下載應用程式
18.18% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 4: GOODBYE AND WELCOME

章節 4: GOODBYE AND WELCOME

"Saya akan mengundurkan diri, Mas," kata Jovita lirih dengan penuh percaya diri. Seberkas aura dingin terpancar dari sinar matanya. Adam terkejut mendengarnya. Dia menatap gadis itu lekat.

"Kenapa?" tanya Adam setelah berhasil mengatur irama heavy metal yang tiba-tiba bertalu di dadanya. Jovita menggelengkan kepalanya perlahan.

"Aku akan lebih sibuk dan mungkin tak bisa sering kemari. Jadi lebih baik aku mundur saja. Nggak enak sama anak-anak yang lain, Mas," jawab Jovita memberi alasan. Adam tersenyum sambil mengacak rambut Jovita dengan gemas.

"Kalau memang nggak sempat kemari ya sudah, nggak apa-apa, Jov," kata Adam kemudian.

"Yang penting kalau kamu memang ada waktu luang, kesini saja," lanjutnya.

"Kamu kemari bukan sebagai pegawai lagi, tetapi sebagai tenaga tambahan saja," kata Adam menegaskan. Dia tak mau memaksa Jovita karena gadis itu bukan tipe yang bisa disuruh mengikuti kemauan seseorang.

"Jadi begitu?" tanya Jovita singkat sambil menatap Adam dengan penuh rasa terima kasih. Dia tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya.

"Memangnya kamu punya kesibukan baru apa?" tanya Adam penasaran. Ditatapnya gadis cantik alami tanpa riasan di wajahnya itu dengan tajam.

"Sudah mau buat skripsi?" tanya Adam lagi. Jovita segera menganggukkan kepalanya. Adam pun tersenyum lega.

"Alasan yang tepat. Syukurlah Mas Adam mikirnya kesana," batin Jovita sambil tersenyum lega dan melambaikan tangannya ke arah Lavender.

"Sudah bicaranya?" tanya Lavender sambil kembali duduk bersama mereka. Jovita menganggukkan kepalanya.

"Kalau memang untuk urusan kuliah, aku dukung Jovita, Om," kata Adam yang membuat Lavender serta merta mengarahkan pandangannya ke arah Jovita.

"Lebih baik minta ijin dari sekarang, Om. Ngurus skripsi itu 'kan nggak sebentar," sahut Jovita sambil menatap Lavender tanpa dosa.

"I see, My Baby," komentar Lavender sambil tersenyum penuh arti dan menatap Adam sambil menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, aku pamit dulu ya, Om," kata Jovita seraya berdiri. Dia mengangguk sopan ke arah Lavender dan Adam kemudian bergegas pergi meninggalkan mereka. Adam menatap sosok gadis pendiam itu dengan tatapan yang penuh makna. Lavender melihatnya dengan nelangsa.

"Ehem," dehem Lavender saat Adam masih saja menatap ke arah luar padahal Jovita telah menghilang dari sana. Adam menoleh dan tersipu saat mengetahui kalau Lavender ternyata tengah menatapnya.

"Jangan kamu simpan rasa itu di hatimu, Dam," nasehat Lavender dengan bijak.

"Kenapa, Om? Apakah aku tak cukup pantas untuk Jovita?" tanya Adam penasaran. Lavender menggelengkan kepalanya.

"Ada alasan lain yang sangat kuat. Aku tak bisa mengatakannya saat ini. Maaf," jawab Lavender.

"Apakah karena dia keponakan Om Lav?" tanya Adam lagi. Lavender tertawa mendengarnya.

"Kamu orang yang baik juga tampan. Nggak akan susah mendapatkan gadis lain yang lebih baik dari Jovita," kata Lavender sambil berdiri dari duduknya.

"Aku permisi dulu," katanya kemudian sambil meletakkan selembar uang berwarna merah di meja.

"Tolong berikan pada barista itu," katanya sambil menunjuk barista yang tadi membuatkan dirinya kopi.

"Baik, Om," kata Adam sambil tersenyum. Lavender pun segera pergi dari sana.

Jovita tampak diam di atas motornya menunggu Lavender yang berjalan dibelakangnya. Bibirnya tersenyum saat melihat Lavender yang berjalan ke arahnya.

"Jadi saat penandatanganan pun aku nggak perlu datangkah, Om?" tanya Jovita sekali lagi.

"Tidak, tidak perlu," jawab Lavender meyakinkan.

"Saat ada order untuk kontrak pertama, baru saat itulah kamu datang bersamaku," kata Lavender kemudian. Jovita menatap lelaki berhati seluas samudra untuknya itu sejenak dengan pandangan yang terlihat tidak setuju.

"Kenapa, Jov? Kamu nggak setuju dengan apa yang Om bilang?" tanya Lavender yang berusaha memberi celah kepada Jovita untuk memberikan pendapatnya.

"Jika saat penandatanganan aku hadir, apakah akan membuat order untukku bisa lebih cepat turun, Om?" tanya Jovita ragu. Lavender menatapnya sejenak kemudian tertawa sambil menganggukkan kepalanya.

"Aku tahu. Aku tahu maksud kamu, Jov. Kamu memang cerdas," jawab Lavender diakhiri senyum menyeringai.

"Dia pasti sangat menginginkan Jovanka," ujar Jovita dengan ekspresi yang datar.

"Oke, kita datang berdua. Kita beri kejutan untuk Tuan Muda yang dingin itu," kata Lavender kemudian. Jovita menganggukkan kepalanya dan berpamitan kepada Lavender untuk segera pulang.

