Suara dentuman dahsyat langsung terdengar saat serangan para bandit menghantam hujan anak panah petir, api dan es yang Satria lepaskan. Letupan-letupan hebat terlihat jelas di udara seiring dengan gemuruh guntur yang terus bertiup. Riuh angin yang bertiup terasa begitu kencang hingga bergemuruh bagaikan ombak di lautan.
Tanah yang mereka pijak terasa bergetar terlebih setelah Satria menggunakan skill archer Darkest Nightmare miliknya. sihir tingkat empat yang digunakan para wizard bandit hanya mampu meredam sampai hujan anak panah es yang turun dari langit. Tebasan api membara yang tadi dilesatkan oleh bandit swordman langsung melesat menuju ke panah hitam mengerikan yang meluncur ke bawah.
'Ddddhhhhoooommmrrrrr'
Ledakan sangat keras bisa terdengar jelas, kuda-kuda yang sejak tadi diam saja langsung riuh bersuara karena terkejut. Semua orang yang ada di sana langsung menutup telinganya dan memejamkan mata, sejenak tanah terasa berguncang hebat lebih dari sebelumnya. Tapi udara mendadak semakin panas, angin yang bertiup juga terasa ikut panas rasanya.
Saat mereka melihat ke udara panah hitam legam yang diselimuti api dan petir hitam masih terus meluncur ke bawah, tehnik pedang yang digunakan oleh bandit swordman nyatanya tidak sanggup meredam panah hitam yang meluncur ke bawah. Semua bandit tidak bisa berbuat apa-apa lagi hingga tanpa terasa senjata mereka jatuh ke tanah.
"Jangan diam saja! cepat lari atau gunakan skill kalian!" teriak bandit swordman sambil mengacungkan pedangnya tinggi-tinggi ke udara.
Sekejap mata pedang yang dipegang bandit swordman langsung bersinar memancarkan cahaya gradasi berwarna putih. Sementara teman-temannya tidak ada yang bergerak sedikitpun seolah mereka sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Mereka yakin sihir tingkat 4 saja masih belum cukup untuk meredamnya.
"Winter slash!" teriak bandit swordman sambil menebaskan pedangnya menyongsong panah hitam yang datang dari langit. Tekanan udara yang tercipta dari tebasannya langsung melesat diiringi dengan udara dingin sedingin es.
'Bbbbhhhhaaammmmnnnrrrr'
Suara dentuman hebat kembali terdengar saat panah hitam yang dilesatkan Satria menghantam tanah dan membentur tebasan jarak jauh bandit swordman. Tanah dan pepohonan yang ada di sekitar para bandit langsung berhamburan ke udara dan hancur berkeping-keping. Jeritan dan raung kesakitan para bandit terdengar memilukan. Tanah kembali berguncang hebat hingga kuda-kuda kembali bersuara ketakutan.
Riuh angin yang bertiup terdengar bergemuruh dan kencang hingga kereta kuda tampak oleng tertiup angin. Nekora yang mengintip dari jendela kereta kuda tampak pucat pasi dan menggigil ketakutan. Para penumpan dan petualang yang masih diikat langsung terbelalak, bahkan diantara mereka banyak yang langsung pingsan karena ketakutan.
"Dampaknya ternyata cukup kuat juga, tapi perhitunganku kelihatannya hanya meleset sedikit saja. Tapi itu tidak masalah selagi para penumpang dan kereta kudanya baik-baik saja," gumam Satria yang sudah menapak kembali di tanah.
Debu-debu terlihat beterbangan membumbung tinggi di sekitarnya. Saat ini bekas tempat pertarungannya dengan para bandit hanya tinggal cekungan tanah yang besar saja dengan beberapa bagian tubuh para bandit yang tercerai berai beberapa bagian. Perlahan getaran tanah mulai mereda bersamaan dengan angin yang menjadi pelan dan debu yang memudar.
"Seperti dugaanku, kelihatannya hanya dia saja yang mampu bertahan," kata Satria sambil menatap tajam bandit swordman yang masih berdiri di tepi cekungan tanah. Tubuhnya terlihat penuh dengan luka-luka, bahkan dari hidung dan mulutnya masih mengeluarkan darah.
"Hah.. hah.. siapa kau sebenarnya?" tanya bandit swordman sambil berusaha menghunuskan pedangnya.
"Aku adalah musuh bagi orang-orang jahat seperti kalian," jawab Satria seraya memainkan busur panahnya.
"Swordman," ucap Satria. Seketika itu juga busur panah hitam di tangannya kembali berubah bentuk menjadi sebuah pedang hitam seperti sebelumnya.
