下載應用程式
45.45% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 10: AKTING PERTAMA JOVANKA

章節 10: AKTING PERTAMA JOVANKA

"Di-dia?" gagap Jovita saat melihat sosok Galang yang tengah menatapnya tajam di dalam mobil itu. Segera Jovita memalingkan wajahnya ke depan.

"Duh, kenapa nggak buruan hijau sih lampunya," batin Jovita resah. Sementara Galang melongokkan kepalanya keluar. Dia memastikan bahwa body mobilnya tak tergores sepeda motor matik murahan milik gadis culun yang berada tepat di sampingnya itu. Galang melepas kacamata hitam miliknya sambil menatap lebih seksama ke arah Jovita.

Jovita yang merasa diperhatikan oleh Galang pun menjadi tak enak hati. Tanpa sadar dia memalingkan wajahnya ke arah lelaki itu. Netranya membulat dan bibirnya menganga saat menyadari kalau Galang juga tengah menatapnya tajam.

"A-ada apa?" tanya Jovita tergagap. Galang hanya mendecih kecil sambil menutup kembali jendela mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Jovita.

"Gadis culun gak guna," gumamnya tanpa mau menoleh ke arah Jovita lagi. Begitupun Jovita yang fokus menatap ke arah depan hingga lampu berganti hijau dan segera melajukan motornya dengan kencang.

"Tujuh menit lagi aku harus sampai di sana atau Om Lav akan menelanku mentah-mentah," batin Jovita sambil terus menambah kecepatannya. Kelakuannya itu terlihat oleh Galang yang hanya menggelengkan kepala saat menyaksikan Jovita menghentakkan motornya dengan kecepatan penuh.

Jovita tiba di rumah cantik milik Lavender tepat pukul delapan kurang dua menit. Dia segera turun dari motornya dan berlari masuk ke dalam bangunan itu setelah melambaikan tangan kepada sekuriti yang berjaga di depan sebelumnya.

"Pagi Om Lav!" teriak Jovita dengan nafas terengah sambil membuka pintu.

"Pas jam delapan," ujarnya sambil tersenyum saat melihat Lavender menyongsong kedatangannya.

"Kenapa sampai kusut gitu muka kamu, Cin?" tanya Lavender dengan senyum yang merekah dan ekspresi ceria. Jovita terdiam bingung sambil menatap Lavender penuh tanya.

"Om nggak salah makan?" tanya Jovita lirih. Lavender menggeleng dengan santai sambil menarik tangan Jovita.

"Kamu bicara apa sih, Cin. Salah makan apa?" tanya Lavender sambi mendudukkan Jovita di bangku rias.

"Salah makan orang kali," sahut Jovita seenaknya. Kontan saja Lavender langsung tertawa saat mendengar perkataan yang terlontar dari bibir Jovita.

"Ih, kamu tahu aja deh kalau Om habis makan orang," bisiknya dengan tatapan bahagia.

"E-eh, beneran Om?" tanya Jovita termangu heran.

"Ya, gitu deh," jawab Lavender sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Om pergi ke sana?" tanya Jovita sambil menatap lekat netra hitam kecoklatan milik lelaki gemulai di depannya itu. Lavender menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Jovita terdiam seketika.

"Gimana kabar Papa, Om?" tanya Jovita sambil menatap Lavender di cermin.

"Baik. Beliau kirim salam untuk kamu," jawab Lavender.

"Kapan aku bisa mengunjunginya?" tanya Jovita lagi. Lavender hanya tersenyum tanpa menjawab. Jovita sudah tahu artinya itu, karena memang itulah jawaban yang selalu dia peroleh sejak awal mula mengetahui kalau Lavender sesekali mengunjungi papanya.

"Sudahlah, kamu nggak usah mikirin itu dulu. Fokus dengan apa yang telah kita rencanakan, oke?" kata Lavender memberi semangat. Jovita tersenyum samar sambil menganggukkan kepalanya.

"Om hari ini ikut 'kan?" tanya Jovita. Lavender menganggukkan kepalanya sambil tetap fokus memoles wajah Jovita.

"Ikutlah, Jov. Ini kali pertama kamu dapat job. Om harus tahu bagaimana kinerja perusahaan yang menaungi kamu. Jadi Om bisa lega ngelepas kamu sendiri sama si Kana nanti," jawab Lavender sambil tersenyum.

"Trus si Tante kenapa semalem heboh banget kirim pesan singkat seperti kirim surat cinta ke pacarnya saja," gumam Jovita kesal.

"Ah, dia memang aku suruh untuk memastikan kamu hari ini datang jam delapan atau dia akan kehilangan kerja sama dengan Om," ujar Lavender yang diakhiri dengan tawa ringan. Jovita pun ikut tersenyum mendengarnya. Ternyata bisa juga Lavender membuat seorang Kana ketakutan jika kehilangan pendapatan yang sudah ada di depan matanya. Riasan telah selesai. Jovita pun segera berganti pakaian.

