下載應用程式
54.54% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 12: KE KAFE SEJENAK

章節 12: KE KAFE SEJENAK

"Aku sengaja menggiring perasaannya, Om. Orang dingin seperti dia harus dibalas dengan tingkat kedinginan yang melebihi ubun-ubunnya," kata Jovanka dengan tatapan datar. Lavender tertegun mendengarnya. Dia memandang Jovanka dengan kagum. Bukan kagum karena pemikirannya itu, melainkan kagum melihat ekspresi datar yang ditampilkannya, padahal Jovanka mengatakan kalimat yang seharusnya dikatakan dengan ekspresi wajah dingin.

"Kamu memang pemain ekspresi yang hebat, Jov," gumam Lavender sambil kembali fokus ke arah depan.

"Bukan masalah ekspresi sebenarnya, Om," sahut Jovanka.

"Ini masalah hati. Hatiku sudah terlanjur dingin, jadi apapun yang keluar dari bibirku bisa tak sejalan dengan ekspresi wajahku," lanjutnya.

"Kecuali untuk keperluan syuting. Aku dengan suka rela menyesuaikan tuntutan akting," katanya sambil tertawa. Lavender hanya tersenyum mendengar perkataan Jovanka itu.

Mereka pun tiba di rumah cantik Lavender. Jovanka sedikit terkejut saat melihat motor matiknya tidak ada di tempat parkir.

"Om, motorku dibawa kemana?" tanya Jovanka bingung.

"Tenang saja, Cin. Motormu sudah Om suruh pindahin ke belakang. Ntar kamu pulang lewat belakang aja, biar nggak jadi bahan pertanyaan anak buah Om," jawab Lavender.

"Oh, baguslah," gumam Jovanka sambil tersenyum tipis.

Kedatangan mereka disambut dengan antusias oleh anak buah Lavender. Berbagai pertanyaan sudah mereka siapkan, namun Jovanka segera masuk ke ruangan dan menguncinya dari dalam. Terdengar suara Lavender yang mengusir semua anak buahnya dari balik pintu. Sebagian dari mereka terdengar menggerutu karena tidak bisa berfoto bersama Jovanka.

"Doi lagi capek ya, Cin. Dia syuting dari pagi lho. Besok aja ya kalau udah nyantai," kata Lavender meminta pengertian anak buahnya yang sudah menjadi fans Jovanka. Lavender mengetuk perlahan pintu ruangan itu. Jovanka pun membukanya.

"Terima kasih, Om," ucap Jovanka sambil mulai membersihkan riasannya. Setelah menguncir rambutnya, Jovita pun segera menyeka wajahnya dengan air di wastafel.

"Besok kamu langsung Om jemput saja di rumah, Cin. Jadi kita langsung cus ke kantor si Tuan Muda ganteng itu. Oke?" kata Lavender.

"Baiklah, Om. Jovi tunggu di rumah saja kalau begitu," jawab Jovita menganggukkan kepalanya.

"Good," ujar Lavender sambil menatap heran ke arah Jovita yang tampak sedang memikirkan sesuatu itu.

"Ada apa to Say?" tanya Lavender hati-hati. Jovita memandangnya ragu.

"Bicara saja, tidak usah ragu-ragu gitu. Ayo, bicaralah Jovi," lanjut Lavender.

"Begini, Om," kata Jovita sambil menghela nafas. Sesaat dia menatap netra lelaki yang selama ini telah menjaganya itu.

"Aku ingin sekali mempunyai rumah yang memadai, sehingga aku nggak perlu sembunyi dari para tetangga saat aku harus menjadi Jovanka ataupun Jovita," lanjut Jovita sambil mengambil bungkusan pakaian dari dalam tasnya.

"I see. Itu bagus, Jov," sahut Lavender sambil menganggukkan kepalanya.

"Karena itu, bolehkah besok aku meminta pembayarannya sebuah rumah saja, Om?" pinta Jovita. Lavender menatap gadis itu sesaat kemudian tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Bisa saja, Cin. Tetapi tidak semudah itu," jawab Lavender.

"Kita lihat dulu saja kontraknya seperti apa. Siapa tahu nilai kontraknya nggak cuma bisa untuk membeli rumah tetapi bisa komplet seisinya plus kendaraannya," lanjut Lavender yang langsung diamini oleh Jovita. Mereka pun tertawa bersama.

"Bajunya tadi tinggal saja di sini. Biar besok dilaundry sama anak-anak," kata Lavender sambil tersenyum. Jovita mengangguk dan segera mengambil helmnya. Dia melirik ke arah jam tangannya dan tersenyum lalu berpamitan kepada Lavender.

"Kamu mau mampir ke kafe?" tanya Lavender saat Jovita berpamitan.

"Iya, Om," jawab Jovita singkat, kemudian segera berlalu dari hadapan Lavender.

"Salam buat Adam, Jov," seru Lavender yang diiyakan dengan anggukan kepala dan lambaian tangan Jovita.

