Amalia menghentikan perdebatannya dengan sang ibu dan dia membalikkan tubuhnya lalu melihat pria itu sudah memegang tangan Camelia. Dia sama sekali tidak rela jika sang putri mengalami hal yang sangat buruk sehingga tidak bisa kembali menjalankan hidup yang masih begitu panjang.
"Aku mohon berikan waktu saja tiga hari untuk melunasi utang-utangku. Kau lepaskan putriku karena dia sama sekali tidak ada kaitannya dengan hutang itu," Amalia berkata kepada pria itu dengan nada memohon.
Camelia pun berusaha melepaskan tangan pria itu dan dia sama sekali tidak ingin melayani pria itu. Dia masih memegang teguh akan menyerahkan semuanya kepada pria yang kelak akan menjadi suaminya.
Cengkeraman pria itu semakin kuat dan dia menarik Camelia untuk ikut dengannya, dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Amalia. Yang ada di dalam benaknya kali ini hanya ingin bersenang-senang dan menikmati setiap lekuk tubuh wanita muda yang suah membuatnya bergairah.
"Lepaskan dia," Seseorang berkata dengan nada tinggi dan menekan.
Pria itu menghentikan langkahnya dan dia melihat siapa yang sudah berani menghentikannya. Dia melihat seorang wanita muda lainnya yang berjalan mendekat ke arahnya dan dia tidak tahu apa yang dimiliki oleh wanita itu sehingga berani menghentikannya.
"Aku tidak akan melepaskannya jika kau ingin ikut bersama denganku maka kita bertiga akan bersenang-senang," jawab pria itu dengan nada yang sangat memuakkan.
Wanita itu tersenyum kecut saat mendengar perkataan kotor dari pria itu lalu dia berkata, "Aku akan membayar semua utangnya."
Pria itu terkekeh saat mendengar apa yang dikatakan oleh wanita yang baru saja tiba itu, dia tidak mengira akan mendengar perkataan seperti ini. Dia pun semakin penasaran dengan siapa sebenarnya wanita itu karena jika dilihat dengan saksama wanita itu bukan wanita biasa.
Wanita itu mengeluarkan satu lembar cek dan dia sudah menandatanganinya, dia juga mengatakan jika pria itu bisa menuliskan total dari utang yang dimiliki oleh Camelia. Dia sudah tidak ingin melihat lagi Camelia bersedih dan harus melayani pria busuk seperti itu.
"Tidak. Jangan lakukan semua itu, Danastri," ujar Camelia yang tidak ingin jika wanita yang ada di depannya mengeluarkan banyak uang hanya untuk melunasi semua utang yang diakibatkan oleh sang nenek.
"Tidak apa-apa karena aku tidak ingin jika pria itu menyentuhmu," timpal Danastri sembari tersenyum.
Danastri Fredella dia adalah sahabat dari Camelia, dia sama sekali tidak merasa jijik atau merasa malu karena berteman dengan Camelia. Dia juga sudah banyak membantu Camelia di saat sedang mengalami kesulitan.
Pria itu tersenyum lalu dia melepaskan tangan Camelia dan menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengambil cek yang ada di tangan Danastri. Seorang pria berjalan ke arah Danastri dan dia mengambil cek yang ada di tangannya, setelah itu dia langsung menyerahkannya kepada bosnya.
"Apa ini asli? Jika kau membohongiku maka aku akan menarik temanmu ini dan tidak akan pernah melepaskannya," pria itu berkata kepada Danastri setelah melihat cek yang baru diambil dari tangan Danastri.
"Kau tidak perlu khawatir karena aku akan menunggumu jika kau tidak bisa mencairkannya atau kau sama sekali belum pernah melakukan hal itu?" Danastri menjawab lalu dia melayangkan pertanyaan kepada pria itu dengan nada yang mengejek.
Pria itu terkekeh dan dia sama sekali tidak memedulikan apa yang dikatakan oleh Danastri dan dia pun akan mencairkan uang itu besok siang. Dia pun berjalan pergi meninggalkan rumah Camelia dengan perasaan senang karena sudah mendapatkan uang yang dia inginkan.
