Sementara Jeni, kini dia sudah keluar dari kamar Wili sambil menarik kopernya. Jeni berniat akan kembali lagi ke kamar belakang yang sempit dan eungap namun tak begitu menyiksa batinnya.
Kamar belakang itu terasa lebih baik dibanding kamar Wili yang megah namun menyakitkan batinnya.
"Kamu kemana, Jeni?" tanya Wili dengan ketus sambil menghadang langkah Jeni.
"Kamu pikir mau kemana? Pergi dari rumah ini nyatanya tak mampu aku lakukan karena aku hanya akan mempermalukan diriku di hadapan orang tuaku," jawab Jeni ketus juga. Mana bisa ia melebarkan senyum pada suaminya yang dianggapnya tak memiliki hati.
'Dulu Wili tak seperti itu, namun petir macam apa yang telah menyambarnya sehingga otaknya tergeser dan berubah secara drastis,' batin Jeni.
"Jangan pernah selangkah pun pergi dari rumah ini tanpa izin saya!" tegas Wili tanpa perduli dengan kemarahan Jeni saat ini.