下載應用程式
50% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 11: PEMECAH KONSENTRASI

章節 11: PEMECAH KONSENTRASI

Galang tiba-tiba saja berada di ruangan syuting tepat saat sutradara berteriak action. Jovanka berusaha untuk fokus dan tidak menghiraukan tatapan dingin penuh hasrat yang terpancar dari netra lelaki yang berdiri tepat di sebelah Lavender.

Jovanka mengikuti arahan sang sutradara dan berhasil memenuhi keinginan sutradara untuk berakting sesuai skrip.

"Good job!" seru sutradara saat mengakhiri syuting hari itu. Dia pun mengacungkan ibujarinya ke arah Jovanka. Gadis itu mengangguk dan tersenyum tipis sekadar untuk menghormati sang sutradara. Tante Kana segera melilitkan kain pantai di pinggang Jovanka sambil menyodorkan sebotol air mineral dingin.

Jovanka berjalan menuju ruang ganti tanpa menghiraukan tatapan Galang. Sekali lagi Jovanka bersikap seolah lelaki itu hanyalah salah satu dari sekian banyak lelaki yang memandangnya takjub di ruangan itu.

"Tuan Galang, suatu kehormatan untuk kami bisa kedatangan sang CEO langsung saat proses syuting seperti ini," ujar Lavender yang baru saja menyadari kehadiran Galang di sebelahnya. Galang mengangguk tanpa membalas sambutan Lavender.

"Syuting sudah selesai?" tanyanya singkat.

"Sudah, Tuan. Ini tadi yang terakhir," jawab Lavender sambil tersenyum.

"Good. Semoga hasilnya bagus," kata Galang sambil berjalan meninggalkan Lavender. Lelaki itu penasaran dengan hasil syuting maka dia pun menghampiri sang sutradara dan ikut melihat hasil syuting sementara. Netranya mendadak terpaku saat melihat Jovanka yang berjalan anggun menghampiri Lavender. Ekspresi datar dan dingin gadis itu mencuri perhatian Galang.

"Gadis itu sombong sekali," batin Galang kesal. Bahkan dirinya sebagai orang nomor satu di perusahaan yang mengontraknya pun tak dihiraukan. Hal inilah yang membuat Galang merasa tertantang.

"Kita bisa pulang, Om?" tanya Jovanka sambil tersenyum menatap Lavender.

"Oke. Kita pulang," jawab Lavender.

"Kamu bisa tunggu di mobil sebentar, aku perlu bicara dengan Kana dulu," kata Lavender sambil menyerahkan kunci mobil kepada Jovanka.

"Oke, jangan lama-lama, Om," ujar Jovanka sambil berjalan perlahan meninggalkan ruangan itu. Lavender hanya mengangguk dan mengajak Kana untuk berbicara serius di salah satu sudut ruangan.

Galang yang melihat Jovanka berjalan seorang diri pun segera menarik tubuhnya dari kerumunan meja sutradara. Langkahnya tegap berjalan menuju tempat parkir melalui jalan yang berbeda. Tepat seperti dugaannya, mereka pun berpapasan.

"Good job," kata Galang singkat. Jovanka hanya mengangguk dan berusaha meneruskan langkahnya. Galang hanya memandangnya tanpa bisa bicara.

"Sialan, kenapa gadis ini sungguh sangat dingin. Biasanya aku yang acuh sekarang justru aku yang diacuhkan," gumam Galang dalam hati.

"Hei!" panggil Galang. Namun Jovanka tetap saja melangkah tanpa menghiraukan panggilannya.

"Hei kamu!" teriak Galang lebih kencang lagi. Usahanya berhasil. Jovanka berhenti dan menoleh ke belakang.

"Anda memanggil saya, Tuan?" tanya Jovanka heran.

"Ya. Apa telinga kamu tuli, ha?" jawab Galang kesal. Jovanka menggelengkan kepalanya.

"Telingga saya baik-baik saja, mungkin daya ingat Tuan yang sudah berkurang," timpal Jovanka santai. Dia diam saja saat Galang menghampirinya.

"Gadis kurang ajar. Berani-beraninya kamu bilang daya ingatku berkurang," desis Galang marah.

"Kita sudah berkenalan kemarin Tuan Galang yang terhormat," sahut Jovanka sambil menundukkan kepalanya sebentar.

"Apakah Anda tadi memanggil nama saya?" tanya Jovanka sambil tersenyum tipis. Galang terdiam mendengarnya dengan perasaan kesal.

"Kamu ini," batin Galang dalam hati dengan marah dan pandangan tajam.Tetapi Jovanka hanya tersenyum tipis tanpa merasa takut sedikitpun.

"Aku sudah terlanjur berhenti. Ada yang hendak Tuan sampaikan?" tanya Jovanka tanpa menurunkan dagunya. Galang menatapnya galak, namun kedua manik mata indah Jovanka mampu meredam kemarahannya. Entah kenapa, lidah Galang tiba-tiba saja menjadi kelu. Galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tuan?!" panggil Jovanka sekali lagi dengan nada suara yang kentara menahan kesal.

"Besok kamu bisa datang ke kantor saya?" tanya Galang akhirnya. Jovanka mengernyitkan keningnya.

"Untuk apa? Tuan bisa langsung menghubungi Om Lav," tolak Jovanka halus.