"Mengapa kau melakukan semua ini? Aku belum bisa membayarnya dan utangku juga masih banyak kepadamu," Camelia berkata kepada Danastri.
Camelia tidak tahu harus berkata apa lagi kepada sang sahabat yang selalu membantunya di setiap dirinya berada dalam kesulitan. Dia juga tahu jika beberapa kali sang nenek sering meminta uang kepada sang sahabat.
"Kau tenang saja karena kau bisa mencicilnya tanpa harus membayar bunganya," jawab Danastri sembari tersenyum.
"Kita bicara di dalam saja," ucap sang ibu saat semuanya sudah mulai tenang.
Camelia pun menganjak Danastri untuk masuk ke dalam rumah dan dia pun melihat beberapa barang yang ada di luar. Dia mengambil barang-barang yang ada di luar lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Sedangkan sang nenek dengan tenangnya dan tanpa sedikit merasa bersalah masuk ke dalam rumah.
Sang ibu mulai merapikan rumah karena sudah diobrak-abrik, sedangkan Camelia menemani Danastri setelah membantu sang ibu sebentar. Dia mulai berbicara tentang semua hal yang terjadi dan juga meminta maaf karena sudah membuat sang sahabat harus melunasi semua utangnya.
"Seharusnya kau layani saja pria itu ada kemungkinan dia akan menghilangkan utangnya sehingga kau tidak perlu memakai uang dari, Danastri," ucap sang nenek sembari duduk tepat di seberang Camelia.
Camelia menggelengkan kepalanya seraya tidak percaya jika sang nenek masih tetap ingin dirinya menjual diri. Apakah selama ini belum cukup apa yang dilakukan olehnya dan juga sang ibu yang bekerja keras hanya untuk memenuhi kebutuhan sang nenek yang begitu berlebihan.
"Apa kau begitu ingin aku menjual diri? Apa mungkin kau sudah menawarkan aku kepada pria hidung belang yang kau temui?" Camelia bertanya kepada sang nenek dengan nada datar.
"Apa kau tahu dengan jumlah uang yang dibayarkan tadi bisa membuatku bisa menikmati liburan selama satu bulan di Bali?" Sang nenek kembali bertanya kepada sang cucu yang sama sekali tidak bisa menikmati hidup dengan nyaman.
Sang nenek terus mengatakan jika dirinya sangat menyesal karena membuang uang yang begitu banyak kepada pria itu. Dia juga sangat menyesal karena sudah melahirkan putri yang tidak berguna serta cucu yang sama sekali tidak mengerti akan arti menikmati hidup.
Semua yang dikatakan sang nenek membuat Camelia semakin benci dengan wanita tua yang ada di hadapannya itu. Andai saja tidak ada sang nenek mungkin dia dan sang ibu tidak akan menjalani hidup seperti ini, hidup yang hanya dipenuhi oleh utang dari gaya hidup yang berlebihan.
Danastri juga semakin kesal dengan apa yang didengarnya dari seorang nenek kepada sang sahabat. Dia tidak mengira ada seorang nenek yang memperlakukan anak dan cucunya seperti ini bahkan dengan santainya meminta sang cucu untuk menjual diri hanya untuk memenuhi semua keinginannya.
"Ibu, apakah belum cukup semua yang aku lakukan untukmu sehingga kau mau mengorbankan kembali putriku?" Amalia bertanya kepada sang ibu yang terlihat sama sekali tidak puas dengan apa yang sudah terjadi kepadanya.
"Semua belum cukup dan kau adalah wanita bodoh yang tidak mengambil uang itu. Andaikan kau mengambil uang itu mungkin saat ini kita tidak akan tinggal di rumah yang bobrok ini," jawab sang ibu yang kesal kepada sang putri bodohnya itu.
"Sebenarnya uang apa yang sering Nenek bicarakan itu?" Camelia bertanya kepada sang ibu dengan nada selidik.
