Selamat Membaca
Waktu semakin larut, situasi malam ini tampaknya sedikit kacau bagi seseorang yang termenung di tepi kasur king size-nya itu. Kulit wajah diberi keringat, mulut berbentuk lurus tanpa lengkungan manis. Lagu, Alter mengecek arloji di pergelangan tangan. Tertera sudah pukul sebelas malam. Laki-laki itu mendengkur, gigi bergemeletuk geram.
Untung wajahnya telah bersih, dibasuh berkali-kali akibat noda krim bolu yang dilempar seorang gadis berseragam maid. Yang beberapa menit lalu kabur begitu saja setelah nekat menendang kejantanan Alter.
"Sial!" bentaknya sambil berdiri. "Siapa cewek tadi? Berani-beraninya nantangin gue."
Drrttt! Drrttt!
Manik dengan bola mata legam miliknya sontak berpaling ke arah ponsel yang bergetar di atas nakas. Alter mengernyit, jarang-jarang ada yang menelepon selarut ini.
Begitu diambil, tertera kontak bernama 'Reganjing' memanggil.
"Apa?" tanya Alter pertama usai memencet tombol hijau.
"Tai lo!"
Mendengar hinaan dari seberang sana, Alter menjauhkan ponsel dari telinga sebentar.
"Gue manusia bukan tai," balasnya.
"Sikap lo kayak tai. Lo sendiri kemaren yang bilang mau kumpul di basecamp buat seru seruan sekarang, ngapa lo gak dateng?!"
Ah, sepertinya penyakit pelupa Alter kambuh. Ia baru ingat ada janji bersama geng-nya. Lalu memijit pelipis pening.
"Sorry, gue sibuk."
"Sibuk apaan lo? Ngepet?"
"Hooh. Mau join?"
Lawan bicaranya yang sedari tadi mengomel, tiba-tiba terdiam. Mulai bicara lagi setelah beberapa menit hening.
"Kapan-kapan. Mending sekarang lo berangkat ke basecamp, anak-anak udah pada ngumpul. Bosen nunggu lo, njir."
"Sekarang?" tanya Alter.
"Lebaran nanti. Sekarang lah, bego!"
Napas Alter berhembus lelah, ia memutuskan sambungan sepihak tanpa persetujuan kawannya. Terlalu fokus pada acara pertunangannya dengan Cherry sampai lupa janji penting. Lagi pula, siapa yang mau bertunangan di usia dini. Alter terpaksa melakukan itu atas paksaan papanya, agar dapat memiliki sepenuhnya calon tunggal pewaris tahta Tuan Harsa. Orang berpengaruh dan penting di Indonesia. Perusahaan pun bercabang dan tersebar di berbagai daerah.
Kasta keluarga Cherry sedikit lebih tinggi dibanding keluarga Alter. Itulah sebabnya Kenzo terburu-buru menjodohkan Alter bersama gadis sexy itu. Lupakan soal itu. Lebih baik sekarang Alter mengenakan jaket kulit kebanggaannya yang digantung di lemari. Kemudian menggenggam kunci motor sport hitamnya hendak pergi. Sesuai janji.
"Lho, Tuan Alther mau ke mana keluar malem-malem?" tanya Bi Rukmi, salah satu pembantu di rumah yang kebetulan lewat. "Nggak izin dulu ke Tuan Kenzo?"
"Bilang sama dia, gue cabut," kata Alter santai.
"K-kemana, Tuan? Saya takut Tuan Kenzo marah-marah lagi karena Tuan Muda Alter kebut-kebutan malam di jalanan."
"Siapa bilang gue mau kebut-kebutan?" tanya Alter kesal. Ia berjalan keluar sambil berbicara. "Bagus tuh aki-aki peot emosi. Udah bau tanah masih mengekang anak."
Bu Rukmi cukup membatu, beraut cemas meskipun telah memaklumi perlakuan kasar Alter yang berulang. Sejujurnya, wajar anak itu 'benci' papanya, tapi Bu Rukmi mending jadi penonton saja tak ingin ikut campur.
"Hati-hati, Nak Alter."
Laju motor sport hitam itu kian melambat, belok ke kiri setibanya di lokasi tujuan. Butuh 30 menit untuk sampai, jarak yang ditempuh lumayan panjang. Kini Alter memarkirkan motor tersebut di depan sebuah cafe sepi.
Itu basecamp gengnya, alias markas yang telah dibeli khusus geng DARK ZELOX. Alter selaku ketua geng, berjalan masuk seraya menyugar rambut coklatnya.Terlihat, seluruh anggota inti geng motor tersebut stand by di dalam cafe. Ada yang memainkan drum di panggung kecil, merokok, bahkan minum cocktail dan tequila sekalipun.
"Widih, Pak Ketu baru datang," seru Regan, salah satu anggota inti Dark Zelox. Sambil bertos ria bareng Alter.
"Darimana aja lo?! Untung tadi gue telfon lo, kalo nggak pasti sekarang gak dateng."
"Yoi. Karena lo telat, hukumannya harus minum segelas gede minuman gue," timpal Ethan, cowok maniak alkohol itu menggeser botolnya di meja pada Alter.
"Lo mau bikin gue kobam?" tanya Alter sengit.
"Yaelah, dikit doang masa gak sanggup. Cemen amat jadi jantan," ledek Lucas di panggung kecil sana, tertawa sambil memukul-mukul drum.
Ethan merangkul kedua bahu Alter, bibirnya menyeringai.
