"Mah! Tidak, Mah! Jangan seperti ini, Mah!" Wili berusaha menahan langkah Sindi agar mau mendengarkan kembali ucapan maafnya.
Namun, Sindi tetap berjalan dengan langkah yang semakin cepat bersama Carol. Wanita paruh baya itu sudah di batas kekecewaannya. Dia tak pernah menyangka kalau kedua putranya sama-sama mencintai wanita yang salah menurutnya. Lalu apalagi yang bisa Sindi harapkan sekarang. Dia memilih membuang Wili dalam keadaan isi dadanya yang terasa panas bak terbakar api.
Sindi ditemani Carol masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Tak mau melanjutkan perbincangan dengan Wili karena semua hanya akan membuat luka di dalam dadanya semakin bertambah parah saja.
Sementara Wili dan Jeni masih merintih pilu di ruangan tengah berharap Sindi akan keluar dari kamar dan meralat ucapannya.
Namun, pintu kamar Sindi tetap saja tertutup rapat. Sepertinya keputusan wanita paruh baya itu tak bisa lagi diganggu-gugat.