Sore harinya usai meeting saat waktu menunjukan pukul setengah empat sore, Wili sudah bersiap-siap masuk ke dalam kendaraan roda empatnya. Dia akan segera pulang ke Bogor menemui Jeni sang istri. Rasa rindu yang sudah tak terbendung membuat Wili tak bisa menunggu lama-lama lagi.
Safety belt sudah dipasang, mesin mobil juga sudah dinyalakan. Namun saat hendak melaju, niatnya tertunda dengan panggilan dering yang berbunyi pada ponselnya.
Wili mematikan kembali mesin mobilnya, khawatir yang menelephone itu adalah Jeni untuk meminta dibelikan sesuatu.
Namun, saat benda pipih itu telah dirogohnya dari saku jas, ternyata yang menelephone adalah Sindi.
"Mamah!"
Dengan segera Wili menggeser tombol berwarna hijau pada layar ponselnya. Ia harus menjawab telephone mamahnya karena itu sangatlah penting.
"Hallo, Mah!" Wili menyapa saat benda pipihnya telah ditempelkan pada telinga.