"Ada apa, Pak?" tanya Jeni tanpa bisa basa-basi. Tiba-tiba ia merasa cemas dengan kedatangan Wili malam ini.
"Boleh bicara sebentar?" Wili berbalik tanya. Suatu hal yang terdengar asing ditelingan Jeni saat ini manakala mendengar Wili meminta izin kepadanya untuk meminta waktu.
"Oh, tentu," jawab Jeni gugup. Sesekali ia menghela nafas resahnya. Jeni benar-benar gugup dan gelisah. Ia tampak menggaruk sebelah tangannya padahal tidak gatal. Suatu kebisaan Jeni kalau gugup memang selalu seperti itu.
Wili kembali duduk di sofa yang tidak terlalu bagus itu. Jeni pun turut serta duduk di sana. Mereka duduk dalam satu sofa akan tetapi sedikit berjarak jauh antara dua meter.
Jeni hanya menunduk, dia tak bisa memulai percakapan. Ia tampak mengatur nafasnya yang cukup resah dengan sesekali mengusap-usap sebelah tangannya.
"Kedatangan saya ke sini, ingin meminta maaf," celetuk Wili.