下載應用程式
63.63% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 14: KEMBALI BERTEMU DIRINYA

章節 14: KEMBALI BERTEMU DIRINYA

Jovita benar-benar terkejut saat melihat orang yang ditabraknya adalah Galang. Lelaki yang tadi terlihat sudah melaju cukup jauh dari dirinya.

"Kenapa ketemu terus sih sama orang ini," gerutu Jovita dalam hati.

"Maaf, Pak. Tidak sengaja," katanya sekali lagi sambil menundukkan kepala. Tanpa menunggu jawaban dari Galang, Jovita pun segera meninggalkan lelaki itu. Galang hanya menatap punggung Jovita yang menjauh darinya itu dengan kesal.

Jovita masih berkeliling untuk melengkapi belanjaannya dan akhirnya dia pun berdiri di kasir yang paling sedikit antriannya.

"Hm, satu orang lagi. Sabar, Jov," batinnya sambil melihat-lihat pajangan yang ditawarkan di sebelah meja kasir. Sesekali Jovita melihat ke arah jam tangan karena sebentar lagi mini market ini akan tutup.

Seorang lelaki berdiri di belakangnya. Jovita yang sedang menunduk tersenyum melihat sepatu yang sedang viral itu dikenakan oleh lelaki ini.

"Ternyata banyak juga orang yang mengenakan sepatu viral itu," batinnya sambil tersenyum. Ingatannya melayang kepada sosok Galang yang sempat dilihatnya mengenakan sepatu seperti yang lelaki ini kenakan.

"Tunggu dulu. Sepatu ini? Galang? Jangan jangan?" batin Jovita sambil perlahan-lahan mengangkat wajahnya. Jovita tidak berani menghadap ke belakang demi untuk melihat siapa sosok lelaki itu.

"Aduh, kenapa si ibu ini lama sekali sih. Belanja juga sampai dua keranjang seperti itu," batin Jovita yang berdiri tegak tanpa berani bergerak itu.

Akhirnya ibu itupun selesai dan Jovita segera maju untuk membayar di kasir. Karena terlalu fokus hanya melihat ke kasir, Jovita pun langsung berjalan tanpa memperhatikan lagi situasi sekitarnya. Tujuannya hanya satu, segera keluar dari mini market itu.

Jovita benar-benar berjalan setengah berlari tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri lagi. Pintu mini market sudah di depan mata, Jovita pun mempercepat langkahnya. Hingga tak bisa mengerem langkah kakinya saat melihat seorang lelaki yang sedang menatap layar ponselnya sambil berjalan dari arah sebaliknya. Dan..

"BRUGH"

Mereka pun bertabrakkan. Baik Jovita maupun lelaki itu saling menatap dengan marah. Belanjaan Jovita jatuh berantakan sementara Galang, lelaki itu, terjatuh karena ditabrak.

"Kamu!" desis Jovita kaget.

"Kamu!" seru Galang kesal sambil menunjuk ke arah Jovita.

"Ke-kenapa kamu ada di sini? Bukankah tadi ada di-," kata Jovita sambil menoleh ke belakang. Dia melihat seorang lelaki agak tua yang baru saja melangkah dari kasir mini market.

"Lho bukan dia?" batin Jovita bingung.

"Hei! Kalau jalan pakai mata!" hardik Galang marah. Dia segera berdiri tanpa mau membantu Jovita yang kalang kabut memasukkan belanjaannya ke dalam kantong.

"Maaf, saya terburu-buru," kata Jovita sambil menunduk.

"Kamu ini ya. Tadi nabrak di sana. Sekarang nabrak di sini. Kamu sengaja?" tanya Galang dengan marah sambil mengibaskan tangannya.

"Tidak! Saya tidak sengaja, Pak," jawab Jovita kesal.

"Saya 'kan juga sudah minta maaf. Bapak tidak ada yang luka, 'kan?" tanyanya lagi sambil memperhatikan tubuh Galang. Lelaki itu mendengus kesal sambil melotot ke arah Jovita.

"Bapak, bapak. Kapan aku menikahi ibumu," sungut Galang sinis sambil menatap tajam ke arah Jovita. Sebentar kemudian netranya membesar saat menatap layar ponsel yang baru saja menerima notifikasi pesan itu. Galang berpaling ke arah Jovita dan menatap marah gadis itu.

"Gara-gara kamu, aku kehilangan tender pekerjaan bernilai ratusan juta," desisnya kesal. Jovita menatapnya heran.

"Kok gara-gara aku? Apa hubungannya?" batin Jovita bertanya-tanya.

"Ngaco si Galang ini," katanya dalam hati. Namun Jovita hanya bisa diam sambil tetap menunduk.

