下載應用程式
59.09% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 13: PERNYATAAN HATI ADAM

章節 13: PERNYATAAN HATI ADAM

Jovita yang terdiam cukup lama itupun akhirnya bersuara. Netranya menata dingin Adam yang tiba-tiba merasakan aura yang sama saat dia bersitatap dengan Jovanka.

"Aku dan dia berbeda. Tetapi kami sama-sama tidak suka saling membicarakan satu sama lain," jawab Jovitia lirih. Adam berusaha untuk memahami apa yang diutarakan oleh Jovita, bahwa tidak semua orang kembar mepunyai sesuatu yang sama. Kalaupun wajahnya identik, belum tentu selera dan lain-lainnya sama juga.

Adam memandang Jovita yang kini menunduk di depannya. Seketika ingatannya melayang kepada Jovanka yang justru hampir tidak pernah menundukkan kepalanya. Adam tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Yah, mereka memang berbeda. Sangat berbeda," kata Adam dalam hati. Entah kenapa tetapi Adam justru lebih tertarik dengan Jovita. Semakin dia memandang gadis di depannya ini, semakin besar rahasia yang ingin dikuliknya.

"Ayo diminum dulu vanilla lattenya, Jov," tawar Adam saat seorang pelayan membawakan vanilla latte pesanannya. Jovita mengucapkan terima kasih dan segera meminumnya. Bahkan cara menikmati minumannya yang sangat unik itu tak luput dari perhatian Adam.

Jovita mencecap minumannya sedikit kemudian meneguk perlahan sambil memejamkan matanya. Setelah terteguk, Jovita membuka matanya dan memandang sisa vanilla latte yang ada di cangkir sambil tersenyum. Adam telah lama memperhatikan perilaku Jovita ini. Dia pun serasa ikut menikmatinya setiap kali melihat Jovita sedang meminumnya.

"Gimana rasanya?" tanya Adam.

"Enak," jawab Jovita singkat. Dia pun segera menghabiskan sisa minuman yang ada di cangkirnya. Masih dengan cara yang sama. Adam hanya melihatnya saja sambil tersenyum.

"Jov," panggil Adam lirih. Jovita meletakkan cangkirnya dan menatap Adam dengan tatapan polosnya. Tangannya bermain di gagang cangkir itu.

"Ya, Mas," jawab Jovita sambil membalas tatapan Adam.

"Bolehkah aku lebih mengenal kamu?" tanya Adam dengan hati-hati. Jovita mengernyitkan keningnya. Pandangan heran dia perlihatkan kepada Adam.

"Bukannya Mas Adam sudah mengenalku?" tanya Jovita tanpa menjawab pertanyaan Adam itu. Adam tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Bukan kenal seperti itu maksudku," jawab Adam. Dia pun terdiam dan kembali menatap Jovita dengan serius.

"Aku ingin lebih mengenal kamu. Aku ingin menjadi lelaki yang bisa berjalan bersisian dengan kamu, Jov," kata Adam. Jovita terdiam. Meskipun sebenarnya dia sudah paham dengan maksud kata-kata Adam, tetapi ada keengganan untuk bisa menerima maksud dari ucapan lelaki tampan di depannya itu.

"Ah, benar saja. Mas Adam ternyata memang ingin mengatakan hal itu," kata Jovita dalam hatinya.

"Jov?!" panggil Adam saat Jovita kembali menunduk dan memperhatikan tangannya yang bermain gagang cangkir itu. Adam segera meraih tangan Jovita dan menggenggamnya lembut.

"Aku ingin menjadi salah satu orang yang bisa menjadi sandaran untukmu saat kamu perlu bahu untuk bersandar, Jov," ucapnya lembut. Jovita benar-benar mati kutu dibuatnya. Jika saja kehidupannya senormal orang lain, tentu saja Jovita akan menyambut bahagia ajakan Adam itu.

Jovita kembali teringat kondisi dan keadaan keluarganya yang masih berantakan. Teringat ayahnya yang masih dipenjara dan ibunya yang dalam keadaan kurang waras, membuatnya menepis dengan kuat bayangan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Adam barusan.

Jovita menggelengkan kepalanya. Dia berusaha mengusir bayangan gelap itu dari pikirannya. Perlahan dia membuka manik matanya dan menatap Adam dengan tatapan dingin dan datar.

"Maaf, Mas. Aku belum perlu bahu lain untuk bersandar saat ini," kata Jovita. Dia pun menarik tangannya dari genggaman Adam dan segera berdiri.

"Aku pamit dulu," kata Jovita dan segera membalikkan badannya sebelum Adam sempat menjawabnya. Lelaki itu hanya bisa mendesah pasrah sambil menghela nafas dalam.

"Kamu memang seorang gadis yang tangguh, Jov. Aku akan bersabar menunggumu," gumam Adam sambil tersenyum memperhatikan Jovita yang berjalan sambil melepas apronnya.

Jovita segera melipat apron dan memasukkannya ke dalam loker. Dia pun mengambil tasnya dan segera pamit pulang kepada beberapa rekan kerjanya.

Adam masuk dan mencari keberadaan Jovita, tetapi dia tak menemukannya. Lelaki tampan itupun berjalan ke dalam kafe dan duduk di kursi bar yang ada di depan barista.

