Akhirnya selesai juga aku bersiap, dan drama ini harus ku akhiri dulu kasihan wanita itu sepertinya sudah mulai kehabisan tenaga untuk menangis. Sedih iya, kesel iya, marah juga apalagi begitu sangat aku rasakan. Andai aku bisa merubah semua ini, akan ku buat Elmeera lahir bukan dari keluarga Kauren. Mungkin perempuan yang ku cintai ini, tidak akan menanggung beban akibat perbuatan yang tidak sama sekali dia lakukan.
Sakit rasanya ketika aku harus melihat El, terus mengeluarkan air matanya. Dan itu semua aku yang lakukan? Ya Tuhan, aku benar-benar tidak habis pikir. Kenapa sampai bisa Elmeera adalah orang itu. Padahal aku sudah kenal dia lama, bahkan sedari kecil dulu kami sudah bersahabat.
Sungguh bahagianya aku saat Tuhan mempertemukan kami beberapa bulan lalu, setelah sempat terpisah sewaktu mengenyam pendidikan di bangku SMA. Elmeera terpaksa harus pindah ke luar negeri, demi menyelesaikan pendidikan nya di sana. Setelah kami sudah sama-sama dewasa, Tuhan membuat pertemuan kedua kalinya untuk kami berdua. Namun sayangnya, kini rasa cintaku sudah berganti dengan kebencian yang luar biasa.
Dendam yang aku rasakan untuk kedua orang tua Elmeera, rasanya ku alirkan kepadanya. Maka dari itu, terlintas di pikiran ku untuk menghancurkan hidup Elmeera seperti yang mereka lakukan kepadaku.
Ku lamar dan buat dia menjadi istri ku, setelah itu akan ku buat Elmeera menderita dengan tanganku sendiri. Rumah ini, akan ku gunakan untuk membawa dia ke neraka. Semoga saja mamah puas dengan apa yang aku lakukan terhadap perempuan yang adalah keturunan dari pengkhianat itu.
Kuhela nafas berat, untuk melangkah menuju keluar dari kamar ini. Dari dalam aku berdoa, semoga saja Elmeera tidak menemui ku dulu. Niat ku untuk menghentikan sikap kasarku, akan gagal. Sebab setelah aku melihat wajah Elmeera, selalu mengingatkan aku pada penderitaan mamah dulu.
"Aku harus segera pergi dari rumah ini, sebelum El menghampiri ku. Rasanya emosiku tidak akan terkendali untuk saat ini. Aku takut Kalau aku sampai main tangan padanya." Aku hanya berbicara pada diriku sendiri, sambil membuat seluruh dokumen penting masuk kedalam tas ku.
Tidak lupa aku mengambil beberapa potong baju ganti dari lemari yang terdapat di kamarku. Sebagai persiapan buat nanti malam, sebab aku malas pulang hari ini. Aku akan pulang ke hotel selama beberapa hari. Entah berapa lama, yang pasti selama aku siap pulang dan menatap wajahnya yang polos itu.
Brugg…
Ku tutup pintu kamarku sambil menyeret koper juga tas yang isinya beberapa dokumen penting untuk meeting. Namun doa yang ku panjatkan tadi tidak lah Tuhan kabulkan. Elmeera datang menghampiri ku, sewaktu melangkah pergi menuju parkiran.
"Tidak sarapan dulu mas?" Tanya Elmeera seraya menghampiri ku. Dia mencekal tanganku dengan tatapan yang begitu menyayat hati.
"saya mau makan di luar, ini sudah sangat terlambat." Jawabku tanpa pedulikan Elmeera, ku palingkan pandanganku ke arah luar tepat di mana mobilku memang sudah siap.
"Sayang sekali, padahal aku sudah siapkan makanan kesukaanmu." Tukas Elmeera dengan Wajah kecewa. "Sepertinya kamu bawa koper, mas. Mau pergi kemana, apa mas Raka tidak akan pulang?" Lirih Elmeera dengan cepat air matanya mengalir membasahi pipinya.
"Ada hal penting yang harus saya selesaikan di luar, jadi mengharuskan saya untuk menginap di luar beberapa hari." Jawabku tanpa sedikitpun mau menoleh nya.
"Jika seperti itu, mas boleh bawa makanan nya kok. Mas tunggu, aku siapin dulu!" Elmeera menyapu bulir bening nya, memutar badan bermaksud untuk melangkah ke arah meja makan.