"Heels kamu mana?" tanya Lavender sesaat setelah gadis cantik itu selesai berpakaian.

"Itu di tas jinjing, Om," jawab Jovita sambil menunjuk sebuah tas yang tergeletak di bawah kursi. Dia pun segera mengambil dan mengenakannya.

"Untung saja Om ini cukup tinggi, jadi masih bisa sejajar dengan kamu kalau kita berjalan barengan, Cin," kata Lavender. Pintu rumah cantik terbuka dan masuklah beberapa karyawan rumah cantik milik Lavender yang baru saja datang.

"Pagi," sapa mereka kepada Lavender dan Jovita. Semua orang memandang takjub ke arah Jovanka yang cantik dan seksi itu.

"Oya anak-anak, tunggu sebentar," panggil Lavender menghentikan mereka.

"Iya, Om," sahut mereka serempak dan bergegas menghampiri Lavender.

"Mulai hari ini kita mendapat kehormatan atas kedatangan calon bintang masa depan, Jovanka," kata Lavender memperkenalkan Jovanka kepada semua karyawannya. Aura sombong dan dingin seorang Jovanka sangat terasa oleh mereka. Jovanka hanya melirik sekilas sambil menganggukkan kepalanya. Para staf hanya bisa menghela nafas dalam saat melihat kelakuan Jovanka.

"Om, di depan ada motornya Mbak Jovita. Orangnya mana?" tanya seorang staff berambut pendek kepada Lavender sambil mulai membantu membereskan kosmetik yang baru saja selesai digunakan Lavender.

"Udah pergi tadi naik angkot, ban motornya kurang angin," jawab Lavender datar.

"Kamu duduk aja di ruang depan, Cin. Tunggu Om Lav berbenah sebentar, ya," ujar Lavender kepada Jovanka. Gadis itu mengangguk dan berjalan dengan anggun ke depan.

"Om, wajahnya hampir mirip Mbak Jovi. Dia siapanya ya?" tanya staff lain kepada Lavender. Pria itu hanya menatap karyawannya dengan kesal, tetapi dia menyadari pertanyaan-pertanyaan seperti itu pasti akan muncul. Tentu saja Lavender telah siap dengan jawabannya. Dengan ringan dia pun menjawabnya.

"Dia kembaran Jovita. Ponakan Om ini lama tinggal di Amerika. Sekarang pengen melebarkan sayapnya di bidang entertaintment di Indonesia sini. Kalau nggak bagus prospeknya ya udin, dia bakal balik ke Amrik sono. Mau pade ikutan ke sono" ujar Lavender yang disambut jawaban serempak semua staffnya.

"Mauuuu!" seru mereka. Lavender sontak menatap semua netra yang tengah memandangnya penuh harap itu dengan kesal.

"Kalian ini, ishh!" gerutunya sambil mematut diri di cermin.

"Aku mau keluar. Maya, tolong catat semua pemasukan dan pengeluaran hari ini seperti biasa," kata Lavender tegas sebelum dia keluar dari ruangan itu. Gadis bernama Maya itupun menganggukkan kepalanya. Lavender tersenyum senang dan berjalan keluar untuk menemui Jovanka yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Ayo kita berangkat," ajak Lavender sambil memperhatikan Jovanka yang sedang serius dengan ponselnya itu.

"Jova!" panggil Lavender sedikit lebih keras. Jovanka menatap Lavender tajam sambil mendecih kesal.

"Siapa yang pagi-pagi seperti ini sudah bikin kamu kesal begitu?" tanya Lavender sambil berjalan menuju mobilnya.

"Siapa lagi kalau bukan asisten Om yang bawel itu," jawab Jovanka lirih sambil melirik Lavender yang tersenyum simpul mendengarnya.

"Bilang apa dia?" tanya Lavender disela-sela kesibukannya memasang seat belt. Perlahan dia menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah cantik miliknya.

"Dia sudah di tempat syuting tetapi Om Lav belum ada di sana. Dia sempet mau balik katanya," jawab Jovanka datar. Lavender tertawa lirih mendengarnya. Segera dia menghubungi asistennya itu dan mengatakan kalau tak lama lagi mereka akan tiba.

"Kamu harus ingat kalau kamu ini dikontrak eksklusif. Jadi meskipun belum bersinar, kamu harus tetap jaga image. Oke?!" tegas Lavender.

"Ya, aku paham, Om," jawab Jovanka dengan anggukan tegasnya.

Mobil telah meninggalkan perbatasan ibukota. Dan tiga puluh menit kemudian mereka pun tiba di sebuah villa yang teduh dengan banyak pepohonan di jalan masuk menuju vila. Beberapa mobil van bertuliskan nama sebuah production house tampak terparkir di sana. Jovanka mengedarkan pandangannya. Perasaannya sedikit lega saat tidak melihat mobil sport mewah seperti yang dia lihat tadi di lampu merah.

"Syukurlah dia tidak datang. Aku bisa lebih konsentrasi saat berakting nanti," gumamnya dalam hati. Jovanka melangkah mengikuti Lavender yang telah berjalan di depannya.

