下載應用程式
86.36% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 19: MAKAN MALAM BERSAMA GALANG

章節 19: MAKAN MALAM BERSAMA GALANG

Jovanka menatap kesal ke arah Galang yang masih saja memandangnya dengan pemikiran yang sudah di alam lain. Gadis cantik itu membelalakkan matanya dengan marah saat melihat pandangan mesum lelaki di depannya.

"Lebih baik aku pulang saja," kata Jovanka sambil berdiri dan meraih tasnya yang ada di atas meja. Galang terperangah dan dengan cepat menahan tangan Jovanka.

"Kamu sudah di sini. Duduklah," perintah Galang dengan pandangan yang mulai melunak. Jovanka mengembuskan nafas kesal dan kembali duduk di kursinya.

Ruangan itu didesain hanya untuk satu pasang kursi dengan meja yang tidak terlalu lebar. Pelayan yang siap melayani berada di luar pintu dan akan masuk jika mendengar bunyi bel berdenting dari dalam.

"THING!"

Pelayan masuk dan menerima pesanan menu dari Jovanka dan Galang. Dia pun segera keluar untuk mempersiapkannya. Galang kembali menatap Jovanka dengan lekat. Lelaki itu mengakui kecantikan dan ketertarikannya kepada gadis itu. Terlebih lagi sikap sombong dan judes gadis itu membawa sebuah nuansa yang berbeda dari keseharian gadis-gadis yang selama ini menemaninya.

"Kalau kamu terus memandangku seperti itu, lama-lama kamu akan jatuh cinta padaku," kata Jovanka datar tanpa ekspresi tetapi membuat Galang bagai tertampar mendengarnya.

"Aku? Jatuh cinta kepadamu?" tanyanya sarkas sambil tersenyum remeh ke arah Jovanka.

"Tentu saja," jawab Jovanka sambil menatap Galang dengan tajam. Lelaki itupun sedikit gelagapan ditatap gadis yang sepertinya tidak mempunyai perasaan itu. Galang tertawa untuk menutupi kegugupannya.

"Justru sebaliknya, kamulah yang akan terlebih dulu jatuh cinta kepadaku. Kamu yang tak akan bisa lepas dari pesonaku, Jova," kata Galang penuh percaya diri.

"O ya?" komentar Jovanka datar. Masih datar saja karena memang Jovanka sengaja tidak mau menampilkan ekspresi yang sebenarnya.

"Siapa yang ngotot ingin menjadikanku simpanan?" tanya Jovanka sambil menoleh ke arah pintu. Pelayan masuk membawakan pesanan mereka. Galang hanya diam saja mendengar pertanyaan Jovanka.

"Silakan dinikmati," kata pelayan laki-laki yang masih muda itu dengan sopan. Jovanka mengangguk dan tersenyum ramah. Galang jadi heran dengan gadis itu.

"Kenapa kamu ramah sekali dengan pelayan tadi?" tanya Galang dengan nada kesal. Jovanka hanya mengangkat bahunya saja.

"Dia patut mendapatkan keramahanku," jawab Jovanka sambil mulai menyantap makanannya.

"Murahan," desis Galang lirih. Jovanka tersenyum tipis mendengarnya.

"Kalau begitu, apa sebutan kamu yang suka dengan aku yang murahan ini?" tanya Jovanka yang membuat Galang mati kutu. Dia pun hanya menatap Jovanka dengan kesal sementara gadis itu justru tersenyum sambil menikmati makanannya dengan tenang.

Jovanka menyelesaikan makan malamnya dengan anggun dan mengakhirinya dengan segelas jus yang sangat segar. Galang hanya menatapnya tanpa banyak bicara. Semakin Jovanka menunjukkan sisi kesombongan dan keangkuhannya, semakin liar fantasi bercinta yang berada di dalam benak lelaki itu.

"Aku mau ke toilet sebentar," kata Jovanka sambil meraih tasnya. Galang mengangguk dan menunjuk ke sebuah arah. Toilet itu berada di halaman luar ruangan yang bersekat kaca dibalik taman yang terlihat asri. Jovanka berjalan keluar dan segera masuk ke lorong toilet.

Sebuah panggilan terlihat dari ponsel Jovita yang bergetar beberapa kali. Jovita sengaja membuat ponselnya di mode diam. Gadis itu segera melihat layar ponselnya dan sedikit terkejut melihat nama Adam tertera di sana.

"Halo. Ada apa Mas Adam nelpon malam-malam gini?" tanya Jovita sambil memperbaiki bedak di wajahnya.

