Setelah itu kulanjutkan perjalanan menuju selatan, beberapa kali kuberhenti karena kaki palsu ku longgar dan harus gak ganti beberapa kaus kaki agar enak dan tidak keras benturan nya. Sambil duduk ku buka soket dan kaus kaki nya agar dingin dan diangin-anginkan olehku. Sambil sandar di pohon yang tidak ada alasnya kuberusaha memejamkan mata. Kubangun setelah sayup-sayup kudengar suara azan Dzuhur berkumandang tapi agak jauh. Wah masih jauh nih pasti mesjidnya.
Kupakai kembali kaki palsuku dan berjalan kembali. Jalanan sudah mulai menanjak dan dalam satu kilometer saja aku berhenti bisa dua kali. Kadang berhenti untuk minum, kadang berhenti untuk istirahat saja dan menyesuaikan kaki palsuku. Panas aspal tak kuhiraukan dan teriknya matahari membakar kulitku juga tak kuhiraukan.
Kulihat dari jauh ada mesjid berwarna hijau yang pernah ku mampiri untuk sholat waktu jalan Ngedan 21 hari.Cuma kayaknya waktu itu aku diusir sama marbot nya.