"Saya permisi dulu, Pak," kata Jovita kemudian. Dia pun segera melangkahkan kakinya. Kalau bisa terbang, Jovita pasti sudah memilih untuk segera mengepakkan sayapnya dan terbang sejauh mungkin dari hadapan manusia bernama Galang itu.

"Hei tunggu!" teriak Galang. Jovita seketika menghentikan langkah dan membalikkan badannya.

"Ada apa lagi?" tanyanya polos.

"Kamu harus ganti rugi," jawab Galang. Netranya menatap tajam ke arah Jovita yang memandangnya dengan raut wajah ketakutan.

"Ga-ganti ru-rugi?" tanya Jovita tergagap heran.

"Kok bisa?" tanyanya lagi.

"Ya bisa. Karena kamu tabrak tadi, tender yang sedang coba kudapatkan dealnya jadi berantakan. Akhirnya mereka memutuskan untuk menolak proposalku," jawab Galang kesal.

"Enak saja dia ngomong sembarangan," batin Jovita marah.

"Maaf, Pak. Tidak ada relevansinya antara saya menabrak Bapak dengan urusan tender itu. Mereka menolak karena proposal Bapak mungkin memang tidak sesuai dengan yang mereka inginkan," jawab Jovita ketus.

"Yang harus Bapak marahi ya anak buah Bapak yang membuat proposal itu. Bukan saya," tegas Jovita lagi. Galang terkesiap marah mendengar ucapan Jovita, namun sebagian dirinya membenarkan karena memang apa yang dikatakan gadis itu benar adanya.

Galang masih saja terdiam saat Jovita membalikkan badan dan kembali berjalan menjauhinya. Dia hanya bisa menghela nafas dalam sambil menggelengkan kepala.

"Memang benar apa katanya, tetapi siapa suruh dia ada di depanku saat aku kesal," gerutu Galang sambil melangkahkan kakinya keluar.

Jovita yang masih kesal segera keluar tanpa menoleh lagi ke belakang. Dia hanya bisa mengumpat dalam hatinya sambil sesekali mengganti pegangan belanjaannya. Tangan kanannya agak sakit karena menahan badannya saat jatuh tadi.

Gadis itu tiba di parkiran dan segera meletakkan belanjaan serta mengenakan helmnya. Dia pun mencoba menghidupkan motor dan mulai menstaternya. Tetapi motor itu tidak juga kunjung hidup.

"Lho kenapa lagi ini motor?" tanya Jovita kesal. Dia mencoba memencet tombol stater berulang kali tetapi tetap saja motornya tidak bisa hidup. Setengah kesal Jovita pun turun dan mencoba mengangkat motornya agar bisa menstater menggunakan kakinya.

"Aduh!" teriaknya saat sadar kalau tangan kanannya masih sakit.

"Wah iya, tanganku nggak cukup kuat untuk menarik motor ini," keluhnya kesal. Dia melihat sekelilingnya dan berharap ada orang yang bisa menolong. Namun malang karena hari sudah cukup malam dan mini market itupun sudah bersiap hendak tutup. Hanya sedikit sepeda motor tersisa di area parkir itu.

Sementara itu Galang yang hendak keluar dari parkiran melihat Jovita yang sedang berusaha menarik motornya.

"Sepertinya dia kesulitan mengangkat motor itu," batin Galang sambil terus mengawasi gadis itu dan mengingat kejadian yang baru saja mereka alami.

"Tentu saja dia tidak kuat. Tangan kanannya pasti masih sakit karena tadi menahan tubuhnya saat terjatuh," gumam Galang. Dia tersenyum sinis sambil terus melajukan mobilnya.

Jovita tampak kelelahan dan akhirnya menghentikan usahanya menarik motor itu. Tangannya justru bertambah sakit.

"Aku minta tolong Om Lav saja deh," batinnya sambil mulai membuka ponselnya. Karena lelah, Jovita pun duduk di aspal sebelah motornya sambil sesekali mengelap keringat yang ada di dahi.

Galang yang biasanya dingin dan tidak peduli terhadap orang lain itu tiba-tiba merasa kasihan melihat Jovita. Apalagi di saat tertentu wajah Jovita mengingatkan dirinya akan sosok Jovanka yang hingga sekarang masih sering muncul dalam fantasinya.

"Oh, shit! Kenapa aku bisa begini," keluhnya sambil melambatkan laju mobil ke arah Jovita.

"E-eh, siapa ini. Main berhenti seenaknya saja," keluh Jovita sambil mendongak dan menatap mobil di depannya.

"Mobil ini tampak tak asing bagiku," batin Jovita sambil terus mengawasi pintu mobil yang dibuka dari dalam.

Netranya membelalak saat melihat sosok yang turun dari mobil itu. Benar-benar sosok yang tak muncul dalam pikirannya saat ini. Lelaki itu tersenyum dan menyapa Jovita dengan lembut.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C14
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