Camelia selalu saja tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya jika itu berkaitan dengan uang yang dikatakan sang nenek, sehingga dia pun sudah tidak bertanya lagi. Dia berpikir mungkin semua itu sangat menyesakan sehingga sang ibu tidak mau menjawabnya atau menjelaskannya.
Dia pun saat ini sudah berada di restoran dan dia sudah bersiap untuk melayani pelanggan yang baru saja tiba, dia sudah memegang menu makan yang ada di restoran. Namun, langkahnya terhenti karena dia melihat seseorang yang dia kenal, dia merasa ragu untuk mendekat ke arah orang itu.
"Kenapa bengong saja? Cepat layani meja di sana," ucap seorang pria yang merupakan manajer restoran kepada Camelia.
"Baik, Pak."
Setelah menjawab sang manajer, dia pun menarik napasnya dan kembali berjalan mendekat ke arah meja yang akan dia layani, meski di dalam hatinya tidak ingin melakukan itu. Dia pun kembali mengingat apa yang terjadi kemarin siang di mana dia melihat dan mendengarkan perdebatan sepasang kekasih.
"Rupanya kamu bekerja di sini," ucap seorang pria yang akan dilayani oleh Camelia sembari tersenyum.
"Silakan Anda bisa melihat menu makanan di restoran kami," Camelia berkata dengan nada penuh hormat dan dia berusaha bersikap sopan kepada pria yang sedang duduk di depannya itu.
Camelia berusaha bersikap sopan dan menghilangkan semua rasa takut yang ada di dalam hatinya karena dia adalah pria yang berdebat dengan wanita yang ditemukan tewas tidak lama setelah itu terjadi. Entah mengapa di dalam pikirannya hanya terbayang wajah wanita itu setelah kematiannya dan itu semakin membuatnya menjaga jarak dengan pria itu.
"Mengapa kamu terlihat ketakutan saat melihatku?" tanya pria itu kepada Camelia.
"Kamu yang membunuh wanita itu bukan?" Camelia langsung menjawab tanpa berpikir kembali dengan apa yang sudah dikatakan olehnya.
Suara yang dikeluarkan Camelia begitu keras sehingga ada beberapa orang yang langsung melihat ke arahnya, pria itu terdiam dan dia menatap Camelia dengan tatapan yang tajam. Dia merasa jika Camelia adalah wanita yang akan membutanya dalam masalah, dia hendak menarik Camelia dan membawanya ke luar dari restoran tetapi di hentikan oleh temannya yang sedari tadi hanya memperhatikannya.
"Cornelius, sebaiknya kamu bisa mengontrol dirimu. Ingat ini ada di mana dan semua orang bisa benar-benar mengira jika kamu adalah pembunuhnya," ucap sang teman kepada pria itu.
Cornelius Raymundo, dia adalah CEO sebuah perusahaan yang bergerak di bidang IT. Dia adalah seorang pria yang tidak pernah menyerah dengan apa yang sudah diinginkan olehnya dan akan terus berjuang untuk mendapatkannya.
"Nona, sebaiknya kamu tidak berkata seperti itu karena semua itu bisa membuat semua orang salah paham dan mengira jika temanku ini adalah seorang pembunuh," pria itu kembali berkata kepada Camelia dengan nada sopan.
"Noah, tidak perlu kamu jelaskan kepadanya karena dia tidak akan percaya kepadamu," sambung Cornelius yang sudah tahu jika semua yang dikatakan olehnya atau sang sahabat tidak akan pernah bisa dipercaya oleh wanita yang ada di hadapannya itu.
Camelia hanya terdiam dan dia pun mulai melihat ke arah para tamu lainnya yang mulai berbisik, dia merasa tidak nyaman juga dengan hal itu. Semua keributan ini karena mulutnya yang tidak bisa terkontrol dan malah langsung menunuh pria itu sembagai pembunuh wanita itu.
