下載應用程式
68.18% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 15: PERTEMUAN

章節 15: PERTEMUAN

"Kamu kenapa, Jov?" tanya Adam yang baru turun dari mobilnya. Jovita tiba-tiba merasa sangat bersyukur dan senang saat melihat Adam. Dia pun segera bangkit dari duduknya.

"Ini Mas, motorku macet staterannya. Mau ngangkat eh, tangan kananku sakit. Nggak kuat," jawab Jovita sambil mengibas celananya yang kotor karena aspal.

"Oh gitu. Sini coba aku bantu," kata Adam sambil menarik motor Jovita. Dengan sekali tarikan, motor matik itupun langsung terstandar dengan baik. Adam mencoba menyalakan motor itu dan berhasil.

"Nah, udah bisa nih, Jov," kata Adam sambil tersenyum. Jovita pun ikut tersenyum kikuk.

"Duh, malunya aku. Kenapa justru Mas Adam yang muncul. Padahal tadi baru kutolak dia," batin Jovita sambil menaiki motornya.

"Mau langsung pulang?" tanya Adam sambil menatap Jovita dengan penuh rasa.

"I-iya, Mas. Udah malam," jawab Jovita sambil mengangguk. Adam tersenyum sambil terus menatap Jovita tanpa bicara.

"Mas. Mas Adam," panggil Jovita.

"Hm, ya," jawab Adam tergagap sambil menatap Jovita.

"Aku pulang dulu, ya. Makasih udah dibantuin," kata Jovita. Adam mengangguk dan Jovita pun bersiap untuk pergi. Namun seberkas cahaya menyilaukan mengarah ke mereka membuat Jovita harus menutupi kedua matanya dengan tangan.

Seorang lelaki turun dari mobil dan berjalan menghampiri Adam dan Jovita. Mereka berusaha melihat sosoknya dibalik silau cahaya.

"Galang?!" seru Adam setelah lelaki itu mendekat. Galang tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Adam. Mereka pun bersalaman ala panco. Jovita sampai diam terpesona melihat dua lelaki tampan yang saling menyapa di depannya. Tiba-tiba Galang menoleh ke arahnya.

"Kamu kenal sama dia?" tanya Galang dengan tatapan meremehkan Jovita. Adam tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Ya, dia rekanku di kafe," jawab Adam.

"Rekan?" batin Jovita.

"Bukannya aku karyawannya? Kenapa pake bohong sih," keluhnya dalam hati.

"Maaf, Mas. Aku pamit dulu, ya. Mari," kata Jovita memotong pembicaraan kedua lelaki itu sebelum mereka semakin lupa dengan dirinya.

"Baiklah, Jov. Ketemu di kafe besok ya," seru Adam sambil menatap kepergian Jovita dengan lekat. Galang hanya tersenyum tipis melihatnya.

"Kamu sepertinya tertarik dengan gadis culun itu," kata Galang sambil tertawa.

"Begitulah, tetapi dia susah untuk didapatkan," sahut Adam sambil tersenyum kecut.

"Gadis seperti itu banyak di luaran sana, Dam. Kamu sering-sering jalan makanya," saran Galang.

"Kamu tahu sendiri, Lang. Aku nggak bisa meninggalkan kafe," elak Adam.

"Mampirlah ke kafe. Kita ngobrol-ngobrol santai di sana," ajak Adam.

"Baiklah, kapan-kapan aku mampir," jawab Galang sambil tersenyum.

Galang dan Adam yang merupakan teman seperjuangan saat sama-sama menempuh pendidikan tinggi di sebuah universitas itu mempunyai jalan hidup yang berbeda. Galang yang mewarisi semua kekayaan orang tuanya dengan gampang membangun kerajaan bisnisnya. Sementara Adam, dengan modal pas-pasan dia membuat usaha dan akhirnya bisa berkembang seperti sekarang ini. Dia telah mempunyai beberapa kafe kopi yang cukup populer dan masuk ke dalam salah satu jajaran kafe favorit pilihan anak muda di ibukota.

Sementara itu Jovita tiba di rumahnya dengan selamat dan segera meletakkan barang belanjaannya di meja makan. Setelah memasukkan semua belanjaan ke tempatnya, dia pun bergegas menjerang air.

"Aku ingin mandi air hangat. Lelah sekali badanku," gumam Jovita sambil meregangkan badanya.

Jovita duduk santai di kursi malas yang empuk sambil menunggu airnya panas. Dia pun segera meluncur ke akun sosial media milik Jovanka. Beberapa foto Jovanka yang sedang berpose saat syuting ataupun melakukan berbagai hal kecil yang terekam oleh kamera itu disiarkan oleh tim admin mereka.

