Jeni tampak memegang kepalanya dengan kedua tangan. Terasa berat sekali isi kepalanya saat ini. Air mata yang terus saja mengalir itu membuat kepala Jeni terasa pusing.
Seketika tubuh Jeni luruh di atas lantai saat ia tengah berdiri di dekat jendela kamarnya. Jeni pingsan tak sadarkan diri, ia juga nenyenggol vas bunga sampai jatuh dan pecah.
Suara vas bunga yang pecah bahkan memecah gendang telinga Dewi yang sudah tertidur lelap. Ia terbangun karena terkejut.
Dewi segera duduk, ia melihat Jeni tergeletak di atas lantai dengan vas bunga yang sudah pecah disampingnya.
"Jeni!"
Dewi segera beranjak dari tempat duduknya. Ia menghampiri Jeni yang terkulai lemas di atas lantai dengan kelopak mata tertutup.
"Jeni! Kamu kenapa?" Dewi mengangkat kepala Jeni dan meletakannya di atas pangkuan. Memepuk pipi Jeni dengan lembut ia berusaha membangunkan Jeni.