Bibir Nathan bergetar. Dia bingung. Dia masih ingat dengan pesan mamahnya semasa hidup, kalau anak soleh tak boleh berbohong dan harus selalu jujur.
Nathan kembali menurunkan tatapannya, sementara Nickol dengan polosjya bersandar di bahu abangnya.
"Nathan, jawab saja dengan jujur. Omah tidak akan marah kok, Omah janji." Sindi meminta lagi dengan suara lembutnya. Ia berbicara dengan lembut agar Nathan tidak takut dengan permintaannya.
"Nathan benci, Tante Jeni," jawab Nathan cukup singkat. Suaranya berat namun. Meski sulit, putra sulung Jefri itu tetap jujur karena tak mau mengecewakan almarhum mamahnya.
"Apa! Mengapa benci, Tante Jeni? Bukannya tante Jeni baik?" Sindi segera bertanya lagi tanpa sedikit pun merubah nada suaranya. Tetap lembut agar Nathan tidak takut.
Beruntung Wili menunggu di luar sehingga Nathan berani bicara. Karena kalau Wili ada di dekatnya, tentu saja dia tak akan berani berbicara jujur.