar berbentuk lingkaran yang sudah mulai muncul di udara, memperlihatkan awal dari War Game. Tampaknya mereka semua sudah bersiap untuk menyaksikan pertarungan tersebut dengan antusias.

Bete, dengan sikap angkuhnya yang biasa, menoleh ketika melihat Shirou dan Lefiya masuk ke ruangan. "Kalian telat," ucapnya dengan nada sedikit meremehkan. Matanya menatap mereka dengan ekspresi bosan, seolah-olah keberadaan mereka tidak terlalu penting.

Namun, Lefiya tidak mau kalah. Dia menjawab Bete dengan suara ceria namun tegas, sambil tersenyum lebar. "Kami tidak telat, kami sedang membuat snack enak untuk kalian!" ujarnya sambil bercanda. "Tapi kalau kau terus mengeluh seperti itu, Bete, mungkin kami tidak akan memberimu satu butir pun!" ancamnya dengan nada tak serius.

Aiz, yang berada di samping Bete, memperhatikan mangkuk-mangkuk besar yang dibawa Shirou dan Lefiya dengan rasa penasaran. "Apa itu?" tanyanya lembut, matanya bersinar dengan minat. Ketika Shirou menjelaskan bahwa ini adalah popcorn dengan berbagai rasa, Aiz tidak menunggu lama. Dia mengambil segenggam dari masing-masing mangkuk dan mulai mencicipinya satu per satu. Wajahnya segera menunjukkan ekspresi puas. "Enak," katanya sambil mengangguk, menikmati setiap rasa yang dia coba.

Melihat reaksi Aiz yang positif, anggota Familia lainnya menjadi penasaran. Finn, yang duduk tenang di kursinya, menatap popcorn dengan minat, sementara Tiona dan Tione segera bergabung dengan Aiz untuk mencoba beberapa rasa. Gareth, yang awalnya tidak terlalu peduli, akhirnya ikut mengambil mangkuk dan mencicip popcorn rasa pedas. Semua orang tampaknya menikmati snack ini, suasana di dalam ruangan mulai terasa lebih santai.

Shirou dan Lefiya meletakkan mangkuk-mangkuk besar popcorn di atas meja tengah, memastikan semua orang bisa mencicipi rasa favorit mereka. "Jangan khawatir," kata Shirou dengan senyum lembut, "semuanya akan kebagian. Kami membuat banyak untuk kalian semua." Lefiya mengangguk setuju di sampingnya, senang melihat bahwa hasil kerja mereka disambut dengan antusias oleh semua orang.

Dengan popcorn yang sudah tersedia di meja, anggota Loki Familia siap untuk menyaksikan War Game sambil menikmati snack yang lezat. Suasana yang awalnya serius kini berubah menjadi lebih santai dan penuh kehangatan, berkat Shirou dan Lefiya yang membawa sentuhan manis dan gurih ke tengah-tengah momen besar ini.

Lefiya, yang sudah puas menikmati beberapa butir popcorn, memutuskan untuk duduk di kursi panjang di samping mentornya, Riveria, agar bisa menonton War Game dengan nyaman. Dia merapikan jubahnya sebelum duduk dan menatap layar besar yang tergantung di udara, siap menyaksikan jalannya pertempuran yang akan segera dimulai.

Shirou, yang tadinya masih berdiri setelah membawa popcorn ke ruangan, melihat bahwa semua tempat duduk telah terisi. Dia berencana untuk tetap berdiri di sudut, tidak ingin merepotkan orang lain. Namun, Lefiya, yang menyadari hal itu, segera bergeser sedikit di kursinya dan memberi ruang di sampingnya. "Shirou-san, duduk saja di sini," ajaknya dengan senyum lembut, sambil memberi isyarat bahwa dia telah membuat sedikit ruang.

Shirou ragu sejenak, tapi akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Lefiya. Dia duduk di sampingnya, tepat di antara Lefiya dan Riveria. Ruang yang ada memang sempit, dan tanpa disadari, bahu dan paha Shirou bersentuhan dengan keduanya. Meski duduknya terasa agak sesak, Shirou berusaha untuk tetap nyaman.

"Maaf, aku membuat tempat ini jadi sempit," ucap Shirou dengan nada sopan, merasa sedikit canggung karena harus duduk begitu dekat dengan mereka berdua.

Lefiya menoleh ke arahnya dan dengan cepat menjawab, "Tidak masalah, Shirou-san." Senyum di wajahnya menenangkan Shirou, membuatnya merasa lebih santai. Lefiya sendiri tampaknya nyaman duduk di dekat Shirou, dan dia tampak bahagia karena bisa berbagi tempat duduk dengannya.