"Hai Sista," sapa Lavender saat bertemu dengan beberapa orang di sana. Dia tampak menunjuk ke arah Jovanka dan segera melambaikan tangannya setelah beberapa saat. Jovanka berjalan menghampiri Lavender.

"Mereka sedang bersiap-siap. Kamu ikuti si cantik itu. Dia akan memberikan skrip untuk kamu pelajari sebentar," kata Lavender sambil menatap Jovanka dengan tegas. Jovanka mengangguk dan segera berjalan menuju wanita yang ditunjuk tadi.

Jovanka tampak berbincang santai dengan wanita itu sambil membaca skripnya. Pengarah gaya pun bergabung dengan mereka. Beberapa gaya yang mereka inginkan berusaha dijelaskan dengan sedetail-detailnya kepada Jovanka. Lavender melihat Jovanka mengangguk dan berbicara serius dengan mereka berdua. Lelaki itu tersenyum diam-diam sambil mengakui kehebatan Jovanka.

"Belum berakting saja kamu sudah bisa meyakinkan mereka berdua, Jova," gumamnya dalam hati. Konsentrasinya terpecah saat tiba-tiba merasakan sebuah cubitan di pinggang.

"Auh, sakit dong Cin!" serunya kaget sambil memegang tangan lentik yang mencubitnya itu. Tante Kana tampak menatap Lavender dengan garangnya.

"Kamu kemana saja sih, Cin? Aku sama Jova udah dari tadi di sini," omel Lavender kesal.

"Kalian yang kemana saja. Aku sudah lelah hayati nungguin di luar, ternyata malah udah duluan masuk kesini," balas Tante Kana sambil memandang Lavender setengah merajuk.

"Siapa suruh ye diam di depan sono. Kita nggak tuh lewat sono," ujar Lavender sambil mengelus lembut tangan Tante Kana. Melihat hal itu seketika Tante Kana menjadi diam dan tersenyum senang. Lavender melihat Jovanka yang sedang duduk sambil membaca skrip di kursi yang khusus disediakan untuknya. Dia pun berjalan mendekatinya.

"Sudah tahu hendak bergaya gimana nanti, Say?" tanya Lavender serius. Jovanka hanya mengangguk tanpa melepaskan pandangannya dari skrip yang sedang dipegang.

Seorang wanita tampak berjalan ke arah mereka. Dia meminta Jovanka untuk berganti kostum. Gadis itu mengangguk dan berjalan mengikutinya. Tante Kana tak mau ketinggalan. Dia pun mengekor di belakang Jovanka sambil membawa sekoper perlengkapan kosmetik milik Lavender.

"Silakan kenakan pakaian ini, Nona," kata wanita tadi sambil menyerahkan sebuah swim wear berwarna nude. Tanpa banyak bicara Jovanka segera berganti pakaian. Tante Kana yang melihat tubuh indah Jovanka pun segera mengambil sarung pantai yang telah disiapkan oleh Lavender.

"Pakailah sebelum syuting dimulai. Mata lelaki di luar sana pasti tak bisa fokus jika melihatmu hanya mengenakan pakaian minim seperti itu," kata Tante Kana sambil mengulurkan sarung pantai itu kepada Jovanka. Gadis itu menerimanya tanpa banyak bicara lagi.

"Duduklah, aku akan menggelung rambut kamu sesuai yang diperlukan untuk skrip itu," kata Tante Kana yang langsung menyisir rambut tebal Jovanka. Tante Kana terlihat sigap menggelung rambut Jovanka dengan rapi dan cepat. Beberapa anak rambut dibiarkan menjuntai di kiri dan kanan pipinya.

Suara asisten sutradara terdengar memanggil. Jovanka pun segera keluar dan bersiap untuk pengambilan adegan.

"Kamera! Rol! Action!" teriak sutradara. Jovanka pun berakting sedang mandi dengan busa melimpah yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Aktingnya sungguh mempesona. Jovanka terlihat sangat menikmati mandi dengan sabun cair yang sangat lembut namun menyegarkan.

"Cut!" teriak sutradara diiringi tepukan tangan.

"Bagus Jova. Akting kamu menawan!" seru sutradara yang mempunyai reputasi sangat baik itu. Jovanka tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Perlahan busa di tubuhnya luruh dengan sapuan air yang diarahkan kepadanya. Mereka melakukan take beberapa kali dan berganti lokasi gaya.

"Kurang sekali lagi kita take yang terakhir, Jova," kata asisten sutradara sambil tersenyum dan mengacungkan ibujarinya. Jovanka mengangguk dan mulai konsentrasi untuk pengambilan gambar terakhir.

Jovanka tengah berakting di bawah kucuran shower dengan ekspresi gembira karena kesegaran dan kelembutan sabun yang dipakainya. Konsentrasinya sontak terpecah saat netranya menangkap sesosok lelaki yang tengah menatapnya penuh hasrat.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C10
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