"Tidak usah. Saya tidak berselera makanan kayak gitu, kau makan saja sendiri! Nanti saya bisa beli makanan siap saji di luar." Tukasku seraya melangkah meninggalkan Elmeera.
"Bagaimana kalau aku siapkan bekal untuk mu, lalu aku yang antar langsung ke kantor? Ayolah, mas! Yah!" Elmeera masih mau-mau nya membujuk ku, walaupun aku bersikap kasar padanya. Sumpah, ini makin membuat aku tidak enak hati. Ah lebih baik segera pergi dari tempat ini, sebelum aku melupakan kebencian ku atas perlakuannya padaku.
"Masa bodo." Sergah ku melengos pergi.
"Mas!" Panggilnya semakin melemah. Ku lihat dari pantulan kaca mobil, Elmeera terus menangis tersedu-sedu memandangku yang akan pergi meninggalkan dirinya.
Tuh kan, ini yang terjadi jika aku bertemu dengan Elmeera dulu. Pasti akan ada drama panjang lagi, dan ujung-ujungnya Elmeera meneteskan air matanya. Dan itu selalu berhasil membuat hatiku luluh, rasa iba dalam hatiku menyelimuti rasa dendam ku. Lama-lama, aku akan melupakannya nya jika seperti ini.
Tidak, itu tidak boleh terjadi. Aku harus bisa memegang janjiku pada mamah dulu, bahwa air mata harus dibalas air mata. Sakit juga dibalas sakit, bahkan sampai nyawa mereka berada di tenggorokan nya tetap akan aku lakukan itu. Karena mamah Pernah mengalami hal seperti ini.
Mang Ujang telah siaga membukakan pintu untukku, agar aku bisa masuk dan berangkat.
"Silahkan Tuan!" Seru mang Ujang seraya mengangguk menghormati ku sebagai majikannya. Padahal aku sering melarang mang Ujang terlalu berlebihan seperti ini memperlakukan aku, dia sudah aku anggap seperti pamanku sendiri.
Bagaimana tidak, mang Ujang bekerja pada mamah dari semenjak aku usiaku 4 tahun. Dulu dia yang selalu mengantarkan aku pergi ke sekolah, hingga saat ini mang Ujang masih setia mendampingi aku.
Ah, lelaki tua ini selalu membuat aku terharu. Andai ada papah…ah tidak. Aku tidak mau pria itu datang menemuiku, apalagi sampai memintaku untuk mengakui dia sebagai papah kandungku. Menjijikan.
Andai aku harus memilih, aku akan pilih pria tua yang kini di hadapan ku yang akan ku jadikan papah. Suara gemetar khas dari mang Ujang membuyarkan ku yang berada dalam angan tidak jelas itu.
"Tuan! Kenapa terdiam, apa ada yang salah? Atau mau menunggu nyonya dulu?"
"Oh, tidak ada. Kita berangkat saja sekarang."
Tak lama, Elmeera berlari menyusul ku. Mungkin dia tidak rela aku pergi, apalagi sampai harus berhari-hari.
"Kenapa tidak kita makan bersama dulu sebelum kau pergi mas? Sekali saja mas, aku ingin makan bersama dengan mu! Aku ingin kembali ke masa, di mana kita sering makan bareng sewaktu pacaran. Kamu sangat romantis sama aku. ingat kan?" Bujuk Elmeera sembari mengelus punggung tanganku, lalu sesekali dia kecup dengan lembut.
"Jangan hanya perempuan itu yang selalu mendapatkan kasih sayang mu, aku juga butuh mas! Apalagi nafkah batin mu." Lanjut Elmeera dengan memasang wajah sedihnya.
"Sudah saya katakan, saya tidak akan Sudi memberikan semua itu. Kau tidak dengar, saya benci sama kamu!" Daripada Elmeera semakin membuat aku berpikir dua kali untuk tidak pergi, lebih baik ku buat Elmeera benci pada ku dan mau melepaskan aku untuk Pergi malam ini. Agar pikiran ku lebih tenang dulu sekarang, jika tidak bertemu Elmeera di rumah.
"Jika kamu membenciku, untuk apa kamu menikahi ku mas? Kenapa pula kau tidak ceraikan aku, daripada menyiksa batinku seperti ini." Rintih Elmeera.
"Kau tahu Kenapa saya ingin menikahi kamu, meskipun saya membencimu?"
"Apa mas?"
"Karena kamu adalah satu-satunya orang yang akan membayar semua sakit hati mamah. Sebelum itu terjadi, jangan harap saya mau melepaskan dirimu!" Tukas ku dengan begitu kejamnya aku berucap.