Jovita membaca dengan seksama komentar-komentar dari para nitizen. Komentar yang baik dan banyak menyanjungnya sebagai sosok pendatang baru yang cantik dan cukup berani beradegan namun terlihat elegan dan tidak murahan.

"Baiklah, aku akan memanjakan para penggemarku agar kalian menaruh simpati dan cinta berlebih kepada sang bintang ini," gumam Jovita sambil beranjak dari santainya. Dia pun segera menuangkan air panas di ember yang cukup besar dan membersihkan diri dengan nyaman.

Pagi itu Jovita yang telah mempersiapkan semua kostum dan kosmetiknya segera berangkat ke tempat perkantoran seperti yang telah diberitahu oleh Lavender melalui pesan singkatnya tadi pagi. Gadis itu melangkah dengan tenang sambil memperhatikan sekitarnya. Dia membaca papan petunjuk yang memberi informasi tentang nama-nama perkantoran yang ada di setiap lantai gedung ini.

Jovita tersenyum dan segera masuk lift. Dia pun menekan angka lima. Lift segera bergerak dan dengan cepat berhenti di lantai yang dia maksud. Jovita segera keluar dan berjalan sambil sesekali membaca papan petunjuk.

"TOILET"

"Nah itu dia," gumamnya senang. Jovita bersyukur karena lantai lima ini ternyata cukup lengang dan tak banyak orang yang berlalu lalang. Dia pun dengan cepat masuk ke toilet dan mengunci diri di sana. Dengan latihan yang telah biasa dia lakukan, Jovita dengan cepat berganti pakaian dan mendandani dirinya menjadi Jovanka.

"Cantik," batinya senang.

"Dan seksi," lanjutnya bergumam mengagumi dirinya sendiri. Jovanka segera merapikan perlengkapannya dan memasukkannya ke dalam sebuah tas jinjing kulit yang terlihat cukup mahal Dia pun menentengnya dengan anggun.

"Kasihan tas mahal ini cuma berisi pakaian lusuh dan tas kumal milikku," batinnya sambil tersenyum tipis.

Jovanka keluar dari toilet dengan anggun setelah sebelumnya memeriksa ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tak ada orang yang ada di sekitar sana ataupun CCTV yang mengarah ke toilet. Dia menuju meja front desk yang ada di ujung depan sana.

Jovanka tersenyum sambil menyapa petugas front desk dan meminta tolong untuk menyimpan tasnya.

"Maaf Mbak, saya bisa titip tas ini disini? Saya ada meeting dengan seorang bos di sini dan rasanya tidak etis kalau membawa tas belanjaan ke tempat meeting," kata Jovanka sambil tersenyum memohon.

"Oh, iya. Tidak apa dititip di sini saja, Mbak," sahut petugas itu dengan ramah. Jovanka pun menyerahkan tasnya dan bergegas meninggalkan tempat itu.

"Dimana lift belakangnya?" tanya Jovanka sambil terus melangkah menelusuri koridor lantai itu hingga akhirnya dia pun menemukan lift kedua, persis seperti yang telah dia pelajari di tayangan media sosial semalam.

Jovanka segera masuk dan memencet tombol lima belas. Lift pun segera bergerak naik ke lantai yang dia inginkan.

"TING!"

Suara lift yang berhenti membuyarkan lamunan sekejap Jovanka. Dia pun melangkahkan kakinya perlahan. Interior lantai ini sangat berbeda dengan lantai lima tempatnya turun pertama tadi. Begitu masuk, Jovanka dimanjakan dengan beberapa lukisan menawan dan deretan kursi meeting yang ditata dengan konsep kafe minimalis.

Jovanka mencoba menghubungi Lavender karena dia sama sekali tidak menemukan jejak lelaki flamboyan itu di sana. Baru saja dia hendak bertanya saat sesosok lelaki tampan dengan ekspresi dingin dan tanpa seulas senyum pun di bibirnya keluar dari lift.

Galang, lelaki itu, melangkah dengan tegap sambil menatap lurus ke arah Jovanka. Dia menganggukkan kepalanya ke arah Jovanka dan mempersilakan gadis itu untuk mengikutinya.

Jovanka melangkah mundur sesaat, setelah itu dia berjalan dengan anggun di sebelah Galang. Disaat berjalan itulah tiba-tiba Galang mengatakan sesuatu yang membuat telinga Jovita menjadi merah. Hasrat Galang yang mengepul dan keterpaksaan menahan muntahan nafsunya itu lama-kelamaan kembali meredup saat mendengar jawaban tegas dari Jovanka.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C15
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