下載應用程式
9.09% RAHASIA KELAM SANG BINTANG / Chapter 2: INGIN MENJADI BINTANG

章節 2: INGIN MENJADI BINTANG

"Aku menginginkanmu," kata Galang tegas. Jovanka terdiam dan membalikkan tubuhnya menghadap Galang.

"Apa maksudmu?" tanya Jovanka heran.

"Aku akan mengontrakmu eksklusif hanya untukku," jawab Galang dengan tatapan dinginnya. Jovanka tertawa lebar.

"Tidak semudah itu, Tuan," gumam Jovanka sambil menghampiri Galang dan duduk di tepian tempat tidur.

"Apa yang kau inginkan sebagai imbalannya?" tanya Galang tanpa basa basi. Jovanka tersenyum senang.

"Aku ingin menjadi seorang bintang. Jika kamu bisa mewujudkannya, aku akan mempertimbangkan untuk membuatmu jadi prioritasku. Tapi maaf, aku tidak bisa kamu kontrak hanya sebagai pemuas nafsu belaka, meskipun eksklusif," jawab Jovanka tegas.

Aura bintang memang telah tersirat di tubuhnya. Galang terdiam sambil memperhatikan Jovanka. Wajah cantik ditunjang kulit putih mulus dan bentuk badan yang sangat sempurna tentu saja menjadikan keuntungan tersendiri baginya jika Jovanka mau menjejakkan langkahnya di dunia entertainment melalui perusahaannya.

"Oke," kata Galang datar.

"Besok datanglah ke kantorku," lanjut Gilang sambil memberikan kartu namanya.

"Benarkah?" tanya Jovanka tak percaya. Galang hanya menganggukkan kepalanya sambil menatap dingin ke arah Jovanka.

"Untuk selanjutnya akan diurus oleh Lavender, managerku," kata Jovanka yang sekali lagi diiyakan dengan anggukan kepala Galang.

"Terserah kamu saja. Besok datang saja ke kantor dan urus semuanya dengan sekretarisku," kata Galang dengan tatapan yang tak lepas dari tubuh Jovanka.

Jovanka tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Dia pun segera keluar dari kamar itu dengan langkah anggun.

"CEKLEK!"

Pintu kamar itupun tertutup. Jovanka yang telah berada di luar pun segera menyandarkan tubuhnya di daun pintu sambil sedikit membungkuk dan memegang kedua lututnya yang sepertinya sudah tidak kuat menopang badannya itu. Perlahan disekanya butiran bening yang menggenang di kedua sudut matanya. Wanita cantik itu berjalan dengan langkah tertatih sambil menahan isak tangisnya.

Di ujung koridor Jovanka melihat Lavender yang menunggunya dengan tatapan iba. Dia merentangkan kedua tangannya hingga gadis cantik itu kemudian berhambur ke pelukannya.

"Tenangkan hatimu, Jov. Tenang," bisik Lavender sambil menepuk punggung Jovanka perlahan.

Jovanka menghela nafas panjang dan melepaskan pelukan itu. Netranya seolah berbicara kalau dia sudah jauh lebih baik sekarang. Lavender mengangguk dan mengajak Jovanka segera kembali ke rumah.

"Jadi Tuan Galang memintamu untuk menjadi simpanannya?" tanya Lavender tak percaya.

"Semacam itulah. Kontrak eksklusif hanya untuk melayani dia. Sama saja 'kan dengan wanita simpanan?" kata Jovanka sambil mendengus kesal.

"Lalu apakah kamu menerimanya?" tanya Lavender penasaran. Jovanka tertawa lebar sambil menggelengkan kepalanya. Lavender pun mengembuskan nafas lega. Jovita menceritakan apa yang dia minta kepada Galang sambil membersihkan wajahnya dari make up dan mengenakan baju luaran untuk menutupi badannya yang terbuka.

Mereka tiba di rumah Jovita yang cukup kecil. Sebuah rumah sangat sederhana bersubsidi yang dibelinya dengan sisa uang tabungan dari ayahnya itu cukup membuatnya senang. Lavender menurunkan Jovanka di depan pagar rumahnya dan melambaikan tangan sambil melajukan mobilnya meninggalkan gadis cantik yang masih berdiri termangu di depan pagar.

Jovita segera membuka pagar dan melangkah masuk perlahan. Seekor kucing kampung berbulu oranye putih yang bersih mengeong menyambut kedatangannya. Gadis cantik itu berjongkok sebentar dan menggaruk lembut leher si kucing. Setelah itu dia pun segera membersihkan diri.

Sambil menyisir rambut kecoklatan yang telah kembali ke bentuk semula, Jovita menatap pantulan wajahnya di cermin. Seulas senyum penuh dendam tersungging di bibirnya. Galang. Lelaki yang mempunyai tatapan mata dingin itulah yang akan membantu langkahnya selanjutnya.

