下載應用程式
53.84% UnReach / Chapter 14: 14. Si Ular Derik Stefani

章節 14: 14. Si Ular Derik Stefani

Wajah Michael memerah dan mengatakan hal yang sejujurnya. Jantungku berdegup... apakah perasaan kami saling bersambut?

***

Tatapan mata Michael kali ini terasa begitu merasuk ke dalam hatiku. Menghipnotis, membuatku tak sanggup berpaling darinya.

"Aku menyesal melakukan hal yang membuatmu repot, Maria. Ini semua atas keegoisanku dan aku minta maaf." Michael menunduk setelah sekian menit menatapku.

Jantungku berdegup kencang untuk kali ini.. Begitu berbeda dari sebelumnya. Aku merasa bahagia, merasa bahwa perasaanku bukan hanya searah melainkan bersambut. Aku seenaknya menyimpulkan, tapi kalimatnya barusan, bahwa ia ingin terus bisa bertemu denganku itu.. bukankah itu adalah sebuah tanda bahwa Michael juga menyukaiku?

Semua pemikiran untuk menjauh dari Michael dan tak lagi bertemu dengannya seketika terhempas entah kemana. Harapan egois menggelembung di hatiku. Aku juga ingin terus bisa bertemu dengannya.

Bagian itu.. salahkah?

Aku meraih tangan Michael yang kasar dan besar. Saat itu aku menyadari perbedaan ukuran tangan kami, aku tersenyum. Michael adalah seorang pria besar yang kesepian. Aku bisa meyakini hal itu.

Butuh dua tanganku untuk mendekap satu telapak tangannya. Menyadari hal itu, Michael menoleh padaku dengan cepat. Matanya membulat, terkejut dengan apa yang telah aku lakukan padanya.

"Michael, kau bisa berkunjung ke rumahku kapan pun kau mau." Aku tersenyum dan segera bangkit setelah melihat sebuah taksi akan melewati kami.

Aku harus pulang. Besok ada ujian dan aku harus mendapatkan nilai yang memuaskan.

.

.

.

Dua buah buku catatan sedang aku buka saat ini. Membaca-baca materi yang sudah aku pelajari lagi demi kesiapanku untuk ujian besok.

Tiba-tiba denting notifikasi dari ponselku berbunyi. Biasanya aku tak terlalu tertarik, tapi sejak aku tahu bahwa Michael menyimpan nomorku di ponselnya dan sering mengirimi aku pesan akhir-akhir ini. Aku jadi reflek membuka ponselku. Melupakan begitu saja Ritual belajarku yang khidmat.

Benar saja, pesan yang masuk adalah dari Michael. Ia bertanya aku sedang apa, apakah aku senggang atau sudah tidur, sudah makan atau belum dan apakah besok aku punya waktu untuk pergi dengannya.

Aku tak menyangka perkembangannya begitu cepat.. Sebelumnya, aku pikir Michael tak tertarik padaku. Aku hanya berimajinasi secara liar. Tapi ternyata, dia mengatakannya sendiri. Dia ingin terus bertemu denganku.

Menunggu beberapa menit untuk membalas pesan dari Michael. Aku tak mau terlihat terlalu antusias membalas pesannya. Alasannya masih tentang harga diriku.

Membalas sesuai dengan apa yang terjadi. aku harus belajar untuk ujian besok, lalu untuk besok setelah jam pulang sekolah aku punya waktu untuk bertemu dengannya. Seperti biasa, aku menyarankan taman adalah tempat pertemuannya.

Michael menyetujui. Tak aku sangka dia tiba-tiba meneleponku. Aku gelagapan. Dengan cepat aku mengangkatnya, duduk dengan tegap seakan sedang menerima panggilan telepon dari seorang pencabut nyawa.

"Ya, halo!" jawabanku terdengar sangat kikuk, konyol sekali.

[Maria, besok kau ingin aku bawakan apa? aku akan sekalian mampir ke toko kue. apa kau suka makanan manis?] Suaranya riang terdengar.

"Memangnya kau tak bekerja?" Aku iseng bertanya, dari yang aku tahu Michael telah berhenti bekerja di bar. Lantas dimana dia bekerja saat ini?

[Tidak. Mungkin kau sudah tahu bahwa aku berhenti bekerja disana.] Ada apa? Michael terdengar sedih.

"Ya, pelayan yang mengatakannya."

[Baiklah, sampai jumpa besok Maria!] sambungan telepon langsung terputus.

Aku mendesah, Michael mungkin sedang mengalami masalah. Aku tak tahu apa pun tentangnya. Haruskah aku mencari tahu?

