Ali Ardian, siswa yang dijuluki rajanya bolos itu kini kembali bersekolah setelah hampir satu minggu tak masuk sekolah. Beberapa kali, ia di tegur oleh wali kelasnya dan bahkan diceramahi oleh guru BK, namun hasilnya tetaplah nihil. Kebiasaan bolosnya masih membuat rekor di sekolah itu.
Seperti biasa, hari senin merupakan hari yang paling sibuk bagi para guru dan osis karena harus membereskan beribu murid yang kebanyakan tidak bisa diatur agar upacara bisa dilaksanakan tepat pada waktunya. Berbeda dengan teman-temannya yang asik mengobrol, Ali justru sedang melihat ke sana kemari mencari seseorang. Yah. Cewek keras kepala yang merajia permennya dulu. Entah kenapa, batang hidungnya belum juga terlihat bahkan sampai upacara akan selesai. Apa dia gak sekolah? Tumben. Pikirannya terus bertanya-tanya.
"kenapa bidadari sekolah gak upacara yah? Atau jangan-jangan gak sekolah? " tanya Aldi saat ia, Aryo, dan Ali sedang berjalan menuju kelas.
"maksud lo Rania? Ada kok. Tadi pagi gue lihat dia. Tapi kayaknya dia emang sengaja gak turun ke lapangan, soalnya kan ada si ketua osis itu" jawab Aryo
"ketua osis? Si Rafly? Apa hubungannya sama Rania? " tanya Aldi. Sementara Ali sedari tadi hanya menyimak. Walaupun sebenarnya ia juga penasaran.
"lo gak tahu? Mereka kan pacaran" jawab Aryo yang langsung membuat Aldi dan Ali melebarkan matanya kaget.
"serius lo? " tanya Aldi tak percaya
"iyah. Katanya sih mereka backstreet gitu udah lama. Soalnya mereka kan osis. " jawab Aryo
"kata siapa lo? " tanya Aldi
"satu sekolah udah pada tahu kali" jawab Aryo
"lahh terus ngapain dong kemaren dia nyariin Ali? " tanya Aldi
Seketika itu, Ali semakin kaget. Dan secara spontan langsung terhenti melangkah karena sedari tadi ia hanya menguping percakapan dua sahabatnya dengan posisinya Ali di depan mereka.
"ngapain dia nyariin gue? "tanya Ali kemudian
"iyah. Ngapain? " sambung Aryo yang juga penasaran
"gue gak tahu lah. Kemaren Rasti cerita katanya dia ketemu sama Rania yang lagi kebingungan nyariin lo" jawab Aldi menjelaskan
"ohh dia mau minta maaf kali sama lo bro, lo kan dihukum gara-gara si Rafly. Dia kan yang salah" jawab Aryo
"iya juga sih. Bisa jadi tuh" ucap Aldi mengiyakan
Mereka bertiga pun kembali melanjutkan langkah yang sempat terhenti. Sebuah kebiasaan bagi Ali, sebelum belajar, ia akan selalu pergi ke toilet terlebih dahulu. Dan ia akan kembali setelah jam pelajaran telah mulai, dan itu akan sedikit mengurangi waktunya saat belajar karena baginya, belajar adalah hal yang membosankan. Jika bukan karena ibunya, Ali mungkin tak akan bersekolah.
Saat akan kembali ke kelas, tanpa sengaja pandangan Ali melihat dua orang yang sedang serius berbincang. Dua orang yang sedang menjadi gosip dan hangat dibicarakan di sekolah ini. Siapa lagi kalau bukan Rafly dan Rania. Karena penasaran, Ali pun mulai mendekatkan jaraknya dengan mereka.
"gue ngelakuin ini karena gue sayang sama lo" ucap Rafly sambil memegang tangan Rania namun Rania dengan segera melepaskannya.
"tapi lo udah keterlaluan tahu gak" ucap Rania kesal
"iya gue minta maaf. Tapi gue gak punya cara lain lagi."
"mulai sekarang, lo jauhin gue" ucap Rania dengan tegas lalu pergi meninggalkan Rafly sendiri.
Dari kejauhan,Rafly terlihat begitu emosi sampai tempat sampah yang ada di hadapannya pun ikut menjadi korban kemarahannya.
Merasa tak ada urusan, Ali pun kembali melanjutkan langkahnya. Saat berjalan dengan santainya di koridor sekolah, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari belakang.
"lo ngapain masih disini? Cepetan masuk!! " perintah seorang cewek keras kepala yang selalu memerintah Ali. Siapa lagi kalau bukan Rania.
"ngapain lo di sini? " tanya Ali bingung karena tiba-tiba Rania berada di belakangnya.
"harusnya gue yang nanya, lo ngapain masih di luar? " tanya Rania
"abis dari toilet. Lo sendiri ngapain nyuruh-nyuruh gue, lo nya aja belom masuk"
"gue lagi patroli. Kenapa? "
"yakin cuman patroli? "
"ya iyalah. Emang ngapain lagi gue di luar?"
"siapa tahu aja lagi pacaran" sindir Ali
"siapa yang pacaran? Orang gue lagi patroli" jawab Rania yang sama sekali tidak merasa tersindir dengan ucapan Ali.
"masssaa?!!!" ledek Ali
Tanpa segan, Rania pun memukul bahu Ali cukup keras.
"udah sana masuk!!!" perintah Rania
Kala itu, perasaan Ali sangat kacau. Ada rasa kecewa di hatinya ketika mendengar Rania dan Rafly telah pacaran apalagi setelah melihat langsung pasangan yang menjadi gosip di sekolahnya itu, perasaan Ali semakin sulit untuk diartikan. Ia ingin bertanya secara langsung kepada Rania,namun mulut Ali seakan dibuat membisu kala Rania berada di hadapannya.