"Aku tahu," sahut Galang cepat.

"Aku punya beberapa proyek baru dan ingin menggunakan kamu sebagai brand ambassadornya," kata Galang yang membuat Jovanka sedikit melebarkan netra indahnya.

"Aku ingin kamu memilih proyek yang mana kiranya yang cocok untuk kamu," lanjut Galang dengan suara datar. Rupanya Galang sudah bisa menguasai emosinya. Jovanka tampak berpikir. Sebenarnya mudah bagi dia untuk mengiyakan saja tawaran Galang, tetapi dia memang tidak mau Galang mendapatkan keinginannya dengan mudah.

"Aku siap untuk menjadi brand ambassador proyek yang mana saja. Yang penting disetujui sama Om Lav," kata Jovanka kemudian.

"Harus dia yang memutuskan?" tanya Galang heran. Jovanka hanya mengangguk mengiyakan sambil menoleh ke arah lain.

"Dia yang memutuskan semuanya untukku," jawab Jovanka ringan.

"Termasuk kekasih?" tanya Galang yang membuat Jovanka seketika menoleh dan menatap tajam mata elang milik lelaki tampan berparas dingin itu.

"Aku tidak pernah mengusik masalah pribadi Anda, Tuan," jawab Jovanka dengan nada yang mulai meninggi.

"Kalau Anda masih ingin mendapatkan respekku, ku harap Anda juga bisa menghargai masalah pribadiku," tekan Jovanka dengan pandangan kesal. Galang hanya bisa menghela nafas perlahan. Sikap gadis cantik di depannya ini benar-benar menguras emosi. Galang ingin sekali menyeret gadis itu dan membekapnya di kamar. Untuk apa? Tentu saja untuk melayaninya sampai dirinya terpuaskan. Tetapi apakah Galang akan segampang itu puas? Belum tentu juga.

"Nggak jelas. Ck," decih Jovanka sambil membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Galang. Lelaki itu hanya bisa menatap punggung Jovanka dengan sebal. Tepat saat itu Lavender terlihat memasuki koridor dimana Galang masih berdiri seorang diri.

"Eh, Tuan Galang ada di sini?" tanya Lavender yang tersenyum tipis saat melihat sekelebat bayangan Jovanka di depan sana, tetapi dia berpura-pura tidak melihatnya.

"Sendirian saja, Tuan?" tanya Lavender sambil memandang ke sekeliling mereka.

"Hm, begitulah," jawab Galang singkat.

"Besok suruh gadismu ke kantor," pinta Galang. Lavender menatapnya tak percaya.

"Ada job baru, Tuan?" tanya Lavender dengan wajah kegirangan. Galang menganggukkan kepalanya.

"Ada beberapa proyek, dia harus datang kalau kalian menginginkan proyek itu," jawab Galang sambil mengangguk kemudian berjalan meninggalkan Lavender.

"Baik, akan saya usahakan Tuan," kata Lavender dengan senang. Seulas senyum lebar pun tersungging di bibirnya. Lavender segera meneruskan langkah gemulainya menuju tempat parkir mobil dimana Jovanka telah menunggunya di sana.

"Sorry, Cin. Ketemu Tuan Muda di koridor," kata Lavender sambil menyalakan mobilnya.

"Kalian sempet bertemu, 'kan?" tanya Lavender. Lelaki itu melirik ke gadis di sampingnya yang terlihat datar saja ekspresinya.

"Dia menggodamu?" tanya Lavender penasaran.

"Begitulah. Cara menggodanya norak," jawab Jovanka sambil menatap lurus ke depan.

"So kamu besok ikut 'kan ke kantornya?" tanya Lavender lagi. Jovanka menatap lelaki di sampingnya itu dengan heran.

"Haruskah?" Jovanka bertanya balik.

"Sepertinya begitu," jawab Lavender.

"Dia itu nggak pernah sampai ikut campur hal-hal seperti ini, Cin," kata Lavender dengan senyum bahagianya.

"Apalagi sampai menawari langsung bintang yang ingin direkrutnya," lanjut Lavender sambil tertawa terkekeh.

"Sepertinya dia sudah jatuh hati duluan kepadamu deh, Cinta," kata Lavender sambil mencubit gemas pinggang Jovanka.

"Eits, apa-apaan sih, Om. Inget, lagi nyetir tuh jangan aneh-aneh!" tegur Jovanka kesal sedangkan Lavender hanya tertawa mendengarnya.

"Dia bukan tipe orang yang mudah jatuh hati, Om," ungkap Jovanka. Lavender berusaha mencatatnya dalam hati. Lelaki itu menganggukkan kepalanya tanda paham.

"Yang membuatku heran, Jov, kenapa dia membuat kamu menjadi spesial?" tanya Lavender.

"Sedangkan masih banyak bintang yang antri di belakang kamu untuk mendapatkan peran-peran itu," lanjut Lavender.

Jovanka bukannya tidak mengetahui tentang hal itu, tetapi dia hanya tersenyum saja mendengar ucapan Lavender. Sebuah alasan yang tepat pun dia katakan kepada Lavender. Lelaki itu menoleh ke arah Jovanka dan memandangnya serius dengan tatapan penuh rasa kagum.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C11
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