Lalu setelah aku mengetahuinya, apakah aku akan tetap menyukainya? Lalu apakah perasaan ini akan berlanjut ke jenjang yang lebih jauh?

Ah.. aku terlalu pemikir, Kenapa tidak jalani saja? kenapa tidak nikmati yang sedang terjadi?

Merenggangkan tubuh bagian atasku lalu dengan cepat melompat ke atas ranjang yang empuk dan sejuk. Dengan cepat aku tenggelam dalam tidur. Mimpi-mimpi tentang Michael yang samar terus berputar-putar, seakan memang inilah yang otakku inginkan.

Melupakan dengan segera acara belajarku yang penting.

***

Dua kelas sudah aku lewati, Tobias melihatku sebentar lalu kembali pada kelompoknya yang sedang sibuk membahas kegiatan di akhir pekan.

Ada yang aneh dengannya.

Di kantin pun aku tak melihat pemuda gagah itu dimana pun. Akhirnya aku makan siang sendirian. Sesekali sepertinya aku memang membutuhkan suasana sekolah yang damai dan sepi ini, tak ada suara tobias yang lantang dan mendominasi obrolan, tak ada rengekannya dan paksaan darinya. Menarikku ke sana dan kemari dengan tangan besarnya.

Saat suapan macc n cheese terakhirku, Stefani tiba-tiba duduk di hadapanku. Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa Stefani?" jujur saja aku tak nyaman berada di sekitarnya. Seakan alarmku terus berdering, menandakan ada tanda bahaya yang akan terjadi.

Bagiku, Stefani adalah peran pembully yang berbahaya.

"Aku hanya ingin akrab denganmu." Katanya lalu menyendok puding coklatnya.

"Dengan senang hati." Jawabku singkat, aku yakin itu hanya basa-basi. Dia tak akan repot-repot mendekat padaku jika tak ada tujuan yang lebih besar selain ingin berteman denganku.

"Aku ini tetanggamu Lo. Setidaknya kenali siapa saja tetanggamu. Kau membawa seorang pria dewasa ke dalam rumahmu? itu kebiasaanmu?"

Degup jantungku berpacu seketika. Dari mana dia tahu..

'Ada seorang gadis dengan anjing berdiri di depan rumahmu cukup lama' suara Michael dua hari lalu terngiang di kepalaku. Mungkinkah yang Michael maksud adalah Stefani?!

"Dia temanku." aku berusaha tenang, berusaha biasa saja.

"Jadi kau biasa membawa temanmu ke dalam rumah, sedangkan kau tinggal sendirian? apakah pamanmu tahu hal itu?" wajahnya mulai menampilkan senyum licik. Ah.. wanita ular ini.

"Apa yang ingin kau katakan?" aku menatapnya tajam.

"Aku hanya ingin akrab denganmu." dia kembali tersenyum lalu meninggalkanku sendirian.

Apa maksudnya itu! Gawat!!

***

"Ada apa? kau melamun dari tadi." Michael melambaikan tangan di depan wajahku. Aku terkejut dan menjauh.

Ah.. aku masih memikirkan kejadian di kantin tadi siang. Aku takut terjadi sesuatu yang menggemparkan besok pagi. Stefani itu tak bisa di percaya.

"Oiya Maria. Aku membawakan macaron untukmu. Kau suka?" Michael menyerahkan sebuah tas plastik berisi satu box sedang macaron. Aku menerimanya sambil melihat wajah Michael yang tersenyum.

Manis sekali pria ini.

"Suka sekali, terimakasih banyak Michael. Kau ada jadwal kerja hari ini?"

"Aku sudah pulang bekerja, Aku sekarang bekerja sebagai montir di bengkel yang kemarin." Ia kembali menghadap depan, memandangi motornya yang terparkir tak jauh dari kami duduk saat ini.

"Selamat ya." aku tak tahu apa yang harus aku ucapkan padanya.

Michael tertawa mendengarku memberikan selamat padanya, "untuk apa?"

"Bukankah kau berkata bahwa kau tak nyaman bekerja di bar, kini kau sudah mendapatkan pekerjaan yang lain. Yang aku pikir jauh lebih baik kan?"

"Upahnya lebih kecil. Tapi aku akan berusaha mencari pekerjaan sampingan."

"Semoga lekas mendapatkan apa yang kau inginkan. Michael, apa ada tempat yang ingin kau datangi?"

Michael menoleh padaku dengan wajah terkejut sebentar, lalu tersenyum. "Berjanjilah padaku, kau tak akan menyesalinya."

***


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C14
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