Seperti yang dikatakan Lavender, Jovita melihat motornya terparkir rapi di belakang rumah cantik yang berbatasan dengan sebuah gang yang cukup ramai. Jovita segera mengendarainya menuju ke kafe kopi milik Adam.

Tak berapa lama, Jovita tiba di kafe dan segera memarkir motornya. Dengan cepat Jovita berjalan masuk ke kafe. Rupanya kafe cukup ramai saat itu. Pelayan terlihat kewalahan menanganinya. Jovita segera mengambil apronnya dan langsung berbaur dengan pelayan lainnya.

Adam terlihat sumringah saat melihat kedatangan Jovita. Tak sadar dia menatap Jovita tanpa berpaling sedikitpun dari gadis itu.

"Awas kena sawan, Mas," goda barista yang berdiri di dekatnya.

"Sawan apa?" tanya Adam sambil tersenyum malu.

"Udah, Mas. Jovi 'kan jomblo. Cepetan tuh ditembak. Keburu ada yang nembak nanti malah patah hati," saran si barista. Adam tampak diam memikirkan apa yang dikatakan anak buahnya itu. Dalam hatinya memang membenarkan apa yang didengar tetapi dalam sisi hati yang lain sepertinya dia belum siap.

Adam belum siap ditolak. Jovita bukanlah seperti gadis lainnya yang mendambakan untuk memiliki kekasih. Jovita terlihat bahagia dengan dunianya sendiri. Dunia yang sepertinya tak ada seorang pun yang memahaminya. Hanya dengan Lavenderlah Jovita bisa berbagi cerita. Adam sering melihat Jovita tertawa lepas ataupun berbicara sangat serius jika sedang bersama Lavender. Sementara jika dengan orang lain Jovita cenderung untuk tidak banyak bicara meskipun cukup ramah. Jovita memang sengaja memberi jarak kepada semua orang agar tidak terlalu dekat dengannya.

Adam penasaran dengan gadis itu. Terlebih lagi saat mengetahui kalau Jovita memiliki saudara kembar.

"Ah benar. Kenapa aku tidak bertanya tentang Jovanka kepadanya," batin Adam sambil tersenyum. Dia menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan. Kafe terlihat sudah mulai berkurang pengunjungnya. Dia pun berjalan ke belakang. Dilihatnya Jovita sedang duduk diam sambil melamun.

"Ehem," deham Adam saat tiba di belakang Jovita.

"Jangan suka ngalamun, Jov. Ntar kesambet lho," goda Adam. Jovita menoleh dan tersenyum tipis sambil berdiri.

"Lho mau kemana?" tanya Adam saat melihat Jovita hendak berlalu dari hadapannya.

"Mas Adam mau bicara sama aku?" tanya Jovita perlahan dengan bingung. Adam tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

"Kalau kamu tidak keberatan, ayo kita ngobrol di sana," jawab Adam sambil menunjuk ke sebuah kursi kosong di depan sana.

"Baik, Mas," kata Jovita sambil berjalan mengikuti Adam. Mereka pun duduk di salah satu kursi yang ada di taman luar. Cukup sepi dan lengang, karena memang itu bukan bangku untuk para tamu, tetapi bangku yang disediakan untuk para karyawan jika ingin bersantai saat kafe dalam kondisi lengang.

"Duduklah, Jov," kata Adam. Tangannya melambai dan meminta dua vanila latte untuk mereka.

"Nggak usah, Mas," tolak Jovita saat melihat Adam memesankan minuman.

"Sudahlah, kamu nggak usah menolaknya. Ini rejeki, pamali kalau nolak rejeki, Jov," kata Adam. Jovita pun akhirnya mengangguk pasrah.

"Kukira kamu nggak akan kemari lagi lho, Jov," kata Adam membuka pembicaraan.

"Aku 'kan sudah bilang kalau ada waktu longgar pasti kemari, Mas," sergah Jovita yang diiyakan dengan anggukan kepala Adam.

"Benar juga, sih. Tetapi kukira nggak secepat ini," gumam Adam sambil menatap Jovita.

"Apa Mas Adam tidak suka kalau aku kemari?" tanya Jovita perlahan dengan nafas tertahan.

Kalau Adam tidak memperbolehkannya datang, alangkah monotonnya hidup Jovita jika Jovanka sedang tidak beraksi. Hanya kampus dan rumah saja tiap hari. Jovita menghela nafas dalam. Adam melihat perubahan pada wajah Jovita dengan heran.

"Tentu saja aku senang, Jov. Bahkan kalau bisa kamu tetap kesini tiap hari," jawab Adam. Jovita menatapnya dengan senang meskipun tak terbersit seulas senyum di pipinya.

"O ya, Jov. Kemarin Om Lav kesini sama saudara kembar kamu, Jovanka. Kok kamu nggak pernah cerita kalau punya saudara kembar?" tanya Adam. Jovita menatap Adam dengan tajam. Sesaat suasana hening. Jovita dengan dingin menjawab pertanyaan Adam. Sebuah jawaban yang membuat Adam teringat dengan kecantikan paripurna seorang Jovanka.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C12
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