***

Jovita mematut wajahnya yang telah berubah menjadi Jovanka itu dengan hati-hati. Hari ini dia berkeras untuk berdandan sendiri sekaligus sebagai ujian bagi dirinya.

"Semoga Om Lav menilai baik riasanku ini," kata Jovita bermonolog sambil tersenyum tipis. Aura jahat seketika merasuk ke dalam sukmanya. Kemarahan dan dendam yang ada dalam dadanya seakan melebur dengan jiwanya saat dia berubah menjadi Jovanka. Senyum menyeringai penuh dendam menguar di bibirnya.

"TIN! TIN!"

Suara klakson mobil Lavender terdengar dari dalam kamar Jovita. Dia pun bergegas memasukkan sepatu heelsnya ke dalam tas jinjing dan berjalan keluar dari kamar dengan langkah anggun. Jovita mengunci rumahnya dan memasang tudung hoodie untuk menutupi riasannya.

"Bagaimana dengan riasanku hari ini, Om?" tanya Jovita sambil mematut wajahnya di hadapan Lavender. Lelaki itu memperhatikan wajah Jovita sesaat. Tak lama kemudian dia tersenyum sambil mengangkat ibujarinya keatas.

"Perfetto," ucapnya dengan senyum lebar.

"Kamu akan semakin ahli seiring dengan jalannya waktu nanti, Jov," sambungnya sambil melajukan mobil dengan santai.

"Om sudah info kalau aku ikut?" tanya Jovita sambil membuka hoodie yang dipakainya.

"Tidak. Aku cuma bilang kalau kami akan datang. Biar dia yang menyimpulkan sendiri kalimat itu," jawab Lavender sambil tersenyum tipis.

Mobil memasuki halaman kantor utama Galang. Lavender dan Jovita keluar dari mobil, mereka berjalan beriringan menuju lobi front office yang ada di depan.

Jovanka melangkah dengan anggun dan dagu yang terangkat. Semua orang yang berpapasan dengannya secara tak sadar akan berhenti dan berdecak mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Tubuh yang terbungkus kaos ketat berkancing dengan kancing yang dibiarkan terbuka hingga dadanya yang membusung indah terlihat mengintip samar-samar. Dipadu celana denim dengan style boothcut berbelah samping hingga separuh paha mulusnya terlihat menggoda mata siapapun yang memandangnya.

"Selamat siang, Om Lav," sapa seorang gadis yang tempo hari bertemu dengan Lavender ramah.

"Siang, Cantik. Bos kamu ada?" balas Lavender sambil menanyakan keberadaan Galang.

"Ada. Om sudah ditunggu oleh beliau. Silakan langsung saja ke atas," jawabnya ramah. Lavender mengangguk dan mengajak Jovanka segera berjalan menuju lift.

Tak berapa lama, pintu lift terbuka di lantai dua puluh. Lavender mengangguk ke arah Jovanka yang terlihat sedikit gugup.

"Are you ready?" tanyanya lirih. Jovanka menganggukkan kepalanya mantap sambil tersenyum tipis. Mereka pun segera meneruskan langkah yang tertunda.

Sekretaris Galang berdiri menyambut kehadiran mereka sambil melihat takjub ke arah Jovanka. Dia mengangguk sambil mempersilakan mereka langsung masuk sementara tangannya yang lain mengangkat telepon.

"Pak Lavender sudah disini, Tuan," ucapkan singkat. Dia pun bergegas menyusul Lavender dengan membawa satu map berkas.

Karena tergesa-gesa, sekretaris itu kesleo hingga terjatuh. Berkas yang ada di dalam map itupun berhamburan. Lavender dengan spontan membalikkan badannya dan segera membantunya berdiri.

"Ah sepertinya sepatu kamu terlalu tinggi, Nona," kata Lavender sambil tersenyum. Sekretaris itu tersenyum malu sambil menganggukkan kepalanya.

"Duduklah dulu, aku akan membantumu merapikan berkas-berkas ini," kata Lavender lagi. Dia memberi tanda kepada Jovanka untuk terlebih dulu masuk menemui Galang. Jovanka mengangguk dan segera mengetuk pintu ruangan CEO di depannya.

Galang yang mendengar ketukan di pintunya pun segera menyahut.

"Masuk!" serunya tak antusias. Dia tetap berkutat dengan berkas di mejanya saat mendengar suara pintu yang terbuka.

"Anda bisa langsung menandatangani berkasnya dengan sekretarisku di depan, Bung," kata Galang yang masih tak mau menolehkan wajahnya itu. Jovanka diam memperhatikan lelaki tampan itu sejenak. Perlahan dia menutup pintu ruangan itu dan berjalan dengan anggun.

Suara tapak sepatu heels Jovanka membuat Galang tercekat. Dia pun menghentikan aktivitasnya dan memalingkan wajahnya ke arah suara langkah kaki yang semakin mendekat.

"Ka-kamu," desisnya dengan netra yang menatap tajam ke arah Jovanka tanpa berkedip. Jovanka hanya tersenyum tipis sambil terus melangkah menuju lelaki itu. Dengan penuh percaya diri Jovanka duduk di pinggir meja. Kaki jenjangnya yang mulus terlihat menggoda netra Galang untuk tidak melepaskan pandangannya begitu saja.

"SRINGG!"

Desiran hasrat Galang pun merayap dengan cepat. Dia segera berdiri dan berusaha merengkuh gadis di depannya itu, namun dia lupa sedang berhadapan dengan siapa. Sebuah tindakan yang dilakukan Jovanka membuatnya terdiam dalam pesona.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C4
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