Di sebelah Shirou, Riveria tetap duduk tenang, wajahnya tidak menunjukkan perubahan ekspresi. Meskipun dari luar dia terlihat biasa saja, di dalam hatinya, dia merasa sedikit senang bisa duduk di samping Shirou. Perasaan yang selama ini ia sembunyikan tetap terjaga di balik ketenangannya. Riveria terbiasa menyembunyikan emosinya, tapi saat ini, kedekatan fisik dengan Shirou membuat perasaannya sedikit bergejolak.

Sambil duduk di antara Lefiya dan Riveria, Shirou mencoba untuk fokus pada layar di depan mereka, meskipun kesadaran tentang kedekatan fisik dengan dua wanita ini tetap ada di pikirannya. Suasana di dalam ruangan semakin sunyi ketika pertandingan War Game mulai berlangsung di layar besar, semua mata tertuju pada pertempuran yang sedang berlangsung. Shirou, meskipun merasa canggung pada awalnya, akhirnya bisa menenangkan diri dan menikmati momen itu bersama teman-temannya.

Pada layar besar yang menggantung di udara, tampak sebuah sosok Elf yang berdiri di luar benteng Apollo Familia. Rambutnya hijau pendek, wajahnya sebagian tertutupi oleh topeng yang menutupi mulutnya, dan dia mengenakan kaos tak berlengan berwarna putih. Shirou, yang sedang duduk di antara Lefiya dan Riveria, langsung mengenali sosok itu. Meskipun penyamarannya cukup baik bagi kebanyakan orang, Shirou tahu betul siapa Elf itu.

Ryuu, pelayan yang biasa bekerja di Hostess of Fertility, kini muncul sebagai pejuang yang tak kenal takut di layar. Di kedua tangannya, dia memegang dua Magic Sword—pedang sihir yang memiliki kekuatan luar biasa. Yang satu berwarna merah, sedangkan yang lainnya berwarna biru. Shirou, yang sudah tahu kemampuan Ryuu, tetap terpesona dengan bagaimana ia membawa dirinya di medan pertempuran.

Ryuu, dengan sikap dingin dan penuh percaya diri, berdiri di depan benteng musuh. Dia tampak siap menantang siapa pun yang berani menyerangnya. Di atas dinding benteng, anggota Apollo Familia melihat Ryuu dan segera mengambil posisi. Dengan cepat, mereka mulai menghujani Ryuu dengan anak panah. Deretan panah meluncur di udara, terarah tepat ke tubuh Elf yang tampak sendirian itu.

Tanpa ragu, Ryuu mengangkat Magic Sword merahnya. Sebuah kilatan api membakar di sepanjang bilah pedang itu, dan seketika, panah-panah yang menghujaninya terbakar habis di udara sebelum mencapai sasarannya. Panas dari pedang itu membentuk penghalang api, melindungi Ryuu dari serangan jarak jauh. Saat beberapa prajurit Apollo Familia mencoba mengepungnya dari samping, Ryuu dengan cekatan menggunakan Magic Sword birunya. Kilatan listrik melompat dari bilah pedang itu, menyambar siapa pun yang berani mendekat, membuat mereka tersetrum dan jatuh ke tanah sebelum bisa mendekati dirinya.

Di dalam ruang rapat, suasana menjadi tegang namun penuh kagum. Semua mata tertuju pada aksi luar biasa Ryuu yang, meski sendirian, mampu menahan serangan dari begitu banyak prajurit musuh. Finn, yang biasanya tenang, menatap layar dengan tajam.

"Sepertinya Elf itu hanya pengalihan," komentar Finn dengan suara serius, menunjukkan kejelian strateginya. Dia bisa melihat bahwa meskipun Ryuu berperan besar dalam melawan musuh, ada kemungkinan tindakan beraninya hanya untuk menarik perhatian Apollo Familia dan mengalihkan fokus mereka dari rencana utama.

Lefiya, yang duduk di samping Shirou, tidak bisa menahan kekagumannya. Sebagai sesama Elf, dia merasa bangga melihat seorang Elf lain tampil begitu kuat dan berani di medan perang. "Elf itu luar biasa... Aku merasa bangga," katanya dengan suara pelan, namun penuh kagum. Namun, setelah beberapa saat, ekspresi herannya berubah menjadi kebingungan. "Tapi... sepertinya Elf itu mirip dengan seseorang. Mirip dengan pelayan di Hostess of Fertility."