"Dia sudah terpikat olehku. Itu bagus. Tetapi aku tak akan mau menggantungkan diri hanya dengan satu orang saja," desisnya lirih.

***

Mentari pagi menerobos sela-sela tirai yang menutupi jendela kamar Jovita. Gadis itu terlihat sedang berkutat di meja belajarnya. Beberapa tugas kuliah sedang dia kerjakan karena semalam sudah tentu saja tak sempat dikerjakannya.

"Oke, selesai," gumamnya senang. Dia pun bergegas mandi dan bersiap untuk ke kampus.

"Ya ampun, aku kok bisa lupa kalau motorku masih di tempat Om Lav," gerutunya kesal. Tanpa sempat memoleskan bedak, Jovita segera berlari keluar setelah memberi makanan untuk Oyen, kucing kesayangannya.

Jovita berjalan cepat sambil sesekali melihat ke layar ponselnya. Tangannya melambai saat melihat ojek online yang terlihat bingung memandang ke arahnya.

"Atas nama Jovita ya, Mas?" tanyanya ramah.

"Eh iya, Mbak. Itu Mbaknya, ya?" tanya tukang ojek itu sambil menatap Jovita.

"Iya. Ayo cepetan, Mas. Udah mepet nih waktunya," ajak Jovita sambil mengenakan helm yang diberikan tukang ojek itu.

"Baik, Mbak,"sahut tukang ojek muda itu sambil mulai melajukan motornya.

Untung saja tukang ojek itu masih muda dan cekatan. Tak sampai sepuluh menit mereka sudah tiba di kampus. Jovita tersenyum senang sambil memberikan selembar tips untuknya. Dia pun berjalan masuk ke kampus dengan tenang.

Beberapa mahasiswa iseng masih saja suka menggodanya. Jovita yang tampil cuek mengenakan celana denim dipadu kemeja dengan lengan yang digulung sesiku tampak energik berlari menuju kelasnya. Tanpa banyak bicara Jovita menuju ke salah satu bangku yang masih kosong dan mulai membuka layar ponselnya.

"Om Lav, dua jam lagi aku ke sana ya. Ambil motor," pesan Jovita yang dikirim untuk Lavender.

[Lho katanya mau ke kantornya Tuan Galang. Jadi nggak sih Jov?] tanya Lavender dalam pesannya.

Jovita terdiam membacanya. Dirinya benar-benar lupa. Sejenak dia terdiam dan berpikir. Dosen pengajar telah masuk dan mulai memberikan pengajaran. Jovita tampak tak bisa berkonsentrasi dengan baik. Hingga dosen pengajar mengakhiri sessinya dan keluar dari ruang kelas, Jovita belum juga memberikan balasan.

[Sudah kelar kuliahnya?] tanya Lavender dalam pesannya yang baru saja diterima Jovita. Gadis itu tersenyum dan segera melakukan sebuah panggilan.

"Halo Om," sapanya ramah sambil berjalan menuju kantin kampus.

["Kamu nih niat gak sih dengan rencanamu, Jov?"] tanya Lavender kesal dengan suara lelakinya. Jovita tertawa mendengar suara Lavender itu.

"Ih, Om Lav macho banget kalau gitu suaranya," jawab Jovita sambil memesan semangkuk soto pada ibu kantin.

"Jeruk manis hangatnya satu ya, Bu," pintanya sambil mengambil mangkuk soto dan berjalan menuju sebuah meja yang masih kosong.

["Sarapan kamu, Jov?"] tanya Lavender yang mendengar pesanan Jovita itu.

"Iya, Om. Tadi kesiangan ngerjain tugas, nggak sempet maem," jawabnya.

["Jadi gimana nih? Kalau nggak jadi, Om mau ketemuan sama orang yang mau order riasan sama Om,"] kata Lavender.

"Semalam aku sudah bilang kalau Om Lav adalah manajer aku. Jadi sebaiknya Om yang pergi ke sana. Aku nggak mau Tuan Muda itu sering-sering melihatku dengan gratis, Om. Paham 'kan maksudku?" kata Jovita panjang lebar dengan suara lirih. Sejenak tak ada sahutan dari Lavender. Kemudian terdengar desahan nafas disertai deheman kecil.

["Gadis pintar,"] puji Lavender. Mereka pun tertawa bersama.

["Oke, aku akan ke sana sekarang, nanti aku kabari lagi,"] kata Lavender sambil mengakhiri panggilan itu.

Jovita tersenyum senang. Dia pun segera menghabiskan sotonya dan kembali mengirim pesan kepada Lavender.

"Kita ketemu di kafe, Om," pesannya kepada Lavender yang sedang dalam perjalanan menuju kantor Galang.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C2
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