“Siapa kau sebenarnya?” tanya Gven, keringat dingin mulai mengalir dari pelipisnya.
Tapi Satria tidak menjawab dan terus mengepalkan tinjunya. Kini cahaya gradasi berwarna hitam mulai menyelimuti tangan kanannya memancarkan uap hitam layaknya api dan petir hitam yang menyambar-nyambar. Getaran tanah terasa semakin kuat bersamaan dengan kerikil serta debu-debu yang mulai terangkat beterbangan ke udara. Deru angin yang bertiup juga terasa semakin kuat sampai orang-orang di sana melindungi matanya karena hembusan angin yang begitu kuat.
“Aku menyerah,” ucap Gven sambil menurunkan pedangnya. Kepalanya seketika tertunduk ke bawah.
“Gven?” ujar teman-teman Gven yang terkejut.