Shirou, yang sudah tahu betul siapa sebenarnya Elf itu, tersenyum kecut mendengar komentar Lefiya. Dia berusaha menahan tawa, meski dalam hatinya dia merasa sedikit khawatir. "Sepertinya aku harus mengingatkan Ryuu agar dia menggunakan penyamaran yang lebih baik," pikir Shirou dalam hati. Meski Ryuu memakai topeng dan pakaian yang berbeda dari biasanya, tampaknya tidak cukup untuk menyembunyikan identitasnya dari mereka yang memperhatikannya dengan teliti.

Sambil duduk di antara mereka, Shirou hanya bisa berharap bahwa tidak ada yang terlalu curiga dengan identitas asli Ryuu. Meski dia terlihat tenang dan bersahaja sebagai pelayan, jelas memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa di balik penampilannya yang sederhana.

Sebagian besar anggota Apollo Familia kini benar-benar teralihkan oleh kehadiran Ryuu. Tindakan berani Elf itu, yang berdiri sendirian di depan benteng mereka sambil menantang serangan dari segala arah, telah berhasil memancing sebagian besar pasukan keluar dari posisi bertahan mereka. Panah-panah yang sebelumnya menghujani Ryuu tak lagi efektif, dan dengan setiap serangan mereka yang gagal, semakin banyak anggota Apollo Familia mulai meninggalkan pos mereka untuk menghadapi Ryuu secara langsung.

Ryuu, setelah menggunakan kekuatan kedua Magic Sword-nya hingga akhirnya kekuatan dari Magic Sword itu habis dan lebur menjadi debu. Ia kini mengeluarkan senjata yang jauh lebih sederhana, sebuah pedang kayu yang tampak biasa. Namun, meski tampak sederhana, pedang kayu itu adalah senjata yang Ryuu sering gunakan untuk menaklukkan musuh-musuhnya. Dengan cepat dan cekatan, Ryuu menggunakan pedang kayu itu untuk melawan dan mengalahkan prajurit Apollo Familia yang mencoba mengepungnya. Gerakannya cepat dan presisi, setiap tebasan dan serangannya mengenai titik lemah musuh, membuat mereka roboh satu per satu tanpa bisa melawan.

Saat Ryuu sibuk melawan musuh yang mengeroyoknya, tiba-tiba muncul bantuan dari samping. Mikoto, yang juga terlibat dalam War Game, datang dengan gerakan cepat dan penuh percaya diri. Ia berdiri di samping Ryuu, siap memberikan dukungan. Dengan kehadiran Mikoto, perhatian musuh semakin terpecah. Mikoto segera mengeluarkan mantranya, merapal dengan penuh konsentrasi, dan ketika ia selesai, dia memanggil mantranya Futsunomitama.

Setelah mantranya selesai, Mikoto menggunakan kekuatan Futsunomitama untuk menciptakan medan gravitasi yang kuat. Dengan sekali gerakan, lawan-lawannya yang berada di sekitarnya terhentak oleh gravitasi yang tiba-tiba melonjak, membuat mereka terseret ke tanah dengan kuat. Mereka jatuh ke tanah, terperangkap oleh kekuatan gravitasi tersebut, tak mampu bergerak meskipun mereka berusaha sekuat tenaga untuk bangkit. Mikoto dan Ryuu kini memiliki keunggulan besar, dengan sebagian besar anggota Apollo Familia yang berusaha mengepung mereka kini terjebak oleh kekuatan Mikoto.

Sementara itu, di dalam ruang rapat Loki Familia, suasana menjadi semakin intens. Semua anggota Familia mengamati layar dengan penuh konsentrasi, mengikuti setiap gerakan yang terjadi di medan pertempuran. Di tengah ketegangan itu, Gareth, yang duduk di kursinya sambil menikmati popcorn pedas yang dibawa Shirou dan Lefiya, terlihat lebih santai.

Gareth mengambil segenggam popcorn pedas lagi, memasukkannya ke dalam mulutnya, dan mengunyah dengan santai sebelum memberikan komentarnya. "Anak-anak muda itu... mereka harus terus semangat seperti ini," katanya sambil tersenyum kecil. Meski usianya lebih tua dari kebanyakan petualang di ruangan itu, Gareth merasa bangga melihat keberanian dan dedikasi Mikoto dan Ryuu di medan perang. Semangat juang mereka mengingatkan Gareth pada masa mudanya, saat dia masih berjuang dengan semangat yang sama.