Akibat pikirannya yang sibuk memikirkan Rania, tanpa sengaja Ali menabrak tubuh seseorang walaupun lebih tepatnya orang itu yang menabrak Ali terlebih dahulu. Bukannya meminta maaf, Ali malah malas bertemu dengan orang yang memukulnya kemarin. Siapa lagi kalau bukan ketua osis yang terobsesi akan cintanya dengan Rania.
Ali bermaksud untuk tak meladeni Rafly yang sepertinya langsung terlihat naik darah saat melihatnya. Dan saat ia akan pergi, Rafly memanggilnya setelah Ali melangkah dengan jarak dua meter dibelakangnya. Dengan malas, Ali pun membalikan badan karena ingin mendengar apa tujuan ketua osis ini memanggilnya.
Rafly mulai mendekat ke arah Ali dengan tatapan tajam. Senyumannya mulai merekah kala ia telah berada di hadapan Ali sekarang. Ali hanya memandang Rafly santai tanpa adanya kemarahan sedikit pun. Dan---
Bugghhh
Rafly dengan kasarnya memukul pipi Ali hingga terdapat darah segar di sudut pipinya. Saking kerasnya tubuhnya pun sampai terjatuh ke lantai. Merasa tidak terima dengan perlakuan Rafly yang seperti ini kepadanya untuk kedua kalinya, Ali pun langsung menghajar Rafly. Dan terjadilah perkelahian lagi diantara mereka berdua.
Rania yang sedang berpatroli tidak sengaja melihat Ali dan Rafly yang sedang melakukan aksi pukul memukul dari kejauhan. Tanpa berpikir panjang lagi, ia langsung berlari dan mencoba menghentikan mereka. Namun sayang, kekuatan Rania tidak sebanding dengan dua lelaki bertubuh tinggi ini sehingga tanpa sengaja satu pukulan mendarat ke arahnya sehingga membuat Rania tersungkur ke lantai. Melihat hal itu, kedua lelaki yang sedang mengadu ototnya tadi langsung menolong Rania.
"lo gak papa kan?" tanya Ali berusaha membangunkan Rania. Dan kala itu, Rafly langsung melepaskan genggaman tangan Ali kepada Rania dengan kasar.
"lo apa-apaan sih? " tanya Ali yang semakin emosi karena sikap Rafly yang sudah di luar batas.
"gue udah bilang jangan pernah deketin Rania" jawab Rafly dengan matanya yang memerah
Rania semakin tak habis pikir dengan sikap Rafly yang seakan-akan memilikinya. Ia pun langsung memegang tangan Ali dan membawanya pergi. Beberapa kali, Rafly memanggilnya, namun Rania tak menghiraukannya dan tetap melangkah dengan tangan yang masih berpegangan dengan Ali.
Setelah sampai di UKS, Ali memberikan Rania minum untuk menenangkan pikirannya.
"lo gak papa kan?" tanya Ali memastikan
"gak papa. Lo sendiri gimana? " tanya balik Rania
"gak papa" jawab Ali sambil mengembangkan senyum ke arah Rania.
Rania melihat wajah Ali yang penuh dengan luka biru bahkan terdapat darah di sudut bibirnya. Ia mulai merasa khawatir dan kasihan pada Ali karena Ali yang tak tahu apa-apa harus mendapat perlakuan kasar dari Rafly.
"lo tenang aja. Gue gak papa kok. Luka kayak gini udah biasa bagi gue" ucap Ali mencoba menenangkan Rania karena ia dapat melihat ada rasa bersalah dari raut wajahnya.
"gue cuma gak abis pikir, Rafly kenapa sih? " tanya Rania heran
"ya wajarlah dia marah. Dia kan cowok lo. Mungkin dia cemburu" jawab Ali
"tapi dia bukan cowok gue" bantah Rania cepat
Pernyataan Rania itu berhasil membuat Ali kaget namun hal itu justru membuat perasaannya menjadi lega. Ada rasa senang, bahagia, girang, semuanya bercampur menjadi satu. Namun Ali tak menunjukannya. Ia mencoba untuk tetap tenang.
"kenapa? Kalian baru putus? " tanya Ali kemudian
"gue sama dia gak pernah pacaran. Gue juga heran kenapa sikap dia akhir-akhir ini posesif banget sama gue sementara dia sama sekali bukan cowok gue" jawab Rania penuh penegasan
Kali ini Ali hanya terdiam. Ia tak tahu apa yang harus ia katakan karena ia bukan orang yang ahli dalam hal percintaan. Namun saat ini, Ali berusaha menjadi pendengar yang baik untuk cewek keras kepala yang duduk di hadapannya kini. Saat itu,Ali yang mendengarkan sambil memandang Rania tanpa sengaja pandangan mereka bertemu beberapa detik sampai Ali mengalihkan pandangannya. Sementara mata Rania saat ini kembali teralihkan pada luka di sudut bibir Ali yang masih terdapat darah di sana.
"lo yakin gak papa? Apa perlu kita ke rumah sakit? " tanya Rania khawatir
"lo lebay banget sih. Tenang aja kali. Gue udah biasa kok" jawab Ali
"gue minta maaf yah. Karena kejadian kemaren sama kejadian tadi. Gue malu banget tahu gak" ucap Rania kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya.
"kenapa lo yang minta maaf? Lo kan gak salah. Si Rafly nya aja yang brengsek" jawab Ali
Kedua orang yang berada di UKS ini saling menyimpulkan senyuman tanpa sadar mereka melewatkan jam pelajaran di pagi itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!!