["Hai Jov. Kita jalan, yuk,"] ajak Adam. Jovita menghela nafas perlahan.

"Duh, kenapa juga Mas Adam ngajakinnya sekarang, sih. Kok nggak besok aja," batin Jovita yang kesal dengan situasinya.

"Em, anu, Mas. Aku sedang ada acara," tolak Jovita dengan halus.

["Oh, begitu rupanya. Hm, ya sudah deh. Nggak apa-apa. Lain kali aku ajak jauh-jauh hari sebelumnya biar nggak ganggu jadwal kamu,"] kata Adam kemudian. Jovita tersenyum sambil mengangguk.

["Jovita?!"] panggil Adam ketika tak juga ada suara yang terdengar di ponselnya.

"E-eh, iya. Maaf, Mas. Aku lupa kalau bicara di telepon jadi aku mengangguk tadi. Padahal Mas Adam 'kan nggak lihat, ya," kata Jovita sambil tertawa lirih. Adam tersenyum di seberang sana.

"Baiklah, kita sambung lagi lain waktu, Mas," kata Jovita mengakhiri panggilannya. Dia pun tersenyum sambil menyimpan kembali ponselnya. Bergegas Jovanka kembali ke ruangan dimana meja di depan Galang terlihat sudah bersih.

"Lama sekali," desis Galang kesal. Jovanka diam saja sambil duduk kembali di hadapan Galang. Tetapi lelaki itu justru berdiri dan menoleh ke arah Jovanka.

"Kita nikmati desertnya di rooftop," ajak Galang sambil mengulurkan tangannya ke arah Jovanka. Gadis itu hanya menghela nafas dalam sambil berdiri tanpa menerima uluran tangan Galang.

"Waduh, kenapa aku tidak ngecek sampai rooftop tadi," batin Jovanka saat menyadari jika dirinya belum sempat melihat seperti apa rooftop bangunan ini saat browsing tadi.

"Kamu belum pernah ke rooftopnya, hm?" tanya Galang yang sedikit kesal karena Jovanka tak mau menerima uluran tangannya. Jovanka menggelengkan kepalanya dengan jujur. Galang tersenyum melihatnya. Benar seperti dugaannya kalau Jovanka belum pernah mengunjungi hotel ini.

Rooftop di hotel ini ada di kamar hotel yang paling atas. Sebuah kamar bertarif paling mahal karena menyediakan view rooftop khusus di setiap kamarnya. Galang mengajak Jovanka naik ke lift dan memencet tombol ke lantai paling akhir gedung itu.

"Busyet, lantai paling atas," gumam Jovanka dalam hati.

"Eh, namanya rooftop memang berada di lantai paling atas, sih," batinnya. Mereka pun tiba dilantai paling atas dan segera keluar. Jovanka terkejut melihat deretan kamar di sana. Sebuah lobi yang cukup luas mereka lewati. Galang berbicara sebentar dengan seorang petugas di front office desk kemudian menerima sebuah kartu kunci untuk masuk ke kamar.

"Kunci kamar?" tanya Jovanka dalam hati. Dia pun menarik nafas dalam sambil mengenyahkan pikiran kotor yang sempat nangkring di kepalanya.

"Jovanka?!" panggil Galang yang heran melihat gadis itu masih berdiri tegak dengan tatapan kosongnya.

"E-eh iya," jawabnya tergagap dan segera menghampiri lelaki yang menatapnya heran itu. Dia melangkah mengikuti Galang yang menoleh ke arah kiri sambil sesekali melirik kartu yang dipegangnya.

"Ini dia," gumamnya sambil menggesekkan kartu yang ada di tangannya itu perlahan. Pintu pun terbuka. Galang segera masuk. Jovanka terdiam di depan pintu hingga akhirnya kaki itu melangkah setelah tangan Galang menarik tangannya.

Jovanka masuk ke kamar itu dan pintu pun otomatis mengunci saat daun pintunya menutup. Galang terus saja menggandeng tangan Jovanka dan berakhir dengan menarik tubuh semampai itu ke dalam pelukannya.

Jovanka terkejut dengan pelukan itu. Gadis itu sungguh tak menyangka jika Galang akan membuka permainan dengan sebuah pelukan. Pelukan hangat. Pelukan rindu seorang lelaki kepada wanitanya. Ya, Jovanka merasakan hal itu. Diam-diam Jovanka tersenyum dalam hati.

"Kena, kau!" tembaknya riang sambil menatap netra Galang yang tiba-tiba membuatnya berdesir.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C19
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