Anggota Loki Familia yang lain tetap terpaku pada layar, mengamati setiap detail yang terjadi di medan perang. Pertempuran terus berlangsung, dan dengan Mikoto dan Ryuu yang berhasil mengalihkan perhatian Apollo Familia, rencana besar untuk menaklukkan benteng musuh tampaknya mulai bergerak ke arah yang mereka inginkan. Shirou hanya bisa tersenyum kecil, bangga melihat teman-temannya beraksi dengan begitu hebat.

Tiba-tiba, gerbang besar benteng Apollo Familia yang selama ini terkunci rapat mulai bergerak. Suara gemuruh logam yang berat membuat semua mata di medan pertempuran tertuju ke arah gerbang yang perlahan terbuka. Semua anggota Apollo Familia, yang sebelumnya terfokus pada Ryuu dan Mikoto di luar benteng, seketika menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Dari balik gerbang itu, tampak seorang pallum yang berjalan dengan tenang, mengenakan seragam khas Apollo Familia. Dengan langkah percaya diri, dia berjalan ke arah pintu gerbang dan memutar mekanisme pengunci, membuka gerbang sepenuhnya. Namun, yang membuat kejadian ini mengejutkan adalah kenyataan bahwa anggota pallum itu bukanlah salah satu prajurit Apollo. Itu adalah Lily. Dengan menggunakan sihirnya Cinder Ella, Lily menyamar sebagai anggota pallum Apollo Familia, menyusup ke dalam benteng tanpa terdeteksi.

Setelah memastikan gerbang terbuka sepenuhnya, Lily dengan cepat menghentikan sihir Cinder Ella-nya, kembali ke wujud aslinya sebagai supporter dari Hestia Familia. Bell dan Welf, yang menunggu di luar gerbang, segera menyelinap masuk tanpa halangan berarti. Mereka tahu ini adalah kesempatan emas untuk menyerang dari dalam, berkat usaha Lily yang berhasil membuka pintu pertahanan utama musuh.

Bell tersenyum lega begitu dia berhasil masuk ke dalam benteng. "Terima kasih, Lily," katanya penuh rasa terima kasih sambil menepuk bahu teman kecilnya yang selalu bisa diandalkan. Welf juga mengangguk penuh penghargaan. "Kau benar-benar hebat, Lily," tambahnya dengan nada bangga. Lily, yang kini berada dalam wujud aslinya, hanya tersenyum malu-malu, tapi jelas merasa puas karena rencananya berhasil dengan sempurna.

Sementara itu, di ruang rapat Loki Familia, semua mata tertuju pada layar yang memperlihatkan kejadian di medan pertempuran. Tione, yang duduk sambil menyaksikan aksi Lily, Bell, dan Welf, langsung tersenyum lebar. Dia merasa kagum sekaligus bangga dengan prediksi oleh kapten mereka, Finn, yang sejak awal sudah memperkirakan bahwa ini semua adalah bagian dari pengalihan.

Tione dengan antusias memuji Finn, "Kau benar-benar jenius, Kapten! Seperti yang kau katakan, mereka menggunakan pengalihan untuk membuka gerbang dari dalam," katanya sambil tersenyum penuh kekaguman. Matanya bersinar, mengagumi kapten kesayangannya yang selalu bisa memprediksi pergerakan musuh dengan tepat.

Finn, yang duduk tenang di kursinya, hanya mengangguk kecil, tidak terlihat terlalu ingin memamerkan kemampuannya. Dia tahu bahwa kemenangan belum pasti, dan masih banyak yang bisa terjadi di medan pertempuran. Namun, dia senang bahwa prediksinya tentang pengalihan berhasil. Rencana Hestia Familia tampaknya berjalan lancar sejauh ini.

Di samping Shirou, Riveria tetap tenang seperti biasanya. Dengan anggun, dia menikmati popcorn rasa keju, matanya tetap fokus pada layar. "Sepertinya benar," kata Riveria, menyetujui pernyataan Tione. "Pengalihan itu adalah strategi yang cerdas." Meski komentar Riveria terdengar sederhana, nada bicaranya dipenuhi dengan keyakinan, menunjukkan bahwa dia juga terkesan dengan keberhasilan rencana tersebut.

Suasana di ruang rapat Loki Familia tetap serius, meski sesekali ada senyuman dan rasa kagum terhadap apa yang mereka saksikan di layar. Semua orang kini menantikan langkah selanjutnya dari Bell dan Welf, berharap bahwa strategi yang sudah dijalankan dengan begitu rapi akan membawa mereka menuju kemenangan dalam War Game.