"Kau.. senjata macam apa itu," ujar bandit swordman.
"Menarik bukan, tapi sayangnya kau mungkin tidak akan pernah melihatnya lagi," tutur Satria sembari memainkan pedangnya.
"Kau jangan sombong dulu! Jika tidak kau akan menyesal di alam baka!" bentak bandit swordman sambil menghunuskan pedangnya secara diagonal di depan dadanya. Seketika itu juga pedangnya kembali bersinar terang dengan diselimuti gradasi cahaya berwarna coklat.
"Sekarang giliran tehnik autumn ya," ujar Satria yang juga menghunuskan pedangnya secara diagonal di depan dadanya sama seperti yang dilakukan oleh bandit di depannya.
"Autumn.." kata Satria dengan pelan, kini tanah yang dia pijak serasa bergetar lagi. Pedang hitamnya yang dia genggam langsung memancarkan sinar gradasi cahaya berwarna coklat. Sama seperti sinar yang menyelimuti pedang lawannya.
"Sebelum kau kalah, katakan saat ini kau sudah level berapa?" tanya Satria.
"Jika kau tahu mungkin kau akan menyesalinya. Aku sudah level 53 saat ini!" jawab bandit swordman dengan bangga.
"NPC level 53 ya, sayang sekali kau suka berbuat jahat. Jika tidak kau mungkin akan hidup lebih lama," ucap Satria.
"Matilah! Autumn.." teriak bandit swordman dengan kencang.
"Slash!" teriak Satria dan bandit swordman secara bersamaan. Mereka langsung menebaskan pedangnya ke depan.
Saat itu juga dari tebasan mereka langsung muncul tekanan udara yang melesat disertai gemuruh angin yang menderu. Tanah yang mereka pijak serasa bergetar seiring kedua tebasan yang melesat cepat.
'Bbbbhhhaaammmrrr'
Suara dentuman keras lagi-lagi terdengar bersamaan dengan tiupan angin kencang yang begitu riuh bergemuruh. Debu-debu kembali berhamburan ke udara karena tertiup angin. Bongkahan tanah juga berhamburan di sekitar titik ledakan.
"Aaarrrgghh," terdengar jeritan si bandit yang kesakitan.
Ternyata tehnik pedang yang digunakan oleh bandit itu meledak tepat di depan tubuhnya karena terdorong oleh tehnik pedang yang ditebaskan Satria. Itu menjadi bukti bahwa kekuatan Satria lebih kuat meski tehniknya sama. Hal itu memang wajar mengingat kini Satria sudah berada di level 70 sedangkan lawannya hanyalah level 53.
Tubuh bandit swordman itu langsung ambruk ke tanah dan bersimbah darah, dia tewas tak berdaya. Pedang di tangannya juga terlihat hancur berkeping-keping bersama kedua tangan bandit yang terpotong akibat dari ledakan benturan yang terjadi di dekat tubuhnya. Satria hanya menghela nafas panjang sembari berjalan menghampiri para petualang dan penumpang yang diikat.
'Sret'
'Sret'
Tanpa kesusahan Satria menebas ikatan tali di tubuh mereka satu persatu termasuk yang masih pingsan di tanah. Mereka langsung bersorak gembira karena bisa bebas dari para bandit. Padahal tadi mereka sudah berpikir akan tewas di sana. Saat itu juga para petualang dan para penumpang yang dibebaskan langsung berterima kasih kepada Satria.
"Kalian jangan berterima kasih, kelihatannya orang yang tadi melumpuhkan kalian masih belum menunjukan dirinya," tukas Satria.
"Eh?" ujar para petualang yang tampak terkejut.
"Benar, di sebelah sana," ucap petualang yang memiliki job class ranger sambil menunjuk ke sebuah batu besar yang berada cukup jauh dari tempat mereka.
"Absolute fear aura!" terdengar suara teriakan seorang pria dari balik batu yang ditunjung petualang berjob class ranger.
"Apa ini," ujar petualang ranger yang langsung ambruk ke tanah.
"Lagi-lagi seperti ini," ucap petualang swordman yang juga langsung tumbang ke tanah dengan tubuh yang menggigil.
Para petualang lainnya langsung ikut menggigil ketakutan dan tidak bisa berkata sepatah katapun. Mereka semua langsung tumbang ke tanah, sekarang Satria paham kenapa tadi mereka bisa ditumbangkan dengan mudah. Tiba-tiba saja Satria juga langsung ambruk duduk di tanah dan melepaskan genggaman pada pedangnya.
Bersambung…