"Semua yang aku katakan memang benar. Aku mendengar apa yang dia katakan kepada wanita itu dan mengancamnya akan membunuhnya dan semua itu terbukti, 'kan?" Camelia kembali berkata karena dia masih sangat yakin dengan apa yang ada di benaknya meski sebenarnya dia merasa takut.
Cornelius hanya tersenyum dan dia pun berdiri lalu mendekat ke arah wanita yang sudah menuduhnya sebagai seorang pembunuh, dia terus melangkah meski Camelia berjalan mundur. Dia memegang tangan Camelia saat melihat wanita itu akan terjatuh karena kakinya tersandung.
"Kamu begitu yakin jika aku yang membunuhnya? Bagaimana jika semua itu tidak benar? Apakah kamu sudah siap untuk menerima …,"
"Apa kamu juga akan membunuhku jika aku mengatakan semuanya kepada pihak berwajib?" sela Camelia sebelum Cornelius menyelesaikan kalimatnya.
Cornelius menyeringai dan dia begitu tertarik dengan wanita yang ada di hadapannya itu, dia merasa tertantang dengan seorang pelayan restoran biasa. Dia menatap kembali dengan tajam wanita itu dan melihat ada rasa takut tetapi juga terlihat ada rasa ingin melawan dengan apa yang terjadi.
Semua orang terus mentap ke arah Cornelius yang terlihat sedang mengancam seorang pelayan wanita, ada seorang pengunjung yang langsung menghubungi polisi untuk melaporkan semua hal yang sudah terjadi. Tidak begitu lama tiba sebuah mobil polisi yang langsung masuk ke dalam restoran.
"Cornelius, sebaiknya kamu melepaskannya," Noah berkata kepada Cornelius yang sudah melihat polisi berjalan mendekat ke arah sang sahabat.
Cornelius pun melepaskan tangannya dan dia masih menatap Camelia dengan tajam, dia memperlihatkan sorot mata yang mengintimidasi. Dia tidak akan pernah melepaskan wanita yang sudah membuatnya masuk ke dalam masalah besar hingga berurusan dengan pihak kepolisian.
"Tuan, sebaiknya Anda ikut dengan kami," ucap seorang polisi karena dia melihat apa yang dilakukan oleh Cornelius.
Noah berusaha berbicara dengan polisi dan menjelaskan apa yang terjadi tetapi ada seorang pengunjung yang mengatakan jika Cornelius adalah pembunuh wanita yang mayatnya ditemukan kemarin siang. Polisi pun langsung menangkap Cornelius dan membawanya ke kantor polisi begitu juga dengan Camelia karena dia adalah yang menyatakan jika Cornelius yang membunuh wanita itu.
Camelia pun sudah berada di kantor polisi dan dia menjelaskan semuanya yang dia tahu sehingga dia berpikir jika yang membunuh wanita itu adalah Cornelius. Sang polisi mencatat semua informasi yang diberkan oleh Camelia dan setelah itu mengizinkannya untuk pergi tetapi jika diperlukan maka Camelia harus memenuhi panggilan dari pihak kepolisian.
"Kamu sudah berurusan dengan orang yang salah. Tunggu aku membereskan semua ini maka kamu akan bertemu denganku setiap hari," Cornelius berkata dengan nada mengancam kepada Camelia.
Camelia tidak peduli akan hal itu dan dia pun berjalan meninggalkan kantor polisi, dia memegang dinding saat sudah berada di luar. Kedua kakinya gemetar karena sudah mendengar acmana dari Cornelius dan dia tidak tahu mengapa bisa melakukan hal segila ini di saat masalah di rumahnya begitu besar.
"Kamu tidak boleh lemah karena yang kamu lakukan sudah benar," Camelia berkata untuk menguatkan dirinya.
Dia pun berjalan ke luar dari area kantor polisi dan dia memutuskan untuk kembali ke rumah karena ada pesan dari majaerh jika dirinya tidak perlu masuk selama dua hari ini. Camelia menghela napasnya dan dia benar-benar dalam masalah besar kali ini, dia berharap jika dirinya tidak diberhentikan begitu saja dari restoran.