Tiona, yang menyaksikan dengan penuh perhatian, menghela napas kecil sebelum memberikan komentarnya. "Mereka belum bisa menang, tidak sebelum mereka mengalahkan kapten Apollo Familia," katanya dengan nada serius. Meskipun Bell dan Welf sudah berhasil memasuki benteng dan mulai membuat kemajuan, Tiona tahu bahwa kemenangan tidak akan mudah diraih jika kapten lawan masih berdiri tegak.

Riveria mengangguk setuju. Matanya tetap fokus pada layar besar yang menampilkan aksi di medan pertempuran. "Sepertinya kapten Apollo Familia bersembunyi di menara utama, di tengah benteng," katanya dengan tenang. "Selama dia belum dikalahkan, pertarungan ini masih jauh dari selesai." Pengamatan Riveria selalu akurat, dan dia bisa merasakan bahwa Bell dan Welf menuju tantangan yang lebih berat.

Di layar, tampak Bell dan Welf berlari menuju menara yang disebutkan oleh Riveria. Pasukan Apollo Familia terus menghadang mereka di sepanjang jalan, tapi Welf, dengan kekuatan dan keteguhannya, memutuskan untuk bertindak sebagai penghalang bagi Bell.

Dengan gagah berani, Welf menghadang pasukan lawan, menggunakan sihir Will-o-Wisp-nya untuk memanipulasi api dari serangan musuh. Dengan satu gerakan cepat, Welf membalikkan sihir api lawan, membuat api itu berbalik dan menghantam pasukan Apollo Familia yang menyerang. Setelah berhasil menahan mereka dengan sihir, Welf mengayunkan Greatsword-nya dengan kekuatan penuh, menghancurkan rintangan dan musuh di hadapannya, memberi Bell kesempatan untuk terus maju menuju menara tanpa halangan.

Bell terus melaju dengan kecepatan tinggi, sementara Welf memastikan bahwa tak ada satu pun pasukan Apollo yang bisa mengejar atau menghentikan perjalanan Bell. Ini adalah pertarungan yang menuntut kecepatan, kekuatan, dan ketekunan. Di ruang rapat Loki Familia, semua mata terpaku pada layar. Bete, yang biasanya sinis terhadap Bell, kali ini tidak bisa menahan diri untuk memberikan komentar.

"Bocah itu... dia ingin menghadapi kapten lawan sendirian," gumam Bete dengan nada hormat yang jarang terdengar darinya. "Dia benar-benar lelaki sejati." Bete, yang dikenal kasar dan tak pernah mudah terkesan, mengakui keberanian Bell dengan rasa kagum yang tak biasa.

Shirou yang duduk di kursinya juga menyadari niat Bell. Dia tahu Bell ingin membuktikan kemampuannya dengan menghadapi kapten Apollo Familia sendiri. Dalam hati, Shirou merenung sejenak. "Jika Ryuu yang melawan kapten Apollo, itu pasti mudah bagi dia," pikirnya. "Kapten Apollo hanya level 3, sementara Ryuu setidaknya sudah level 4." Meskipun Shirou tahu bahwa Ryuu bisa menyelesaikan pertarungan dengan cepat, dia juga memahami bahwa ini adalah pertarungan Bell. Ini adalah momen bagi Bell untuk membuktikan dirinya.

Di layar, Bell akhirnya mencapai lantai bawah menara tempat kapten Apollo Familia bersembunyi. Napas Bell terengah-engah, tapi tatapannya penuh tekad. Dia tahu bahwa pertarungan ini adalah ujian terbesar baginya. Dengan mengeluarkan napas panjang, Bell mengaktifkan Argonaut, kekuatan yang memperkuat serangannya dengan aura pahlawan. Dari tubuh Bell, terdengar suara lonceng yang khas, pertanda kekuatan Argonaut mulai terbangun.

Bell mempersiapkan serangan pamungkasnya. "Firebolt!" teriak Bell dengan suara keras, seraya melemparkan sihirnya yang kini diperkuat oleh Argonaut. Api biru dan merah yang menyala terang melonjak dari tangan Bell, mengarah ke lantai atas menara. Ledakan Firebolt yang diperkuat itu mengguncang seluruh menara, membuat cahaya kilat menyinari langit di sekitarnya. Bell telah meluncurkan serangan paling kuatnya, siap untuk menghadapi kapten Apollo Familia dengan seluruh kekuatan yang dia miliki.

Semua orang di ruang rapat Loki Familia terdiam, mata mereka terpaku pada layar, menunggu hasil dari serangan Bell. Shirou bisa merasakan ketegangan di udara, tetapi dia tahu satu hal—Bell tidak akan menyerah sampai dia memenangkan pertarungan ini.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C55
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