"Bro, akhir-akhir ini lo keliatan deket banget sama si Ratu semok paling aduhai di sekolah. Pantesan lupa sama temen geng sendiri, dapet spek seleb ternyata."
"Maksud lo Cherry?" seloroh Lucas.
"Parah, tipe Pak Ketu modelan Cherry. Gak tegang tiap hari? Haha."
Suara Regan menggema di sekitar cafe nuansa vintage itu, tawanya menggelegar.
Alter berdecak, ditepisnya lengan Ethan yang menempel santai di bahunya.
"Gue gak ada apa-apa sama Cherry."
"Bokongnya kelihatan, boss."
"Emangnya muka gue mencerminkan orang bohong?" tanya Alter menekan, tiga cowok bawahannya refleks bungkam melihat mimik muka Esther yang mengerikan.
Perlu kalian ketahui, DARK ZELOX adalah sebuah nama geng motor remaja yang tersohor sebagai geng penguasa. Diketuai oleh Walther, dengan anggota inti sekitar 3 teman dekatnya. Regan Abimanyu, Ethan Cassius, Lucas Ganendra. Sebenarnya jika dihitung anggotanya secara keseluruhan, totalnya mencapai puluhan anggota. Namun, sebagian memilih jaga jarak dan muncul hanya sebatas panggilan Ketua.
Paling mencolok dari geng ini yaitu jaket kulit hitam dengan logo dua pedang bersilang di bagian belakang. Juga semboyan 'Berantas Kriminalitas, Lakukan Rutinitas'. Tanpa berbuat gaduh di hadapan publik. Yah, seperti geng motor dalam novel remaja umumnya. Idola kaum hawa, ganteng-ganteng, dan seluruh anggota Dark Zelox anak tunggal konglomerat. Terkecuali Alter. Singkatnya, circle elit.Ingin mencoba mencari pacar dari salah satu anggota Dark Zelox?
"Gue gak suka sama Cherry," ujar Alter seketika. Ia meneguk setengah gelas air alkohol milik Ethan.
"Kalian ada yang kenal cewek namanya Choco?"
"Choco?" beo Regan mengingat-ingat. "Oh, anak beasiswa di sekolah kita, 'kan? Yang burik sering dibully sama geng si Cherry."
"Merinding gue kalo ketemu tuh cewek, amit-amit punya jodoh modelan si Choco," celoteh Ethan bergidik.
"Lagian lo aneh, ngapain juga nanyain cewek gak jelas kayak dia?" tanya Lucas terhadap Alter.
"Gue, sih, ogah. Mending pilih Cherry yang jelas-jelas cantik ke mana-mana."
"Tau, tuh. Harusnya syukur dapet spek seleb, malah nanyain spek gembel." Regan berkomentar lagi dengan raut jijik.
Bibir penuh Alter menampilkan seringai licik.
"Gue nanyain Choco bukan karena tertarik, tapi gue mau balas dendam."
***
"Mampus, gue telat!"
Berkali-kali Choco merutuki diri sendiri, sangat lupa akan waktu sampai begadang semalaman nonton bola bareng Bapak. Akibatnya, ia terlambat. Sesekali mengecek jam tangan yang menunjukkan pukul 8 pagi.
Badan rasanya lengket dibanjiri keringat dingin, celingak-celinguk di sisi jalan mencari angkot. Sepi, karena sekarang memang memasuki jam kerja. Baru kali ini ia merasakan telat sebab kesiangan.
Dulu, sebelum pindah ke dunia novel dan menjadi Glenda Barbara, mungkin sekarang sudah pamer di sekolah membawa mobil sport terbaru. Tak lupa seragam ketat dan mini menjadi ciri khas. Sosok Choco Valentine berbeda jauh. Ia membenarkan kacamata kotaknya saat hampir merosot.
"Angkot mana, sih? Giliran dibutuhin aja pada ngilang, di ghosting mulu gue," gerutunya.
Mendadak mata Choco bersinar, tersenyum cerah ketika sebuah motor ninja hitam melintas. Entah itu siapa, Choco tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas. Ia sigap berlari ke tengah jalan, merentangkan tangan membuat pengendara motor itu menarik rem dadakan.
"Stop! Gue ngojek ya, Mang!" sahut Choco, berlari cepat lalu duduk di jok belakang motor tersebut. Ia menepuk pelan bahu laki-laki berjaket hitam si pengendara.
"Cepetan gas, dong! Gue telat tau! Btw, lo Mamang Ojek keren banget, dah. Pake moge sama jaket kulit segala."
Laki-laki itu diam, kepala tertutupi helm dan menoleh pada Choco. Entah apa reaksinya, yang pasti Choco tak peduli.
"Ishh, kenapa gak maju?! Gue bayar 2x lipat, deh! Asalkan lo bawa motornya ngegas. Mumpung masih jam delapan."
"Heh, Mang! Ayo, maju! Nunggu apa lagi?!" Choco terus-terusan mendesak.
Terdengar dengusan kasar di balik helm pengendara berjaket hitam itu. Choco duduk senyaman mungkin saat motor dihidupkan lalu melaju pesat membelah jalan raya. Tapi Choco rasa, ini bukan seperti Mamang Ojek yang lambat bawa motor supra. Melainkan pembalap handal di arena balap liar. Baik dari segi fisik, bodi motor, tas punggung, sepertinya pengendara itu anak kaya berkedok Ojek.
"Hehe, makasih tebengannya, Mang!" pekik Choco di tengah perjalanan. Laki-laki misterius itu diam.
Siapa dia kira-kira?
Bersambung