"Udah pulang, Mas," kata barista di depannya saat melihat Adam mengedarkan pandangannya.

"Hm, siapa?" tanya Adam. Barista itu tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Jovita. Dia sudah pamitan sama saya barusan," jawab barista sambil menunjuk ke arah luar. Tampak Jovita telah mengendarai motornya keluar dari halaman kafe. Adam memperhatikannya hingga Jovita menghilang dari pandangan.

"Udah nggak ada orangnya, Mas. Jangan ngelamun, nanti kesambet, lho," goda si barista sambil tersenyum melihat Adam yang jadi salah tingkah itu.

"Sabar, Mas. Semakin susah seorang gadis didapat, akan semakin membuat kita penasaran dan harus terus berusaha," kata anak buahnya itu memberikan semangat. Adam tertawa mendengarnya.

"Memangnya kamu sudah berapa kali pacaran?" tanya Adam penasaran.

"Baru tiga kali, Mas," jawabnya bangga.

"Busyet banyak kali. Trus udah berapa lama pacaran sama yang sekarang?" tanya Adam lagi.

"Baru putus sebulan yang lalu, Mas," jawabnya malu-malu yang langsung disambut tawa oleh Adam.

Sementara itu Jovita yang memacu motor matiknya tampak masih tercengang. Teringat perkataan Adam membuatnya ingin muntah karena itu seperti mendengar hal yang sangat tidak mungkin dia raih. Jovita yang merasa dirinya telah kotor itu tak ingin membuat Adam menjadi kecewa.

"Lebih baik dia marah sekarang daripada nanti dia akan lebih marah dan kecewa saat mengetahui siapa sebenarnya diriku," batin Jovita sambil mengerem motornya. Lampu merah terlihat menyala di depan, dia pun berhenti sambil masih terus berpikir.

Sebuah mobil sport mewah berwarna hitam elegan berhenti tepat di samping kirinya. Galang, lelaki yang mengemudikannya melihat ke sekeliling dan pandangannya berhenti saat melihat Jovita yang ada di sebelah kananya itu.

"Bukankah dia si gadis aneh yang kemarin itu?" tanyanya pada diri sendiri. Kebetulan Jovita menoleh ke arah kiri. Wajahnya yang datar dan tak berekspresi itu menarik perhatian Galang.

"Ekspresi seperti itu mengingatkanku pada Jovanka," batinnya sambil tersenyum. Dia pun mengambil ponsel dan membuka beberapa foto. Kemudian Galang membandingkan wajah Jovanka dengan gadis yang ada di sebelah mobilnya. Dahinya berkerut heran.

"Mirip sekali," batinnya terheran-heran. Tanpa sadar dia pun membuka jendela mobilnya. Jovita yang masih menoleh ke arah kiri pun spontan mengarahkan manik mata indahnya ke lelaki yang terlihat di dalam mobil itu.

"Hah?! Kenapa harus ketemu sama dia di sini lagi?" tanya Jovita tergagap. Segera dia memalingkan wajahnya dan menatap lurus ke depan.

"Kenapa gadis itu terkejut melihatku?" tanya Galang dengan heran. Dia memandang remeh ke arah Jovita.

"Gadis udik seperti itu, seharusnya aku dulu yang memalingkan wajah," geramnya kesal.

"Kenapa juga aku harus gugup? Bukankah dia tidak mengenalku?" tanya Jovita dalam hati menyadari kebodohannya.

Lampu merah berganti kuning dan dilanjutkan hijau. Kali ini Jovita tak menarik gas motornya kencang. Dia kalem saja mengendarai motornya. Begitupun dengan Galang. Dia masih sangat ingat bagaimana gadis disampingnya tadi mengendarai motor dengan gas yang langsung digeber kenceng. Tetapi sekarang gadis itu tampak kalem dan tenang. Bahkan sekarang motornya tertinggal cukup jauh di belakangnya.

Jovita menghela nafas lega saat melihat mobil Galang telah melaju meninggalkan dirinya. Sebuah senyum terbit di bibir indahnya. Dari pandangan mata Galang, Jovita mengetahui kalau lelaki itu meremehkannya.

"Tentu saja, dia hanya akan memandang gadis yang seperti Jovanka. Seperti aku ini apalah artinya buat dia. Mungkin ibarat keset yang hanya diinjak-injak dan dipakai untuk membersihkan kaki kotornya saja," gumamnya dalam hati.

Jovita mampir ke sebuah mini market yang cukup besar untuk memenuhi isi lemari pendinginnya. Dia pun segera memarkir motornya dan masuk ke dalam mini market itu. Jovita beberapa kali membenarkan letak kacamatanya yang sesekali meluncur turun dari hidungnya. Dia sangat konsen ke barang-barang yang ada di rak sehingga tak sadar menabrak seseorang yang sedang berdiri di sebelahnya.

"E-eh, maaf. Maaf tidak sengaja," kata Jovita sambil menundukkan kepalanya. Tak ada reaksi dari orang yang ditabraknya. Jovita pun mendongakkan kepalanya. Netranya membesar saat melihat siapa orang yang dia tabrak itu.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C13
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